18 Isak Tangis

366 28 10
                                    

Atmosfer di antara Yuni dan Gilang sunyi bercampur tegang. Bibir mungil Yuni membuka, masih tidak habis fikir dengan Angga yang dengan enaknya bilang pada Gilang bahwa ia pernah menggugurkan seorang bayi bersamanya.

"Aku berani sumpah demi Allah, aku nggak pernah aneh - aneh sama Angga." Suara Yuni bergetar, matanya berkaca - kaca menahan tangis yang ingin keluar dengan deras.

"Gimana caranya supaya aku bisa percaya sama kamu?" Tanya Gilang.

"Sebentar." Yuni bangkit dari duduknya, kemudian berjalan menuju kamar. Gilang menyandarkan punggungnya lemas.

Beberapa saat kemudian Yuni kembali datang dengan sebuah kotak berwarna biru di tangannya. Yuni duduk dan menyodorkan kotak itu pada Gilang.

"Ini dari Angga, aku pengen kakak simpen ini, jangan sampai aku melihat kenangan bersama Angga lagi. Aku bakal lupain Angga secepatnya."

Gilang diam, membuka tutup kotak itu dan melihat berbagai jenis barang di dalamnya.

"Kalau bener aku udah gak virgin, apalagi sampai gugurin bayi sama Angga. Aku pasti minta Angga buat tanggung jawab dan nikahin aku nanti. Tapi aku bakal buktiin ke kak Gilang, aku sama sekali tidak berharap Angga kembali dan menikah denganku nanti. Karena kehormatanku masih ada padaku, tidak pernah direnggut sama siapapun."

"Sekalipun aku bakar kotak ini di depan kamu?"

Yuni mengangguk yakin, "Bakar aja, kalau perlu hancurin kotak itu juga gakpapa. Kenangan itu sama aja kayak Angga, sama bodohnya."

Gilang termenung. Ucapan Yuni benar - benar seolah tidak keberatan dengan perginya Angga.

Secara logika, jika Yuni sudah tidak virgin, tidak mungkin semudah ini Yuni melepas Angga.

"Baik, aku akan nyoba percaya sama kamu."

"Sekarang kakak, siapa cewek di restoran Sejati itu?" Tanya Yuni parau.

Gilang menghela nafasnya, bersiap untuk menceritakan tentang Jane dan pelariannya kini pada Yuni.

"Namanya Jane, dia--"

Dok dok dok dok dok...

Gilang dan Yuni sama - sama terdiam saat mendengar suara ketukan pintu. Ini sudah pukul sebelas malam. Siapa yang bertamu selarut ini?

"Si- siapa ya?" Lirih Yuni.

"Coba kamu buka pelan - pelan." Ucap Gilang tersenyum, mencoba menenangkan Yuni yang terlihat takut.

Yuni mengangguk samar dan menatap pintu itu horror.

Dok dok dok dok!

"Iya sebentar!" Yuni pun bangkit dan segera membuka pintu, orang ini benar - benar tidak sabaran.

Cklek!

Dua orang yang terlihat menyeramkan berdiri di depan pintu rumah Yuni. Yang satu adalah seorang Polisi, lengkap dengan seragam kepolisian nya. Dan yang satunya lagi pria berbadan besar dengan kaca mata hitam, kostum serba hitam, dan... botak.

Yuni bergidik ngeri.

"Ada apa ya?"

"Permisi, maaf mengganggu. Kami dari kepolisian Negara, ada seorang buronan yang sedang dalam incaran kami. Dan ada saksi yang mengatakan bahwa dia melihat buronan itu masuk ke rumah ini. Apakah ada seseorang di dalam?"

Gilang yang masih duduk di sofa memperhatikan Yuni, ia melihat tangan Yuni yang menggenggam erat gagang pintu, Gilang pun bangkit dari duduknya untuk melihat siapa yang bertamu sampai membuat Yuni gemetaran.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang