17 Kepercayaan Kakak Kesayangan

446 21 2
                                    

Gilang berdiri di ambang pintu rumah Yuni dengan tubuh menggigil, ia menunggu Yuni yang sedang masuk dan menyuruhnya untuk menunggu di depan pintu.

"Ngapain hujan - hujanan gitu?" Tanya Yuni sok cuek.

"Beli nasgor nih, buat makan malam sama kamu."

"Aku nggak laper."

"Aku suapin deh."

"Dibilang gak laper juga!" Suara Yuni meninggi, namun setelahnya Yuni tampak sungkan. Membuat Gilang tersenyum gemas.

"Makan gak?"

"Gak!"

"Kalau kamu mau makan sama aku, aku bakal turutin satu permintaan kamu."

Yuni melirik Gilang, "Permintaan dalam hal apa dulu?"

"Apa aja."

"Oke! Deal?" Yuni mengulurkan tangannya.

Gilang menatap tangan Yuni yang menunggu jabatannya, namun Gilang tidak meraihnya. Melainkan mencubit gemas pipi Yuni.

"Deal." Gilang tersenyum, sangat manis.

Yuni berkedip - kedip, sejenak terpukau menikmati paras tampan Gilang.

"Ehem." Gilang berdehem. Membuat lamunan Yuni buyar.

"Dingin tau." Gilang meringis lucu.

"Em, iya. Eh, bentar aku ke belakang dulu, kak Gilang tunggu disini, sebentar!" Ucap Yuni lantas berlari memasuki rumahnya.

Entah apa yang dilakukan Yuni di dalam sana.

Gilang menggenggam erat - erat bungkus nasi goreng di tangannya. Ia sengaja membeli dua untuk di makan bersama Yuni malam ini, sekalian untuk menyelesaikan masalah di antara mereka dengan kepala dingin.

Gilang rindu Yuni, ia tidak bisa terus - terusan menahan diri untuk tidak menyapa wanita menggemaskan itu.

"Kak Gilang, ayo masuk, kak. Aku udah pinjemin baju kak Adrian buat kakak." Ujar Yuni tiba - tiba datang. Gilang menatap Yuni bingung.

"Kalau aku masuk, lantai rumah kamu nanti basah."

Yuni menggeleng, "Sudahlah, cepat masuk, kak. Di luar dingin."

Gilang mengangguk, dengan sedikit ragu bercampur gugup ia melangkahkan kakinya masuk. Yuni menyodorkan sebuah kaos dan celana pendek pada Gilang.

Gilang tidak langsung meraihnya, ia menatap mata Yuni yang masih tersirat luka di dalamnya. Namun Yuni menutupinya dengan senyum kecil.

Setegar itukah Yuni hingga perkataan bodohnya tadi siang masih dapat ia balas dengan senyuman tulus?

"Ini, cepat ganti, kak. Kamar mandinya disana, tuh kelihatan pintunya dari sini." Yuni menunjuk arah ke kamar mandinya. Gilang meraih kaos dan celana di tangan Yuni itu.

Lalu berjalan menuju kamar mandi. Yuni memperhatikan lantainya yang basah sepanjang kaki Gilang melangkah. Yuni bernafas panjang.

"Huhh, ya Tuhan kenapa aku gak bisa sedikit dingin sama kak Gilang?" Gumam Yuni menepuk dahinya pelan. Yuni menggelengkan kepalanya.

"Aku harus menjelaskan semuanya sama kak Gilang, ya!" Gumam Yuni lagi. Yuni pun melangkah ke belakang untuk mengambil kain pel.

"YUNI NYONG NYONG? LU MASUK KAMAR GUA YA!" Teriak Adrian dari dalam kamarnya, Yuni berdecak malas. Ia mengambil kain pel dari ruang cuci baju, saat hendak berbalik tiba - tiba saja Adrian sudah berdiri di belakangnya sambil menatap Yuni tajam.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang