Happy 4th Anniversary

713 23 3
                                    

Sebenarnya Aku tidak memiliki keberanian untuk mengatakan kepada Mama atau Papa, bahkan keduanya. Tapi kemarin Bang Aldy tiba-tiba meminta untuk masuk ke rumah dan bertemu Mama. Aku benar-benar takut dan tidak tahu harus bersikap seperti apa. Mungkin Aku tidak akan sebingung ini jika yang menemui Mama adalah kekasihku yang tidak memiliki silsilah keluarga denganku.

Aku pernah beberapa kali pacaran, tapi dulu waktu Aku masih SMP dan SMA, dan Aku tidak pernah mau memperkenalkannya kepada Papa dan Mamaku. Aku tidak memiliki keberanian untuk hal itu. Karena Mama pernah mewanti-wanti agar berhati-hati dalam bergaul karena Aku masih sekolah. Jadi, Ku pikir lebih baik jika Aku tidak memberitahu mereka bahwa Aku memiliki pacar.

Dan bisa dibilang, ini adalah pertama kalinya Papa dan Mama tahu aku memiliki pacar. Sekalinya mereka tahu, pacarku adalah saudaraku sendiri. Itu juga menjadi salah satu penyebabku bingung akhir-akhir ini.

Bang Aldy dengan percaya dirinya menghadap Mama dan bertingkah selayaknya seorang saudara. Seorang anak kepada Ibunya. Sedangkan Aku, Aku hanya diam.

"Monic belum cerita apa-apa ke Mama. Tapi Mama sudah dapat persetujuan dari orang tua Kamu dengan syarat jangan sampai Kalian melakukan hal yang aneh-aneh. Apa Kalian bisa menjanjikan itu?" tanya Mama sambil kedua matanya bergantian melirikku dan Bang Aldy. Rasanya Aku seperti sedang diinterogasi saat itu. Kedua kakiku rapat dan Aku hanya menunduk.

"Tentu, Aku janji untuk itu. Mama juga selalu berpesan akan hal itu saat Aku berhubungan dengan siapapun." jawab Bang Aldy dengan yakin dan percaya dirinya.

"Tante juga minta tolong ke Kamu bisa menjaga Monic." permintaan terakhir Mama sebelum akhirnya Mama pergi meninggalkan Kami berdua di ruang tamu dan anggukan kepala dari Bang Aldy sempat menjawab permintaan Mama itu.

"Tuh kan? Gapapa kan?" goda Bang Aldy begitu memastikan Mama sudah di lantai dua. Sekujur tubuhku yang tadinya menegang, seketika melemas dan Aku bisa menyandarkan tubuhku di sova. Semudah itukah hubungan Kami? Secepat itukah Kami bisa mendapatkan restu dari kedua orang tua Kami? Aku pikir tidak akan semudah itu, ya karena seharusnya Papa dan Mama melarang.

"Mulai sekarang, Kita bebas karena kedua orang tua Kita sudah tahu hubungan Kita. Jadi gak ada yang perlu di khawatirkan ya," Bang Aldy mengajakku berbicara lagi. Aku masih merasakan kelegaan yang begitu dalam. Setidaknya dengan begini Aku bisa lebih tenang.

Semalaman rasanya tidurku lebih tenang. Setelah Aku bisa berpelukan dengan Mama dan memastikan bahwa tidak ada yang perlu Aku khawatirkan. Itu artinya hubunganku dan Bang Aldy baik-baik saja dan tidak akan bermasalah dalam urusan restu. Meskipun Mama tetap memberiku peringatan. Mama hanya tidak tahu kalau sebelum-sebelumnya Aku sudah pernah berpacaran.

Hari ini adalah hari Sabtu. Aku sudah cukup malas untuk bangun pagi. Tapi Bang Aldy terus saja mengangguku. Untuk beberapa saat Aku tidak menghiraukannya. Namun pada akjirnya Aku harus meladeninya begitu Kak Sovy memasuki kamarku lalu dengan sengaja memukul badanku dengan gulingnya.

"Heh! Seenggaknya angkat teleponnya Aldy!" gertak Kak Sovy setelah memastikan Aku bangun.

"Duuh... Kenapa sih?"

"Nih!" Kak Sovy menyodorkan ponselnya. Aku melihat layarnya yang menampilkan percakapan whatsappnya dengan Bang Aldy. "Ya gitu yang baru dapat restu! Mainnya jadi alus." gerutu Kak Sovy. Sebelum-sebelumnya Bang Aldy tidak pernah sampai menghubungi Kak Sovy apalagi hanya untuk urusanku yang tidak penting.

Kak Sovy melengos lalu meninggalkan  kamarku dengan sedikit membanting pintu kamar yang membuat suaranya mengagetkanku. Aku segera mengambil ponselku dan melihat ada lima panggilan tidak terjawab dan dua puluh chat whatsapp dari Bang Aldy. Dan baru saja Aku membuka whatsapp, Bang Aldy telepon. Aku langsung mengangkatnya.

Why Do We Love Eachother? 🔞 (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang