1.8 • hubungan kita?

2.1K 414 8
                                    

"lix, pindah."

yang dipanggil, felix, sebenarnya ingin menolak, tapi mengingat renjun masih dalam masa masa kalutnya pemuda blasteran itu memilih menurut. segera menarik tasnya dan pindah kursi disebelah jeno, bangku lama renjun.

"marahan juga yak sama you?" tanya felix begitu duduk di samping jeno.

jeno berdeham. "kagak. biarin jangan diganggu,"

felix mengedikkan bahunya. hari ini orang orang jadi sensian. ditanya semua jawabnya singkat singkat nylekit.


seharian renjun bener bener nggak keluar suara sama sekali. diem dikelas, pake headset yang entah ada suaranya atau enggak dari ipodnya. beneran kerjaannya cuma napas, sampai kelas selesai.

"jun nebeng ya?" kata haechan begitu keluar dari kelas.

renjun diam, terus berjalan, entah tidak dengar karena headset yang menempel ditelinganya, atau karena sengaja malas berbicara.

"diem berarti iya. okeeeey." heboh haechan yang sebenarnya ingin menghilangkan kecanggungan sejak pagi.

renjun benar benar lempeng. berjalan kalem dengan tatapan horrornya tanpa menghiraukan siswa lain yang berlalu lalang.

sampai berpapasan dengan saeron di parkiranpun renjun tidak perduli, memilih terus berjalan mencari mobilnya.

"jun putus lu ya sama nyai?" tanya haechan setelah duduk disamping kemudi.

renjun hanya berdeham sebagai jawaban.

"tenang aja brader, cewek banyak. cogan macem lu mah gampang dapet cewek kalo emang mau nyari." kata haechan sok, sembari meraih permen di dashboard.

"eh ngomong ngomong jaemin pengen minta maap loh, cuma gatau tadi kok nggak masuk kemana ya. dia nggak maksud jun kaya begitu, kelepasan doang sebagai laki laki mah,"

sepersekian detik renjun diam. sebelum akhirnya lampu merah membuatnya ingin bersuara.

"nggak perlu bahas dia. kurang banget ceweknya sampe pengen juga punya temen."

haechan menoleh cepat. tidak percaya kalau ucapannya akan ditanggapi. masalahnya seharian dia memang belum mendengar sepatan katapun dari bibir si china ini.

"-anu, dia nggak maksud mau nyosor ceweklu jun. cuma namanya cowok ya jun ya, ada aja kepengennya,"

renjun menghela napasnya. "nggak usah guruin gue, atau turun disini."

haechan langsung mengatupkan bibirnya. menutup rapat rapat. daripada benar benar diturunkan, kan?

-








"renjon bukain," seru junkai dari depan pintu kamar adik tirinya itu.

"nggak dikunci."

cklek.

"hehe sorry. udah ngapa sih galaunya, bunda udah bahagia disana. soal cewek diluaran banyak, tinggal milih," celetuk junkai lalu duduk diujung kasur renjun.

renjun tetap bergeming didepan komputernya. memilih terus asik dengan game yang sejak tadi ia jadikan kesibukan.

junkai menaruh sebuah kotak dimeja komputer renjun. "nih, baru. jangan dilempar lagi, pake duit gua nih." katanya lalu berlalu.

renjun menoleh, menatap kotak persegi panjang tersebut dan kakaknya yang sudah pergi, --bergantian.

setelah sebelumnya mem pause gamenya, renjun mulai membuka kotak tadi.

seperti yang dibayangkan, isinya ponsel.

renjun tersenyum sendiri. mau maunya laki laki macam junkai membuang uangnya untuk membelikan renjun barang semahal ini. seperduli itu.

tidak salah, kalau dia menyayangi dua kakak tirinya itu.



































setelah beberapa menit men set beberapa hal, akhirnya ponsel baru itu mulai dipakainya.

pertama kali yang renjun lakukan dengan ponsel itu adalah, mendownload game.

memangnya harus apa? tidak ada yang harus dihubungi.

-

"renjoooon dicari temen!" seru junkai dari depan pintu, mempersilahkan tamunya menunggu kemudian berlalu, kembali asik dengan aktivitasnya diruang santai.

renjun dengan rambut sarangburungnya keluar kamar, menuju pintu depan. siapa pula malam malam bertamu mencarinya? hecan? hanya haechan yang random selalu memaksa ingin kerumahnya. mungkin saja kali ini nekat, kan?

renjun tersentak begitu melihat siapa yang berdiri dihadapannya saat ini. tersenyum manis dengan balutan hoodie dan celana jeans.

lama keduanya saling pandang berbeda tatapan, sampai renjun akhirnya berdeham.

renjun menggerakkan dagunya, menunjuk kursi diteras. "duduk. biar aku ambil minum,"

saeron sudah lebih dulu menahan lengan renjun, sebelum pemuda itu berbalik dan kembali masuk.

"nggak perlu. aku cuma mau ngomong,"

"oke. duduk." titah renjun.

saeron menurut, duduk. diikuti renjun yang juga ikut duduk.

"apa?" tanya renjun setelah saeron tidak kunjung bersuara.

"itu, aku cuma mau jelasin semuanya. terserah kamu mau berubah pikiran apa tetep mau kayak gini. aku cuma nggak mau kamu salah paham dan mikir yang nggak nggak soal aku. dan memutuskan hubungan sepihak."

"apa?" desak renjun.

saeron mengambil napas. "pagi itu aku emang dikantin bareng jaemin, sarapan. aku curhat sama dia soal kamu yang ngeliat aku pulang bareng hyunjin malem itu. aku minta solusi sama dia, tapi berujung aku yang kebawa suasana takut kamu salah paham, jadi aku nangis. aku takut kamu marah. aku nggak tau kenapa jaemin tiba tiba cium aku waktu itu, tapi aku beneran langsung dorong dia. renjun aku nggak ngapa ngapain, dia yang duluan. aku nggak ada niat selingkuh ataupun apa itu, kamu harus percaya."

tanpa sadar, renjun sudah mengepalkan tangannya. emosinya mendadak kembali tersulut.

memang sejak awal jaemin yang salah. busuk.

"jaemin brengsek." desis renjun.

saeron menoleh. "tapi udah, dia juga nggak sengaja. aku tahu."

renjun diam. masih juga saeron membela laki laki itu? sekarang sudah terbukti kan? saeron memang seperti itu.

"renjun? -em gimana?" tanya saeron. karena renjun yang terus terusan diam.

"gimana apanya?"

"-itu, hubungan kita?" tanya saeron lagi hati hati.

renjun menghela napas berat. "udah malem. kamu harus pulang."

saeron tersentak dengan jawaban renjun. sama sekali tidak perduli.

"oke, aku bakal pulang."

renjun ikut beranjak. menatap sekelilingnya, tidak ada mobil ataupun motor terparkir.


"biar aku yang anter. bahaya."

-

tai kotok wkwkkw felix jadi cameo :v

hello you | renjun × saeron ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang