Keesokan harinya, Mbak Sovy berhasil membangunkanku dengan paksaan. Aku pikir ini adalah hari Minggu, jadi Aku bisa leluasa menikmati waktu tidurku. Apalagi kakiku masih cukup terasa nyeri. Tapi Aku akui bahwa pijatan Mbok kemarin cukup ampuh membuat kakiku membaik, hanya menyisakan sedikit rasa nyeri.
"Apaan, sih? Aku masih ngantuk, Mbak!" erangku saat Mbak Sovy menarik selimutku dan membiarkan dingin AC menyapa kulit kakiku.
"Itu loh, ada Aldy di depan. Buruan deh bangun sebelum Mama yang bangunin!" ucapnya. Kedua mataku langsung mendelik dan menatap Mbak Sovy.
"Bang Aldy? Ngapain Dia ke sini pagi-pagi gini?" tanyaku.
"Katanya mau ngajak Kamu nonton pertandingan basket, gimana sih? Udah deh buruan bangun trus mandi!" perintah Mbak Sovy sambil melemparkan handukku yang ada di atas kursi. Tepat menutup wajahku, lantas Aku meraih handuk itu lalu bangun.
Aku bahkan tidak tahu kalau Bang Aldy mau menjemputku. Tidak ada percakapan atau janjian sebelumnya kalau hari ini Dia akan menemaniku nonton pertandingan basket. Bahkan Aku sendiri sedikit merasa malas untuk datang. Aku ogah jika hanya menonton saja.
Aku segera membersihkan diriku di kamar mandi. Tidak perlu berlama-lama, Aku langsung mencari pakaian terbaikku. Aku sempat membongkar lemari pakaianku hanya untuk mencari pakaian yang bagus. Tapi tunggu dulu, bukannya Aku hanya menonton pertandingan basket? Kenapa Aku seolah mau kencan sampai bingung mencari pakaian bahkan sempat berpikiran untuk memakai rok selutut. Untungnya Aku segera sadar dan segera mencari celana jeans dan kaus seadanya. Kakiku masih cukup pincang, jadilah gerakku tidak bisa leluasa, dan jalanku tidak bisa cepat.
Di sela-sela bersiap-siap, Aku menyempatkan untuk mengirim pesan singkat kepada Achil terkait jadwal pertandingan hari ini. Setahuku jadwal main sekolahku masih nanti siang, sedangkan Bang Aldy sudah menjemputku jam delapan pagi. Terlalu pagi. Semalam Aku sudah mendapat laporan di grup tim basket sekolah bahwa sekolah Kami memenangkan pertandingan kemarin. Jadilah hari ini sekolah Kami bertanding lagi.
"Ma, Aku pergi dulu, ya," pamitku. Di ruang tamu Mama menemani Bang Aldy. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Bang Aldy langsung berdiri begitu melihatku menyalami Mama.
"Aldy pergi dulu, Tant," pamit Bang Aldy juga.
"Hati-hati ya Al," ucap Mama sambil mengantarku ke depan. Tadinya Bang Aldy mau membantuku berjalan, tapi Ku tolak. Malu sama Mama.
"Bang, pertandingannya itu masih nanti siang, loh," ucapku begitu mobilnya keluar dari perumahan.
"Abdi udah ngasih tau Aku soal itu. Ya Kita sarapan aja dulu." Ucapnya.
"Emang Abang gak sarapan di rumah? Tadi Mama gak nawarin sarapan gitu? Biasanya Mama bakal nawarin sarapan loh," tanyaku.
"Gak ada orang di rumah. Bang Ariya juga udah pergi nyari sarapan sama ceweknya. Mamamu juga udah nawarin sarapan tapi Aku tolak. Biar bisa sarapan di luar." Jawab Bang Aldy. Aku menggelengkan kepalaku.
"Setelah sarapan, baru deh Kita ke GOR." Jawabnya.
Bang Aldy menghentikan mobilnya di sebuah restoran. Setelah memarkirkannya, Dia langsung keluar dengan cepat dan segera membukakan pintu untukku. Tapi kemudian Dia pergi ke belakang mobilnya untuk membuka bagasi dan mengeluarkan sesuatu di sana. Kemudian Ia kembali ke hadapanku dan menyerahkan sebuah kruk untukku.
"Hah? Bang, Aku cuma pincang dikit doank, gak perlu kruk juga kali," ocehku yang kaget melihatnya menyerahkan sebuah kruk.
"Seenggaknya bisa membantu loh, atau Kamu mau Aku yang nuntun Kamu? Ya gapapa sih," jawabnya dan seolah hendak mengembalikan kruk itu ke bagassi tapi Aku dengan ccepat meraihnya. Jujur, Aku malu mendengar ucapannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Do We Love Eachother? 🔞 (TAMAT)
RomanceBased on a strue story. Dan kisah itu belum berakhir sampai ada maut yang mendekat. Mau pergi bagaimanapun, kisah itu akan tetap ada dan terus berjalan. Cinta tidak bisa memilih kepada siapa ia akan tinggal. Jika ada hati yang bergetar, itu karena...