Setelah mata kuliah habis, Nayra dan Salma mampir ke sebuah cafe yg berada di sekitar kampusnya.
"mau pesan apa mbak?" Tanya sang pelayan.
"pesen apa Nay?" tanya Salma kepada Nayra.
"samain aja," jawab Nayra.
"kopi creamy latenya dua yah?" pesan Salma dan hanya di jawab dengan anggukan beserta senyuman, Salma pun membalasnya dengan senyuman.
"Nay kamu itu kapan sih mau berhijab?" tanya Salma tiba tiba membuat Nayra sedikit terkejut.
Nayra yang tadinya menatap ke arah lain langsung menatap mata Salma, ia terdiam dengan pandangan lurus, "kok diem?" tanya Salma mengerutkan keningnya.
"Gue belum siap," jawab Nayra lirih.
"Sampai kapan sih, nunggu kamu siap?" tanyanya geram. Dari dulu, selalu saja itu jawaban yang Salma dapat.
"Berhijab itu bukan nunggu siap apa nggak nya, hijab itu wa---"
"Permisi mbak," ucap sang pelayan semabari meletakan 2 creamy late di hadapan Nayra dan Salma.
'Makasih ya mbak udah nyelametin gue dari si mulut ember bocor' batin Nayra.
Nayra tersenyum tipis sebagai tanda terimakasih. Salma pun melakukan hal yang sama, "makasih ya mbak."
Nayra dan salma mulai meminum pesanannya, "tadi kita ngobrol sampai mana ya?aku lupa," ucap Salma sambil mengingat-ngingat kembali arah pembicaraannya tadi. Namun, Salma tetaplah Salma, si pelupa.
"gue juga lupa," dusta Nayra. Sebenarnya ia tahu tadi arah pembicaraannya tetapi ia sangat malas jika sudah membicarakan hal itu.
"kita ganti topik aj,a" ucap Nayra mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, orang tua kamu, masih suka berantem?" tanya Salma. Memang Salma orang satu-satunya yang menjadi tempat keluh kesah Nayra. Entahlah, Nayra merasa sangat nyaman dan sedikit lega jika sudah bercerita kepada Salma.
"Iya, setiap hari pasti mereka berantem, gue bener bener gak suka kalo udah kayak gini," jawab Nayra dengan penuh kebencian.
"Kamu jangan benci sama mereka, bagaimana pun mereka itu orang tua kamu, mereka yang sudah membesarkan kamu sampai sebesar ini," ucap Salma menasehati.
Nayra terdiam, benar apa yang di katakan Salma, seharusnya ia tak membenci orang tuanya. Tetapi ia sangat kesal dengan sikap acuh orang tuanya, seakan di dunia ini hanya harta yang mereka cari padahal di rumah, anak-anaknya membutuhkan kasih sayang.
"Kamu harus minta maaf sama mereka!" titah Salma.
"Buat apa? Gue gak salah," bantah Nyara.
"Nay, minta maaf bukan masalah salah atau enggaknya. Lagian, apa salahnya kita minta maaf? Kita sebagai anak, harus menghormati orang tua kita yang rela berjuang mencari nafkah untuk kita, seperti papa dan mama kamu."
Nayra tersenyum miring, "gue gak diajarin gitu sama orang tua gue."
"Udahlah, gue gak mau bahas mereka," ucap Nayra supaya Salma tak membahas orang tuanya lagi. Tadi niatnya ia ingin mengalihkan pembicaraannya tentang hijab ke topik yang lebih menyenangkan tetapi nyatanya lebih menyebalkan.
Salma terdiam sebagai jawaban. Keadaan menjadi hening.
"udah mulai sore, kita pulang yuk!" ajak Salma dan hanya dibalas dengan anggukan oleh Nayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dosen My Husband (HIATUS)
SpiritualGadis yg di jodohkan papanya demi perusahaannya sukses, membuat ia benci terhadap papanya. Tapi tak lama setelah ia menikah dengan seorang pria tampan nan menawan kehidupannya berubah, ia bisa menerima mama dan papa nya yg gila kerja. Dunianya sempa...