Pagi menjelang,matahari sudah setengah naik saat kaki kokoh Jimin yang atletis menginjak lobi rumah sakit mewah tempat magnae kesayangannya dirawat.
"Huh. Semoga ini semua yang terbaik."
Setelah menghembuskan nafas kasarnya,Jimin melangkah mantab menuju ruangan dimana adiknya itu tinggal. Setelah menatap pintu di hadapan nya, Jimin segera membuka pintu tersebut. Dilihatnya sang adik tengah asyik memainkan ponsel nya, dan sepertinya tidak menyadari kehadirannya.
"Jeon Jungkook?"
"Eoh hyung,kau datang."
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu Kook."
"Tunggu sebentar hyung aku akan menamatkan game ini dulu."
Setelah mendengar ucapan Jungkook, Jimin memutuskan untuk duduk di sofa yang ada disana. Sembari menunggu dia mencoba merangkai kata kata yang akan dia ucapkan pada Jungkook nantinya.
Setelah 1 jam berlalu Jungkook belum juga ada niatan akan mengakhiri permainannya. Jimin mulai jengah.
"Jungkook-ah?"
"Sebentar hyung."
"Sepertinya game mu itu lebih penting Kook. Aku pergi."
Jimin menyerah,dia marah tapi tak bisa berbuat apa apa.
"Tunggu hyung."
Jungkook meletakkan handphone nya. Dia berniat mengejar Jimin, tetapi Jimin lebih dulu menghentikan langkahnya.
"Ada apa hyung? Tidak biasanya kau sensitif seperti ini. Apa kau sedang PMS hyung. Heheh"
"Aku ingin mengajakmu pulang Kook.
"Pulang? Apa maksudmu hyung?"
"Iya. Pulang ke Seoul."
"Sudah ku duga ini yang ingin kau bicarakan hyung. Membujukku pulang dan menemui laki laki yang menyebalkan itu. Aku tidak sudi hyung."
"Tapi Kook, kau tau kan jika saat ini Taehyung membutuhkanmu."
"Bukankah dia sendiri yang bilang kalau dia tidak membutuhkanku?"
"Bukan begitu Kook, Taehyung -"
"Sudahlah hyung kau itu sama saja dengan nya. Kau tau semua yang dia lakukan salah,tapi kau selalu membelanya. Bahkan saat kau tau dia sengaja membuatku terjatuh dan kaki ku cedera. Kau bahkan tidak menghentikannya dan justru membela nya. Kau fikir aku tidak tau hyung?"
"Jungkook kau tidak mengerti Taehyung tidak benar benar membencimu. Dia sayang padamu."
"Pergilah hyung, jika kau kesini hanya untuk mumbujukku pulang demi anak itu. Bermimpilah hyung, aku tidak akan melakukannya."
Setelah mengatakan kalimat finalnya Jungkook berbalik menuju tempat tidurnya. Memilih tidur membelakangi Jimin yang entah sejak kapan sudah meneteskan air mata.
"Kau tahu Kook. Taehyung tak pernah membencimu,dia hanya tidak bisa mengekspresikan rasa sayangnya padamu. Semua kata kata kasarnya padamu itu karena dia tak ingin kau mengorbankan diri untuk menolongnya. Bahkan di saat neneknya kritis sekalipun Taehyung masih memikirkan mu. Kau tidak mengenalnya Kook. Coba kau ingat lagi siapa yang paling panik saat tau kau mengalami cedera?"
Jimin berhenti dadanya terasa sesak. Semua yang dia katakan benar adanya, Taehyung menyayangi Jungkook seperti adik kandungnya sendiri.
"Aku bisa menceritakan semuanya padamu,jika kau mau Kook. Tapi saat ini bisakah kau ikut aku pulang. Taehyung koma Kook,dia sengaja mencelakai dirinya sendiri dengan berlari tak tentu arah sampai akhirnya dia jatuh di tangga. Dia bilang kau akan datang saat dia tidur. Dia..dia ingin mendengar suara mu Kook,karena sekarang Taehyung sudah buta."
Tepat kata terakhir Jimin tak dapat menahan sesak dihatinya dia menangis terisak,tak pedulu jika nanti Jungkook menertawainya. Dia hanya ingin melepaskan beban yang mengganjal dihatinya.
Tanpa Jimin sadari dibalik selimut Jungkook tengah menahan tangis nya. Tak bisa dipungkiri dia sangat menyayangi Taehyung dan juga mengkhawatirkannya. Dan kabar tentang kebutaan Taehyung baru dia dapat hari ini. Membayangkan nya saja membuat Jungkook rasanya ingin berlari pulang sekarang akan tetapi rasa kecewanya pada sang kakak masih belum hilang.
"Tae hyung waeyo..hiks?"
Tbc.