Part 9. Kembali Ke New York

730 73 0
                                    

Happy Reading!!
Jangan Lupa Bahagia...

***

Aku akan selalu melindungimu seperti janjiku kepada Tuhan.
- Iqbaal Thomson -

___

Iqbaal tidak bertanya lagi. Ia langsung membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Ia tahu, (Namakamu) masih memiliki trauma. Iqbaal juga tidak bisa memaksa (Namakamu) untuk tidak menangis. Ada banyak penderitaan yang (Namakamu) lalui dan pastinya sangat menyakiti hati wanita cantik itu.

"Aku akan selalu menjagamu, aku janji."

Iqbaal ikut bersandar di sisi ranjang dengan tangan yang masih memeluk (Namakamu). Menarik selimut dengan tangannya yang bebas. Ia menyelimuti (Namakamu) yang mulai tenang tapi masih terisak. Iqbaal masih setia di sana. Ia tidak mau meninggalkan wanita itu.

***

(Namakamu) bangun di pagi hari. Tubuhnya terasa remuk karena tidur di lantai. Ia mengangkat kepalanya. Wajah tampan Iqbaal tepat ada di hadapan wajahnya. Iqbaal menemaninya sampai pagi. Ia tidak percaya hal itu.

(Namakamu) menegakkan tubuhnya yang otomatis membuatnya menjauh dari tubuh Iqbaal yang menjadi sandarannya. Ia tersenyum melihat wajah teduh Iqbaal saat tertidur. Ia yakin tubuh Iqbaal sama remuknya dengan tubuhnya. Apalagi posisi tidur Iqbaal yang duduk bersandar di sisi ranjang.

Iqbaal menggeliat dan sedikit meringis. Ia menggerakkan tangannya yang rasanya membeku. Matanya terbuka dan langsung melihat (Namakamu) yang memandangnya. Ia tersenyum manis melihat wanita itu tidak lagi menangis walau kantung matanya terlihat membengkak dan menghitam.

"Good morning." ucap Iqbaal masih dengan tersenyum.

"Morning." balas (Namakamu) pelan.

"Sudah lebih baik?" tanya Iqbaal.

"Ya, terima kasih."

"Baguslah." Iqbaal bangkit dari duduknya dan merenggangkan tulang-tulangnya yang terasa terlipat karena semalaman ia tidur dalam posisi duduk. Setelah itu ia mengulurkan tangannya kepada (Namakamu). "Ayo, bangun!! Kau harus makan. Semalam kau tidak makan."

(Namakamu) hanya mengangguk. Ia meraih tangan Iqbaal dan segera berdiri. Ia merapikan pakaiannya yang benar-benar kusut.

"Tapi sepertinya kau butuh mandi." ucap Iqbaal. "Mandilah dulu! Aku yang akan membuatkanmu sarapan." lanjut Iqbaal.

"Iya. Thanks, Baal." (Namakamu) mengangguk.

Iqbaal keluar dari kamar (Namakamu) sehingga gadis itu mulai berbenah. Ia tidak menyangka bahwa semalam ia tidur sekamar dengan Iqbaal. Ia kembali tersenyum. Hatinya berbunga-bunga, dan penyebabnya adalah Iqbaal.

Semalam (Namakamu) bangun. Tepat pukul 12 malam karena merasakan dingin. Ia baru sadar karena ia tidur di lantai. Ia hampir berteriak saat melihat Iqbaal di sampingnya. Pria itu memejamkan mata dengan nafas teratur yang artinya ia sedang tidur.

(Namakamu) menyentuh pipi pria itu dengan pelan. Menikmati ciptaan Tuhan yang hampir sempurna itu. Ia berharap Tuhan mengizinkannya untuk egois. Ia ingin memiliki Iqbaal walau ia tahu diri bahwa dirinya tidak pantas untuk Iqbaal. Hanya memilikinya sebentar saja, (Namakamu) sudah sangat bahagia.

Setelah mengantuk lagi, (Namakamu) kembali tidur bersandar di dada Iqbaal. Tempat ternyaman yang pernah ia rasakan. Walau posisi tidur mereka pasti membuat remuk tulang-tulang mereka, (Namakamu) tetap tidak ingin mengganti posisinya.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang