[15]

322 41 6
                                    

Minghao memasang earphone ditelinga kirinya lalu memasukkan ponselnya ke saku dan keluar dari mobil. Ia memasang wajah datarnya yang nampak suram. Mengetik dengan jujur, sebenarnya minghao masih merasakan kemarahan karna hal-hal kemarin. 

"Aku tidak pernah merasa sekesal ini." Minghao berbicara dengan orang disebrang telpon. 

"Dan kau sudah merasa lebih baik ?" Yixing disebrang telepon bertanya dengan nada cemas.

"Belum cukup baik." jawab minghao.

"Bahkan setelah menghancurkan guci pemberianku ?" tanya Yixing. Jika kalian teliti, kalian bisa menangkap nada kesal dalam suaranya.

Minghao seketika berhenti melangkah. Wajah suramnya menghilang dalam sekejap. Ia membeku sesaat karna terkejut. Yixing gege tahu ? Apa Sicheng gege memberitahunya ? Ah, ia mulai merasa bersalah.

"Eum—Gege marah ?"  tanya minghao hati-hati. Matanya berkelana kemana-mana. Bahkan ia bertindak gugup tidak peduli Mahasiswa lain melihatnya.

"Marah ? Tidak. Tapi kalau kau bertanya apa Gege kesal, jawabannya mungkin iya." jawab Yixing disebrang sana.

"Mungkin ?" tanya Minghao.

"Ya, mungkin. Kalau kau tidak bisa mengontrol emosimu yang tiba-tiba seperti badai ini, ku pikir lebih baik kau untuk kembali dan tidak perlu melakukan ini." Yixing menghela napas setelah mengatakan kalimat itu. 

Minghao terdiam. Kembali ? tapi ia baru saja mulai. Tapi berpikir tentang bagaimana daya tarik abnormal Junhui baginya, minghao rasa ia perlu mempertimbangkan untuk tidak usah melanjutkan hal ini. Namun ia tidak bisa tenang jika tidak melakukan ini. 

Pagi ini ia bangun setelah bermimpi tentang bagaimana ia mencelakakan Wen Junhui. Dan entah mengapa itu membuat dadanya sesak. Apa yang terjadi ? Apakah ia harus kembali atau melanjutkan hal ini ?

"Hao'er, kau tahu hal ini bisa membahayakanmu tapi aku justru mendukungmu. Kau pikir kenapa ?"

Benar. Hal ini bukan hal baik. membunuh orang bukanlah hal baik, tidak pernah menjadi hal baik. Tapi Yixing Ge selalu mendukungnya. Kenapa ?

Mendapati kebisuan minghao, Yixing disebrang sana tersenyum kecil. Bocah satu ini, tidak pernah berubah.

"Berpikirlah. Aku rasa kau tidak bisa melakukan ini lagi."

"Tidak, belum. Aku baru memulai. Jangan mencegahku." 

"Aku tidak mencegahmu. Aku menyuruhmu untuk berpikir. Aku juga sudah berpikir, Wen Junhui itu ... "

= Falling deep =

"Bersyukurlah, kau sudah bisa keluar dari rumah sakit sekarang." Jeonghan membantu Jun untuk memapah pemuda yang lebih tinggi darinya beberapa senti itu. 

"Apartemenku, bagaimana ? Siapa yang—" 

"Nanti kau juga tahu saat sampai." Jisoo memotong ucapan Jun. Pria bermata kucing itu membantu membawakan tas berisi baju-baju Jun. 

Jun akhirnya mengangguk namun masih tetap penasaran siapa yang mengurusi apartemennya ? Apa mingyu ? Mungkin memang anak itu. Soalnya yang paling akrab dengan apartemennya kan ya pemuda bongsor berkulit eksotis itu. 

Seungcheol yang sudah menunggu di parkiran dengan mobilnya membantu Jeonghan yang agak kesulitan memapah Jun. Begitu masuk kedalam mobil, Jun menyandarkan badannya dan menutup mata. Ketiga orang lain yang seumuran juga ikut masuk kedalam mobil. Mereka saling pandang sejenak setelah melirik pemuda yang setahun lebih muda dari mereka itu. 

"Jun ?" panggil Jeonghan. Jun membuka matanya, menatap Jeonghan. "Ya ?"

"Apa kau masih pusing atau sakit ?" tanya Jeonghan. Jun menggeleng. "Aku tidak apa-apa." jawab Jun kemudian kembali menutup matanya.

Jeonghan menatap Jisoo. Sedangkan Jisoo yang ditatap hanya menatap balik dengan datar. Jeonghan tahu alasannya, Jisoo masih curiga dengan apa yang terjadi dengan Jun. Mana mungkin orang yang baik-baik saja tiba-tiba mendapat kecelakaan begini tanpa sebab. Apalagi terlalu janggal. 

Kepala Jun terkena pot yang terjatuh dari atap gedung fakultas yang bahkan saat mereka memeriksanya semua pot tidak ada yang tidak beres. Semua ditata dengan rapi. Dipisahkan mana yang utuh mana yang rusak. Dan jarak pot dari pinggir atap gedung itu lumayan jauh, seukuran satu langkah kaki santai. Bagaimana mungkin pot bunga itu bergerak sendiri ? Sejak kapan pot bunga itu punya kaki ?

Mereka juga menemukan beberapa pot yang hilang. Manalagi saat Jisoo menarik myungho keluar dari kamar inap Jun kemarin, Jisoo menceritakan apa yang ia katakan pada myungho ke Jeonghan. Reaksi Jeonghan tentu saja kaget, kenapa tiba-tiba ia berkata seperti itu pada myungho ? Mungkin masuk akal ia curiga pada myungho tapi ayolah, mereka sudah membicarakannya kalau luka ditangan myungho itu tidak ada hubungannya dengan kecelakaan Jun dengan Ia dan Seungkwan sebagai saksi mata.

Namun entah apa yang merasuki pemuda Hong itu hingga menjadi keras kepala. Ia terus bersikeras jika semua ini ada hubungannya dengan myungho yang baru mereka kenal beberapa waktu lalu.

Jeonghan menatap Seungcheol untuk segera menjalankan mobil menuju apartemen Jun. Seungcheol pun mulai mengendarai mobil untuk sampai ke tempat tujuan.

Sedangkan Jun sendiri sibuk dengan pemikirannya. Ia tiba-tiba saja teringat dengan myungho. Ya, pemuda imut polos yang ajaibnya juga menggoda—bagi Jun—itu tidak menjenguknya selama dirumah sakit. Kenapa ia tidak datang ? Well, sebenarnya ia tahu jika Myungho sudah datang untuk melihatnya dari Jisoo. Namun itu saat ia masih tidak sadarkan diri jadi Jun tidak melihatnya sama sekali. Ah, padahal ia masih ingin mengajak myungho untuk jalan berdua.

Yang sabar ya Wen Junhui.


TBC


Falling Deep [JunHao ft. Seventeen & NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang