(16)

25.3K 2.7K 87
                                    

Sekar termenung mengamati dua bola besi di atas meja kerjanya yang saling menempel dan bergoyang.
Tik... tok.. tik.... tok....
Kenapa hari ini waktu berjalan dengan sangat lambat. Beberapa kali Dhamar menchatnya tapi tak satupun ia balas. Hatinya gelisah, hampa mendamba sesuatu tapi apa? Entahlah Apakah keputusannya tentang membuka hati itu sudah benar tapi kenapa hatinya menginginkan lain.

"Wi, jadwal gue terakhir apa hari ini?". Tanya Sekar sambil melirik ke arah jam tangannya, baru jam 2 siang.

"Ninjau proyek rumah lantai 3 di PI''. Seperti diingatkan pada sesuatu Sekar bangkit menegakkan punggung." Btw ini proyek, punya siapa!? Kok tumben loe mau garap proyek kecil? ".

Sekar gelagapan tak mungkin mengatakan yang sejujurnya. "Punya temen wi, proyek kecil kok. Gak gede- gede banget". Dewi menatap atasannya dengan pandangan menyelidik. Kalau itu proyek gak penting kenapa Sekar langsung buru-buru merapikan kertas dan membawa tasnya.

"Gue ikut kan?Gue siap-siap dulu ya?".

"NGGAK". Larangan Sekar membuat Dewi semakin curiga. "Maksud gue nggak usah, itu cuma proyek kecil. Gue bisa sendiri". Sekar makin aneh ada yang terjadi tapi apa? Sekar yang tadi lesu langsung sumringah.

"Yakin? Loe yak mau gue temenin".

"Nggak, loe pulang sono. Main sama anak loe". Sekar yang sedang membereskan mejanya tiba-tiba berhenti. "Loe beresin sisanya, gue mau cabut dulu". Sekar mangambil tas besar bermerk Prada sambil setengah berlari. Begitu Sekar tak nampak lagi, Dewi menggerutu. Baru kali ini Sekar terlihat seperti tergesa-gesa, mau ketemu siapa sih? Pejabat? Atau laki laki??

👛👛👛👛👛👛👛👛👛👛👛👛👛👛👛

Sekar mengamati bangunan rumah berlantai tiga milik Retta. Pengerjaannya cukup cepat dan rapi sesuai dengan desain yang dibuatnya . Ia melihat-lihat kualitas bahan bangunannya juga sangat bagus.

"Itu yang milih bahannya mas Rega mbak !!". Jawab seorang lelaki muda yang melihat Sekar memegang balok kayu. Sekar tersenyum tipis, entah maksud senyumannya apa? Tapi pria muda didepannya ini merasa tersanjung.

"Mbak, kenalkan saya Wahyu. Orang yang mengawasi proyek ini". Alis Sekar terangkat sedikit, ia heran orang yang Wahyu ini kenapa sok kenal sekali. "Oh... mbak mesti bingung tahu nama mbak dari siapa? Kebetulan saya anak kontraktor rumah ini. Papah saya pernah bilang, arsitek rumah ini perempuan muda yang bernama Sekar tapi saya nggak nyangka mbak Sekar orangnya secantik ini".

Obrolan basa-basi itu harus terhenti tatkala mendengar suara mesin mobil dari arah luar pagar . Kenapa hanya karena sebuah mesin mobil hati Sekar jadi berbunga-bunga, senyumnya mengembang tapi ia tahan mati matian.

Begitu pengendara mobil itu turun, hati Sekar langsung mencelos. Ia kecewa bukan Rega yang datang tapi seorang perempuan cantik berpakaian seksi memakai kacamata hitam. Yang Sekar ingat wanita itu kemarin yang mengamuk di restoran.

"Sialan si Rega, pantas aja dia enteng banget kasih gue apartemen sama mobil. Dia ternyata lagi bangun istana". Calista mulai mengamati rumah setengah jadi itu, pandangannya berhenti pada dua orang berbeda kelamin yang sedang menatapnya di depan rumah. "Loe mandornya?. Tunjuk Calista." Dan loe..... ". Calista memindai penampilan Sekar dari ujung kaki hingga kepala." Loe ceweknya Rega? ".

"Mata loe buta, gue pake helm proyek. Gue arsitek disini bukan pacarnya Rega". Jawab Sekar tanpa rasa takut. Kenapa dia harus takut sama perempuan bar-bar ini.

