(18)

26.8K 2.7K 87
                                    

Satu kata, terciduk. Mereka berdua sekarang seperti tersangka kasus pencurian yang disidang oleh kepala polisi. Beberapa kali Rega menggaruk tengkuknya, sedang Sekar mencoba menggigit-gigit bibirnya yang bengkak karena ciuman mereka. Jangan tanyakan betapa malu dirinya sekarang. Ketahuan berciuman oleh Dega, ayah Rega.

"Ehmm... ehmmm... ehmmm". Dega berdehem memecah keheningan.
"Nama kamu siapa??". Pertanyaan itu ditujukan pada Sekar.

"Saya? Sekar om".

"Kamu pacarnya Rega?".

"Hah?". Sekar gelagapan, bingung sendiri mau jawab apa. Kalau dibilang bukan, mana ada perempuan mau dicium kalau tak punya hubungan apapun.

"Idih papah kayak intel aja nanyak- nanyak". Rega sedikit memajukan duduknya menyembunyikan Sekar dibalik punggung lebarnya, melindungi wanita yang pernah melahirkan anaknya itu dari tatapan intimidasi sang ayah. "Namanya Sekar, dia siapa Rega papah gak perlu tahu. Apa yang kita lakuin tadi sebenarnya udah jawab pertanyaan papah". Sekar sebal, sampai ia ingin sekali mencubit-cubit punggung tegap Rega dari belakang. "Cantik kan orang nya?". Dega akui pilihan Rega ini lumayan Cantik dan berbeda. Biasanya pacar pacar Rega itu penampilannya seksi dan bermake up tebal tapi Sekar ini, wajahnya cantik alami tanpa polesan makeup. Benar kata orang, kalau perempuan paling cantik pada waktu pagi hari disaat
Baru bangun tidur. Eh... berarti gadis ini yang menemani Rega semalam.

"Kenalkan saya Dega, Papahnya Rega". Tangan Sekar menyambut uluran tangan Dega sambil tersenyum manis.

Ceklek

Dua orang wanita masuk dengan membawa tas dan kresek berisi makanan. "Rega, kamu gak apa-apa?". Retta yang baru saja masuk langsung menghampiri Rega, pandangannya mengarah ke kepala Rega yang terbalut perban. "Kepala kamu kok jadi kayak gini sih. Kata Wahyu kemarin kamu ketiban batako. Kenapa gak telpon mamah sih ga!! Mamah kayak orang begok, baru tahu keadaan kamu tadi pagi". Ucap Retta dengan satu tarikan nafas tanpa bisa dipotong. Gimana Rega bisa menjawab pertanyaan beruntun itu. "Mamah kira kamu gak pulang karena nginep di apartemen".
Aduh rasa bersalah Sekar semakin menjadi-jadi, gara-gara dirinya seorang ibu menangisi anaknya.

"Mah, Rega gak apa-apa, cuma dijahit doank. Rega kan jagoan cuma gini gak berasa".

"Mamah kawatir sama kamu, tahu gini mamah ogah jenguk". Karena terlalu banyak bicara ia jadi tak menyadari kalau ada seorang perempuan dibalik punggung putranya.

"Eh kok ada Sekar". Sekar hanya tersenyum canggung lalu turun dari ranjang. "Ngapain kamu disini?".

"Maaf tante kebetulan pas Rega ketiban batako, Sekar ada disana. Sekar yang bawa Rega ke rumah sakit". Mau Jujur kalau dia yang menyebabkan luka Rega tapi ia takut orang orang ini akan berpikiran macam-macam. "Maaf, saya gak bisa hubungi tante karena gak tahu nomer teleponnya berapa".

"Kita harusnya yang makasih sama kamu karena sudah menjaga Rega". Bukan Retta yang berkata melainkan Dega.

"Kalau gituh saya permisi dulu, soalnya saya harus berangkat ke kantor". Ucapnya sebelum beranjak pergi tapi Rega dengan jahil mengulurkan tangannya.

"Salim, cium tangan calon imam dulu". Dengan sebal Sekar menepis tangan lelaki itu tapi namanya bukan Rega kalau jahilnya tak bertambah.

Cup,,

Ia mencium pipi Sekar dengan spontan Sekar mengelus-elus pipinya sambil menatap Rega galak. Untung orangtua Rega masih disini kalau nggak sudah dipastikan jahitan dikepalanya akan dengan senang hati Sekar tambah. Kemudian Sekar hanya bisa pergi dengan menunduk malu, dasar Rega awas saja kalau sudah sembuh ia lempar batako lagi nanti.

"Eh itu Sekar ngapain disini??". Tanya Retta yang penasaran. "Kenapa juga kamu cium-cium, ada Dinda tuh gak jaga perasaannya?".

"Tante, apaan sih saya sama Rega gak punya hubungan apapun". Jawab Dinda dengan senyuman walau sebenarnya ia marah sekali saat melihat perempuan yang bernama Sekar itu.

Rahasia Sekar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang