Something Wrong.

555 12 0
                                    

Aku merasakan lengan Bang Aldy menyentuh perut telanjangku. Napasnya juga terasa di ubun-ubunku. Sesekali ada ciuman di kepalaku.

“Emh...” lenguhku.

“Sudah pagi, Mon,” ucap Bang Aldy. Pagi ini, Aku bangun di pelukan Bang Aldy. Semua kembali seperti sebelum Bang Aldy pergi ke Bali.

“Lalu?” tanyaku yang masih mengantuk.

“Kamu gak kuliah?”

Aku merubah posisi tidurku menjadi terlentang. Kepalaku Ku dekatkan ke dada telanjang Bang Aldy.

“Bolos dulu. Cuma satu mata kuliah.” Jawabku.

Ya, Aku menginap di apartemen semalam, bersama Bang Aldy tentunya. Aku sudah meminta tolong kepada Achil jika ada keluargaku yang menanyakanku. Sebelumnya Aku juga sudah berpamitan kepada Mama dan Mbak Sovy. Tentu Aku tidak akan mengatakan yang sebenarnya bahwa Aku sudah bertemu dengan Bang Aldy. Aku jadi tidak berani megatakan kepada keluargaku bahwa Aku bersama Bang Aldy, terutama kepada Papa.

“Trus?” tanya Bang Aldy. Aku merubah posisiku lagi. Kali ini Aku menghadap ke Bang Aldy lalu memeluknya.

“Tidur.” Jawabku malas. Bang Aldy terkekeh, dan lalu memelukku.
Setidaknya Bang Aldy membiarkan posisi Kami seperti itu untuk beberapa saat. Membiarkanku tidur dengan posisi itu sampai Aku benar-benar bangun, satu jam kemudian.

“Sudah tidurnya?” tanya Bang Aldy. Aku bahkan tidak tahu kalau Bang Aldy masih terjaga. Aku pikir Dia ikut tidur. Aku mulet beberapa detik, mengangkat kedua tanganku ke atas. Aku menatap wajahnya.

“Ngomong-ngomong, Abang gak ngasih Aku oleh-oleh?” tanyaku. Mungkin itu terdengar lucu di telinga Bang Aldy sampai-sampai Ia mencoba untuk menahan tawanya.

“Padahal Abang udah sama Kamu dari kemarin, dan Kamu baru tanya oleh-oleh sekarang?”

“Yaudahlah sih, kalau gak mau ngasih oleh-oleh juga gak papa. Aku Cuma tanya.” Gerutuku sambil membalikkan tubuhku, membelakanginya. Bang Aldy justru memelukku.

“Ya jelas mau lah! Ada di koper, kok.” Jawabnya dengan santai.

“Kenapa gak di kasih dari semalam?”

“Abang pikir yang Kamu butuh cuma Abang. Bukannya itu oleh-oleh dari Bali yang paling Kamu tunggu?”

“Iya juga sih.”

“Yaudah, waktunya bangun, mandi, trus siap-siap.” Ajaknya. Bang Aldy mulai bangun dari kasur.

“Memangnya mau ke mana?”

“Jalan-jalan. Aku juga mau pulang dulu.” Jawab Bang Aldy sambil memakai jubah mandinya lalu segera memasuki kamar mandi.

Sedetik kemudian, Aku mendengar guyuran air dari dalam kamar mandi. Aku juga cepat-cepat bangun, meraih air mineral dan meminumnya lalu menuju ke koper Bang Aldy yang Ia geletakkan begitu saja di depan TV. Aku membukanya, dan Aku terdiam beberapa detik saat melihat ada sebuah pigura dengan fotoku dan Bang Aldy di sana. Di bagian paling atas tumpukan bajunya. Aku diam, tapi senyumku terus mengembang. Aku mengambil pigura itu dan melihatnya. Itu benar-benar foto Kami berdua. Itu adalah foto saat Kami merayakan 4 tahun hubungan Kami di kamar tamu di rumahnya. Kamar yang sudah Ia hiasi dengan bunga dan balon. Bang Ariya yang memotretnya. Di setiap sisi pigura itu berhiaskan beberapa kerang dan lukisan ala-ala Bali, juga terdapat tulisan namaku dan Abang di sisi atasnya. Jelas kalau pigura itu dibeli Abang di Bali. Apakah ini oleh-oleh yang di maksud Abang? Apapun oleh-olehnya, Aku suka. Aku jadi mengkhayal suatu saat nanti akan ada pigura dengan foto Kami berdua mengenakan pakaian pengantin. Semoga.

“Aku suka fotonya!” ucapku begitu tahu Bang Aldy keluar dari kamar mandi beberapa menit kemudian. Dia tersenyum melihatku membawa pigura fotonya.

Why Do We Love Eachother? 🔞 (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang