Seorang gadis malang yang kini tengah menangis di dalam kamar karena mendengarkan perkelahian orang tuanya. Ia sangat tidak suka akan hal ini, ia ingin keluarganya bahagia, pasti. Hanya orang bodoh yang tak mau keluarganya bahagia.
Ia menutup telinganya erat erat, ia tak mau mendengarkannya terus
-menerus. Ia takut, ia sangat takut. Rasanya ia ingin segera pergi dari tempat yg seperti neraka ini.Gadis itu keluar dari kamarnya, hendak pergi, namun langkah nya terhenti saat ia berada di dekat orang tuanya
"Mau kemana kamu?" tanya sang papa-Hendra
"Buat apa saya di rumah? Buat jadi penonton konser kalian ini?" tanya sang gadis sambil tersenyum miris sambil menatap bergantian manusia di depannya.
"jangan kemana mana! Kamu harus diam di rumah!"
"anda sendiri yang membuat saya muak diam di rumah," setelah mengucapkan itu dia pergi begitu saja tanpa menengok lagi ke belakang. Sungguh ia tak suka posisi ini!
Gadis itu keluar dengan sedikit berlari, ia sudah muak dengan semuanya namun tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang. "Nayra!"
Nayra menoleh sekejap lalu kembali berlari. Orang itu mengejar Nayra dan menangkap tangan gadis itu.
"Iih lepasin!" ucap Nayra sambil menghempaskan tangan seorang lelaki yang lebih tinggi darinya.
"Mau kemana nay?" tanya lelaki itu kepada adik tercintanya dengan tenang tetapi matanya memancarkan kekhawatiran.
"Bukan urusan lo!" jawab Nayra acuh sambil sedikit meninggikan suaranya.
"Saya abang kamu nayra! Saya berhak tau urusan kamu," ucap sang kakak tegas sambil menatap Nayra dengan tatapan lembut.
"Gue gak mau keluarga kita kek gini bang," ucap Nayra mencurahkan isi hatinya, air matanya tiba tiba saja jatuh begitu saja tanpa diminta.
Sang kakak menarik adiknya ke dalam dekapannya sambil mengelus pelan kepala Nayra dengan sayang, "Abang juga gak mau keluarga kita kek gini nay, kayaknya abang udah gak punya semangat hidup lagi tapi abang selalu inget kamu, dan kamu semangat hidup abang, " ucap sang kakak mengusap kembali pucuk kepala adiknya dan membuat sedikit rambutnya berantakan.
Nayra menikmati pelukan kakaknya, yang sama nyamannya seperti pelukan sang papah, pelukan yang sangat ia rindukan. Dekat namun tak tersentuh.
"rasanya Nayra pengen pergi aja dari bumi ini, " ucap Nayra tiba tiba.
"kok gitu? Kalo Nayra pergi, siapa yang jadi semangat hidup abang? " tanya sang kakak.
Nayra melepaskan pelukannya terlebih dahulu "abang cari aja pengganti Nayra, Nayra udah gak ada penyemangat lagi. Nayra pengen mati aja," jawab Nayra sendu sambil menatap manik mata sang kakak.
"Nayra kok jadi pengecut gini sih? Gak ada Nayra yang abang kenal. Nayra kan kuat. Nayra tau kenapa Allah kasih ujian ini buat Nayra?" tanya sang kakak.
Nayra menggeleng, "karena Allah yakin Nayra mampu melewatinya. Allah yakin Nayra kuat dan pasti bisa."
"yaudah, tapi Nayra gak mau kuliah," ucap Nayra membuat kakaknya terkekeh.
"Nanti nayra lanjutin, setelah nayra bisa nenangin pikiran Nayra," ucap Nayra mencoba meyakinkan sang kakak dengan wajah memelas.
"kamu udah jarang masuk, sekarang malah mau berhenti?" tanya kakaknya sambil menyentil pelan hidung mancung Nayra.
Nayra cemberut, padahal hanya itu keinginannya. Pikirannya sudah penuh dengan beban beban keluarganya, jika ditambah dengan tugas tugas kuliah, nanti meledak nih kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dosen My Husband (HIATUS)
SpiritualGadis yg di jodohkan papanya demi perusahaannya sukses, membuat ia benci terhadap papanya. Tapi tak lama setelah ia menikah dengan seorang pria tampan nan menawan kehidupannya berubah, ia bisa menerima mama dan papa nya yg gila kerja. Dunianya sempa...