Pending.

488 19 1
                                    

Assalamualaikum temen - temen!

Sebelumnya aku bener - bener minta maaf b.a.n.g.e.ttt sama reader semua karena novel GILANG ini sekarang dipending gara2 beberapa faktor :')

First : aku sekarang masih di pesantren dan jarang b.a.n.g.e.t main wattpad. Jangankan wattpad, pegang hp aja seminggu sekali, wkw.

Second : dari awal aku nulis novel ini aku udah ngerancang ide buat tiap partnya, sampe ending aku udah nemuin ide juga. But, karena bodohnya nggak aku tulis ide itu di kertas, alhasil ide2 itu raib ke makan waktu. Ini otak terlalu banyak mikirin problema hidup yg belibet ini :')

Yg ketiga : Mood sama novel ini udah hilang, karena terjadi something di realita kehidupanku, membuatku jadi lemes kalau inget novel ini. Yahh, seenggaknya aku bersyukur pernah menghayal dan mengukir kisah bersama doi di novel ini. Walopun ga sampe ending :)

Yg keempat : Aku pengen fokus sekolah formal dulu.

Dan maaf buat semua yg udah nunggu2in kelanjutan novel ini, karena novelnya aku stop sampe disini. Novelnya ga bakal aku hapus kok. Untuk endingnya, kalian bisa menghayal sendiri bagaimana jadinya jika Yuni menerima atau menolak lamaran Gilang? :) Atau bagaimana dengan dendam Alfan saat tau Letta hampir bunuh diri gara2 Gilang?

I'm so sorry. Semua ga berjalan semulus yg aku fikirkan dari awal.

Sebagai gantinya, aku punya sepenggal cerita untuk kalian baca, bagus atau tidaknya itu terserah kalian yang menilai. Aku cuma ingin penutupan di novel penuh cerita ( behind the scene nya ) ini punya sedikit kesan. :)

It's about you, about my LOL love for you.

11 juni 2016, saat itu aku sedang di atas awan. Untuk pertama kalinya aku melakukan hal gila karena kehilangan seorang pria yang beberapa tahun belakang ini singgah di hatiku. Entah sudah berapa liter alkohol yang kuteguk. Yang terfikir olehku hanyalah, 'Kenapa Tuhan ngasih hati kalau buat bunuh perlahan - lahan kayak gini'?

Aku menatap undangan pernikahan di tanganku. Tertulis disana nama seseorang yang sempat kuhayalkan dalam euphoriaku.

'Yunan Bachtiar Frisilian'
In love with
'Tasya Aurellia'

Dulu aku pernah bermimpi, bahwa di undangan ini akan tertera namaku dibawah namamu. 'Yunia Reinata'. But, look now! Lucu sekali hayalanku dulu.

Tok tok tok...

Seseorang mengetuk pintu kamarku tiba - tiba.

"Yuni!! Come on, ini hari besar! Kenapa lo lama banget sih!" Cerocos Dinda, sahabatku sejak SD langsung masuk ke dalam kamar begitu saja. Aku tersenyum ketir.

Aku meletakkan undangan itu di atas nakas. Aku berdiri dari duduk lamaku di sofa depan gorden. Perlahan kudekati cermin di kamarku.

Dress putih selutut dengan lengan panjang membalut tubuhku. Aku membenarkan poniku yang sedikit berantakan.

"Are you really oke?" Tanya Dinda.

"Aku nggak pernah seoke ini. Yuk berangkat." Aku meraih tas selempang hitam ku di atas kasur dan mengajak Dinda untuk pergi.

Jalanku masih sedikit sempoyongan, semua yang kulihat masih sedikit berkunang.

"Lo mabuk terlalu banyak, Yun." Ucap Dinda yang berjalan di sebelahku.

"Biar saja. Aku senang dengan perasaan ini."

Kami tiba di mobil Dinda dan langsung menumpanginya. Mobil melaju membawaku ke sebuah gedung yang gemerlapan dan meriah. Aku menarik nafas panjang.

Siapkah aku melihat sebuah pemandangan pahit setelah ini?

Siapkah hatiku menerima kenyataan setelah ini?

Dinda dan aku segera turun dari mobil dan berjalan beriringan menuju dalam gedung. Ku perhatikan sekelilingku, semua orang tampak menjadi dua. Namun ada dua sosok yang begitu jelas tertangkap bilik mataku.

Dua sosok yang berdiri dengan simpul tawa di atas altar pernikahan.

Sakit.

Alkohol tidak mampu menetralisir saat hati sedang merasa pedih. Tidak ada gunanya memabukkan diri. Rasa ingin menangis itu masih hebat terasa.

Aku menaiki altar pernikahan bersama Dinda. Yunan menatapku, raut bahagianya sejenak berubah terkejut, kemudian berubah bersedih, kemudian tersenyum lagi.

"Yuni, Dinda! Sangat senang kalian bisa datang ke acaraku." Seru Yunan menyambut jabatan tanganku dan Dinda.

Jabatan tangan itu. Hangat. Masih kuhafal dengan jelas bagaimana hangatnya tangan Yunan saat menyentuh tanganku.

"Selamat ya. Semoga bahagia bersama wanitamu." Ucapku hampir terdengar seperti lirihan. Namun Yunan bisa mendengarnya.

"Terima kasih, untuk pelajaran tentang bagaimana cara mencintai yang baik selama 7 tahun kemarin." Ucap Yunan.

Aku mengangguk pelan.

Setidaknya, mengikhlaskan supaya melihatnya bahagia itu jauh lebih baik. daripada mempertahankan untuk menyakiti kita setiap harinya.

Tak dapat dipungkiri, aku begitu bodoh masih mencintai pria yang sudah sah menjadi milik wanita lain.

Andai Yunan tau, membiasakan sesuatu yang tidak biasa itu sulit. Tapi biarlah, cinta akan berlabuh pada hati yang tepat pada saatnya.

dan maybe... Sekarang bukan saatnya untukku.

Selamat tinggal Yunan, berbahagialah dengan apa yang kamu miliki sekarang. Walaupun itu bukan denganku. :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang