(10 )

30.1K 2.8K 82
                                    


Sedari tadi Rega tak bisa berhenti tersenyum. Ia mendapat langsung mandat dari nonya besar Wira Atmaja untuk mengambil desain rumah yang akan mereka bangun. Ah senangnya, dia punya kesempatan untuk mendekati Sekar terutama mendekati wanita itu di kantornya. Namun Rega tak bisa seenak jidat keluar kantor. Ia perlu ijin dari atasannya alias sang papah.

Ada pemandangan yang ganjil disini sang papah tidak sendirian, ia bersama seorang anak lelaki berseragam putih merah.

"Ini siapa pah?". Papanya yang sedang menemani seorang anak kecil menyusun replika robot seketika menoleh, memandang putranya malas.

"Ngapain kamu disini?".Tanya Sadega Wira Atmaja pada putranya. Mata Rega menyipit melihat anak lelaki di depannya ini . Anak lelaki yang berwajah tampan tapi mata coklatnya sama dengan milik seseorang.

"Nih anak, jangan-jangan anak dari selingkuh papah ya?". Gak ada angin gak ada badai, si Rega nuduh-nuduh dan ngomong ngawur.

"Kalo ngomong dipikir dulu ga, ada anak dibawah umur. Ini anak Pandu". Oh, ternyata ini anak mas Pandu, asisten papah.

"Syukurlah, kirain anak gelap papah". Dengan kesal Dega memukul kepala anaknya dengan gulungan kertas koran sedang anak yang berada ditengah-tengah mereka hanya fokus pada mesin robot yang mulai disusunnya.

"Reyhan, sini nak! Kenalin ini anak nya opa, namanya om Rega". Anak bernama Reyhan itu mencium tangan Rega. Ada getaran aneh yang ia rasakan sampai menembus jantung Rega. Seperti ada getaran halus saat kulit mereka bersentuhan.

"Anak ganteng, kelas berapa?". Tanya Rega yang begitu takjub melihat dua netra coklat terang menatapnya dengan senyuman.

"Kelas 5 SD om". Jawab Reyhan sopan. Entah mengapa Rega begitu tertarik untuk berlama-lama memandang anak ini padahal tak biasanya ia bersikap begini apalagi mereka kan baru saja kenal. Jujur Rega bukan tipe orang penyuka anak kecil.

"Kamu ada perlu apa kesini ga?". Tanya Dega yang heran tak biasanya putranya ini kesini kalau tak punya urusan penting.

"Mau minta ijin papah buat keluar kantor tapi aku gak bakal balik lagi ".

"Maksud kamu mau mengundurkan diri?". Mata Rega membulat.

"Ya nggak lah pah, besok juga masuk kantor lagi".

"Wah papah gak jadi seneng, papah kan gak perlu bayar wakil direktur yang malesnya kayak kamu ini". Rega mendengus tak suka, anak sendiri dibilang pemalas. Dia dulu-dulu boleh males tapi saat ini dan seterusnya ia akan rajin. Yah biar ada yang bisa ia banggakan di depan Sekar nanti.

"Kenapa anak kecil ini ada disini pah, bapaknya kemana?".

"Pandu jemput anak perempuannya ga, makanya Reyhan disini dulu. Kasihan, ibunya masuk rumah sakit karena pendarahan. Istrinya Pandu hamil anak ketiga".

"Wah hebat,, tokcer banget mas Pandu pah. Anaknya udah tiga". Rega tak tahu apa yang mendorongnya. Ia tak bosan- bosan melihat anak itu sampai mau- maunya membantu Reyhan menyusun robotnya.

"Ya iyalah Pandu hebat, anaknya udah mau 3. Kamu satu aja nggak!!". Mulai lagi deh, yang dibahas cucu terus. Gak istri gak suami sama aja. "Katanya ada urusan, ngapain kamu masih disini?" . Seperti diingatkan masih punya hal penting untuk diurus. Dia beranjak pergi, walau perasaannya sedikit tidak rela.

"Iya... iya... Rega pergi". Entah kenapa hatinya menjadi hangat setelah menemani Reyhan bermain, dengan gemas ia mengacak rambut Reyhan sebelum pergi.

"Bye... bye Reyhan".

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Sekar memandang ke arah luar jendela. Tak ada pemandangan apapun kecuali mobil yang terlihat hilir-mudik memenuhi jalan raya. Ia bermain-main dengan kaca jendela transparan, pikirannya hanyut sampai ia teringat dengan si bajingan Rega yang mengiriminya sebuket bunga mawar tadi pagi. Kertas ucapan kata penuh rayuan dari Rega, ia remas sampai tak berbentuk dan di lemparnya ke tempat sampah.

Rahasia Sekar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang