Minghao tersenyum manis menerima perlakuan sicheng yg sekarang tengah mengusap rambutnya pelan sambil tersenyum hangat. Keduanya duduk dengan nyaman di sofa ruang tengah sehabis makan malam dan menonton bersama tidak lupa sehabis mendengarkan cerita lengkap minghao juga tentang rencananya—yg diusulkan yixing—untuk membunuh junhui.
"Baiklah. Sudah mulai larut. Tidurlah. Aku ada di kamar paling dekat dari kamarmu kalau mencariku. Selamat malam," sicheng menghentikan usapannya dan menatap minghao masih dengan senyumnya. Minghao sendiri hanya mengangguk.
"Oh iya ge. Besok pagi gege ada kelas ? Kalau tidak, kita jalan ?" ajak minghao. Sicheng berpikir sejenak lalu mengangguk menyetujui.
"Baik kalau begitu. Aku akan tidur duluan. Selamat malam," sicheng hanya tersenyum seraya memandangi punggung minghao yg semakin menjauh dan menghilang di belokan lorong ruangan.
Ia menyenderkan tubuhnya di sofa dengan agak menggeliat untuk mencari posisi punggung yg nyaman. Ia meraih ponselnya lalu menelpon sebuah nomor. Nomor yg sudah lama tidak dihubunginya. Mungkin, 3 tahun?
Menunggu sesaat, panggilan telah tersambung.
"Halo, ge. Ini aku, Sicheng."
.
.
.Semalam sicheng menginap dengan minghao jadi ia tidak pulang ke apartemennya. Dan disinilah keduanya sekarang, di sebuah taman kota yg letaknya beberapa Kilometer dari mansion. Mereka ke taman tersebut dengan jogging bersama. Hitung-hitung olahraga. Karna sicheng jarang ada kelas pagi jadi ia pagi ini mengajak minghao untuk jalan-jalan walau hanya ketaman. Bagaimanapun, ini tetap pertama kalinya bagi minghao untuk menginjakkan kaki di Seoul. Jadi sicheng akan mengenalkan jalan padanya.
"Hao, kau sudah belajar bahasa korea ?" tanya sicheng. Keduanya sedang masih jogging menuju taman. Mungkin dalam 10 menit lagi mereka sampai ditaman yg dimaksud.
"Kemarin aku hanya belajar bahasa serapan yg biasa digunakan untuk komunikasi sehari-hari saja. Untuk bahasa baku yg formal, hanya kata-kata yg memang akan kugunakan jika perlu saja," jawab minghao. Mendengar jawaban minghao, sicheng mengangguk. Seperti perkiraannya, minghao hanya mempelajari apa yg dirasa memang perlu dipelajari.
"Oh iya, tentang Junhui. Bagaimana gege akan membantuku ?" tanya minghao. Sicheng menoleh padanya. Raut wajahnya nampak berpikir sesaat lalu tersenyum.
"Kau bilang yixing ge mendaftarkanmu satu fakultas dengannya bukan ?" sicheng bertanya balik, bermaksud untuk meyakinkan apa yg diketahuinya setelah mendengar cerita lengkap minghao kemarin malam tentang rencana yg disarankan yixing. Minghao mengangguk mengiyakan.
"Karna kau fakultas seni, akan sangat mudah mendekati junhui. Apalagi, saat berkenalan kemarin, mereka menawariku untuk menjadi anggota club mereka dimana club itu junhui juga bergabung," ujar sicheng. Minghao terlihat mendengarkan dengan seksama.
"Lalu ?" tanya minghao meminta sicheng untuk meneruskan ceritanya.
"Mereka memintaku bergabung. Tapi aku belum menjawab apapun. Mungkin kau bisa menggantikanku untuk bergabung dan mendekati junhui lewat club itu," lanjut sicheng. Minghao yg mendengarnya berbinar senang. Ini terdengar lebih mudah dari perkiraannya.
Ya. Terdengarnya.
"Wah, gege terima kasih. Kau the best. Hehe," minghao mengacungkan jempolnya untuk sicheng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Deep [JunHao ft. Seventeen & NCT]
Fiksi PenggemarMinghao hanya ingin melampiaskan kebosanannya. Tapi sepertinya ia lupa kalau Hati tidak sesederhana kau mengucapkannya. Dan ya, Ia gagal. Karna sejak awal, ini memang rencana dari Sang Sepupu, Zhang Yixing. 2018© Falling Deep saling berkaitan deng...