"Myungho," minghao mengulurkan tangannya pada jun. Bersikap seolah canggung karna baru bertemu—padahal sesungguhnya ia memang canggung (namun ia lebih-lebihkan).
Jun terdiam sesaat menatap tangan pria manis yg terulur itu. Ia membalas uluran tangan itu lalu menggenggamnya. Hangat. Dan jun menyukainya.
"Junhui. Salam kenal," jun memberikan senyumnya. Minghao—atau mulai kita panggil myungho?—membalas senyuman jun dengan senyum manisnya. Berkat senyum itu, detak jantung jun berderak kencang. Senyum itu sangat manis. Dan jun menyukainya.
Tautan tangan keduanya terlepas perlahan setelah sicheng berdehem menyadarkan mereka. "Jadi, dia adalah temanku. Dari China. Dia belum lancar bahasa korea,"
"Dari China ?" tanya jun lagi. Memastikan apa yg ia dengar setelah cukup sibuk mengatur detak jantungnya.
"Iya," jawab sicheng. Minghao hanya menyaksikan apa yg dibicarakan oleh kedua orang dihadapannya.
"Kau belum lancar bahasa korea?" tanya jun. Minghao terdiam sesaat mencerna apa yg dikatakan jun namun kemudian ia memasang wajah bingung.
"Maaf. Bisa ucapkan dalam bahasa China?" minghao membalas pertanyaan jun dengan bahasa china. Jun terkekeh mendengar ucapan minghao.
"Ah, maafkan aku. Aku bertanya, apa kau belum lancar bahasa korea?" jun mengulangi pertanyaannya dalam bahasa China. Minghao mengangguk—akhirnya tahu apa yg ditanyakan oleh jun.
"Belum," minghao menjawab seraya menggeleng. Jun mengangguk paham.
"Kau 'kan akan kuliah disini juga jadi kau bisa minta tolong padanya untuk belajar berbahasa korea," ucap sicheng pada minghao. Minghao terdiam sesaat lalu mengangguk senang.
Jun sendiri terpaku mendengar ucapan sicheng. Akan kuliah disini juga?
"Dia—akan kuliah disini juga?" tanya jun. Sicheng mengangguk.
"Dia akan masuk fakultas yg sama denganmu," jawaban sicheng berhasil membuat jun terpaksa harus menahan senyum senangnya—agar tetap dapat mengontrol ekspresinya dihadapan minghao.
"Ah, begitu," ujar jun kemudian dengan tenang tak lupa ia mengangguk-ngangguk pelan.
"Tapi kenapa aku? Kau kan temannya dan dia akan kuliah dikampus ini juga, jadi—"
"Dia akan satu fakultas denganmu," sicheng mengulangi ucapan sebelumnya. Jun kembali mencerna ulang ucapan sicheng.
"Jadwal kalian mungkin tidak akan beda jauh karna kalian satu fakultas. Sedangkan aku? Jelas sekali kesibukan kita berbeda jadi aku belum tentu akan selalu bisa untuk membantunya belajar," ujar sicheng. Akhirnya jun mengangguk mengerti.
"Baiklah. Aku memgerti," balas jun.
"Jadi, kau mau membantunya?" tanya sicheng.
Jun mengangguk. "Tentu saja. Mengapa tidak,"
"Dan lagi, aku menolak bergabung dengan club kalian," ucap sicheng. Jun sukses menatap pemuda china berambut pirang tersebut.
"—dia yg akan menggantikanku," lanjut sicheng kemudian. Kali ini jun tidak dapat mengontrol ekspresi kagetnya.
"Ugh—apa yg kalian bicarakan? Aku seperti patung hidup disini,"
Minghao nyeletuk membuat kedua orang tersebut menoleh padanya. Baik sicheng dan jun keduanya terkekeh melihat minghao. Tampak sekali bahwa dia kesal karna tidak mengerti ucapan keduanya.
"Maafkan gege," permintaan maaf sicheng hanya diberi anggukan oleh minghao.
"Ini sudah siang. Kita pulang?" ajak sicheng. Minghao hanya mengangguk. Sicheng memberikan senyumnya lalu berjalan menuju sudut ruangan dimana letak sound-speaker berada dan mematikannya. Ternyata benda itu sejak tadi masih menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Deep [JunHao ft. Seventeen & NCT]
FanfictionMinghao hanya ingin melampiaskan kebosanannya. Tapi sepertinya ia lupa kalau Hati tidak sesederhana kau mengucapkannya. Dan ya, Ia gagal. Karna sejak awal, ini memang rencana dari Sang Sepupu, Zhang Yixing. 2018© Falling Deep saling berkaitan deng...