Tanpa diduga Calista tersenyum sambil mengulurkan tangan. "Kenalin nama gue, Calista Istrinya Rega". Sekar cukup terkejut, perempuan yang mengamuk kemarin istri Rega dan siapa perempuan yang makan makan malam dengan Rega kemarin.

"Bukannya kalian udah mau cerai?". Kali ini Sekar kelewat lancang. Ingin rasanya ia memukul mulutnya sendiri. Kenapa kepo banget ngurusin masalah orang.

"Wah sebagai arsitek loe tahu banyak tentang masalah pribadi klien loe ya? Gue masih istri sahnya Rega kita belum resmi cerai''.

"TAPI BAKAL CERAI, MINGGU DEPAN SURAT CERAI KITA KELUAR". Teriakan seorang lelaki membuat ketiganya menoleh.

"Rega??Sejak kapan kamu datang!? Aku kangen sama kamu, sayang!!". Saat tangan Rega terentang Ingin memeluk suaminya, Rega langsung menepisnya kasar.

"Udah jangan sok manis loe, mau apa loe kesini?". Bentar Rega keras dan seperti biasa Calista itu perempuan tak tahu malu. Tidak akan menganggap berarti ancaman Rega, ia malah merasa tertantang.

"Kok sama istri sendiri gituh sih. Harusnya kamu sambut aku dong". Ucapnya di buat selembut mungkin.

Sambut? Setelah apa yang Calista kemarin membuatnya malu dengan menyiram Dinda. Saat Rega baru datang tadi alangkah kagetnya dia melihat Sekar bersama Calista, dia sangat kawatir dengan Sekar karena Calista itu perempuan gila dan temperamen .

"Sini kamu". Rega menarik kasar lengan Calista sampai tubuhnya tertarik maju.

"Auw. Rega pelan-pelan sakit!!".

"Loe pantes di giniin".

Entah kemana Rega membawa Calista pergi tapi yang Sekar sadari hatinya sedikit sakit saat melihat drama sepasang suami istri itu. Bagaimanapun juga Calista pernah mengisi hati Rega. Kenapa denganmu Sekar, pikiran kamu meninggalkan poros warasnya. Mereka mau kemana dan mau apa bukan urusanmu. Logikanya berkata seperti itu tapi hati kecilnya benar-benar gelisah, Ia sedikit cemburu.

"Mereka cocok ya mbak? Yang satu cantik yang satu ganteng. Sayang, udah cocok kenapa mesti cerai?". Tanya Wahyu sambil memperhatikan wajah Sekar yang berubah jadi masam.

"Iya cocok". Jawab Sekar sambil tersenyum. Senyum terpaksa lebih tepatnya.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Menanti, menunggu seseorang itu berbuah kekesalan. Entah kenapa Sekar masih disini, padahal seharusnya ia sudah pulang. Pikirannya berkelana, kemana perginya sepasang suami istri itu? Bukankah mereka tadi berjalan ke arah belakang rumah? Kenapa lama? Apa mereka akan rujuk?. Hentikan pikiran gilamu Sekar, mereka mau apa bukan urusanmu. Kamu bukan orang yang berhak diberi tahu.

"Mbak Sekar mau minum? ". Tawar Wahyu.

"Nggak". Dingin, Wahyu baru tahu kalau orang yang bernama Sekar itu jutek tapi kenapa dia malah tambah suka?.

Tak berapa lama Rega muncul bersama Calista, sepertinya mereka tak mendapatkan titik temu. Percakapan mereka tak ubahnya adu otot tenggorokan. Sekar memerhatikan dengan seksama, apa sih yang mereka perdebatkan? Karena kelewat penasaran. Sekar sampai tak menyadari bahaya sedang mengintainya . Ada sebuah batako yang lumayan keras dan besar meluncur turun ke bawah, tepat jatuh diatas kepala Sekar.

"SEKAR, AWAS!!". Gelap langsung menyergap, kepalanya berat seperti tertimpa sesuatu. Ia pingsan ehh tidak kepalanya tak apa-apa, tak sakit. Yang ia rasakan adalah dada bidang seseorang yang tengah memeluk erat kepalanya. Sekar mendongak melihat siapa yang tengah melindunginya.

"Rega''. Ucapnya lirih tapi kemudian berganti dengan sebuah teriakan melengking saat ia melihat darah menetes dengan amat deras dari kepala Rega. Disaat seperti ini lelaki itu masih bisa tersenyum sebelum pingsan.

🐵🐵🐵🐵🐵🐵🐵🐵🐵

Kalau mau cerita lengkapnya ada di Google play book. Download aja dengan ketik judulnya rahasia Sekar

Rahasia Sekar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang