Firasat BURUK.

467 14 2
                                    

Jujur, Aku masih belum nyaman dengan melepaskan cincin yang sudah empat tahun melingkar di jari manisku. Apalagi jika harus setiap hari melihat cincin yang baru kemarin tersemat di jariku yang lain. Mungkin hatiku ada di cincin yang lama. Jelas, cincin itu yang menjadi saksi bagaimana hubunganku dan Bang Aldy berjalan hingga sekarang. Bahkan Aku sudah tidak peduli lagi dengan kenyataan bahwa cincin itu sebenarnya milik mantannya. Mereka sudah putus. Tapi demi Bang Aldy, Aku mau melepas dan menyimpannya. Aku tidak ingin berperasangka buruk.

Bang Aldy mengecup bibirku sebelum Aku turun dari mobilnya. Aku melihat Achil sudah ada di depan gerbang kampus, mengamati mobil Bang Aldy. Dia pasti bisa melihat apa yang Kami lakukan karena begitu bibir Kami saling bersentuhan, Achil terlihat melengos dan memalingkan pandangannya. Aku meliriknya.

"Nanti naik ojek online ya. Kalau mau pulang ke apartemen, kuncinya ada di resepsionis." ucap Bang Aldy. Aku mendengarnya sambil membuka pintu kemudian turun.

"Oke," jawabku sambil menutup pintu mobilnya. Beberapa detik kemudian, mobilnya sudah meninggalkan area depan kampusku.

Bang Aldy tidak bisa menjemputku nanti. Katanya ada urusan penting. Hari ini Aku hanya kuliah satu matakuliah. Jadi mungkin dua jam lagi sudah bisa pulang. Waktu yang terlalu singkat bagi Bang Aldy.

"Jadi nebeng Carissa?" tanyaku kepada Achil sambil berjalan memasuki kampus. Semalam Achil bercerita bahwa hari ini Dia akan berangkat kuliah bersama Carissa. Sepertinya mereka sudah saling dekat.

"Jadi sih, tapi Dia gak masuk kuliah." jawab Achil.

"Lah, jadi Dia cuman nganterin Kamu doank? Kenapa gak kuliah?"

Achil mengangguk, "Gak tahu, katanya ada kepentingan." Ia mengangjat kedua bahunya.

Kami segera memasuki kelas yang sudah berisi beberapa teman Kami. Aku mengeluarkan ponselku dari saku celana. Ada beberapa pesan dari coach Abdi.

Mon? Aku mau tanya sesuatu ke Kamu.

Mon?

Maaf kalau ini terdengar gak sopan. Apa hubunganmu sama Aldy baik-baik aja?

Maaf.

Jangan salah paham dulu. Aku cuman tanya.

Aku cukup heran membaca pesan itu. Achil sampai melirik layar ponselku dan ikut membaca pesannya.

"Maksudnya?" tanya Achil. Bahkan sepertinya Achil heran dengan pertanyaan coach Abdi. Aku hanya mengangkat kedua pundakku, tidak tahu.

Aku memilih untuk tidak membalas pesan itu dan justru mengirim pesan kepada Bang Aldy. Meskipun pesan dari coach Abdi sepertinya hanya pertanyaan biasa, tapi tanpa disadari, pikiranku mulai tidak karuan. Coach Abdi pasti memiliki alasan kenapa sampai bertanya seperti itu.

Bang, nanti Aku tunggu di apart ya, jangan lama-lama.

Aku memerhatikan Achil juga sedang sibuk dengan ponselnya. Sesekali Dia tersenyum. Pasti sedang berkirim pesan dengan kekasihnya. Kekasihnya adalah kakak tingkat jurusan dimana tahun ini akan segera wisuda. Dia juga salah satu anggota tim basket putra di kampus. Sudah jelas bagaimana mereka bisa berkenalan dan akhirnya memiliki hubungan yang lebih.

Ponselku bergetar, Aku seegera membukanya. Pesan dari Bang Aldy.

Iya, Kamu tunggu saja di apart. Abang masih sibuk.

Aku membacanya dengan seksama. Ada kalimat yang menjanggal di sana. Kalimat terakhir. Itu pertama kalinya Bang Aldy mengatakan seperti itu selama empat tahun ini. Sekalipun Dia tidak pernah memberitahuku bahwa Dia sedang sibuk. Apa Aku cukup berlebihan jika mulai berpikiran buruk? Aku juga membacanya dengan nada yang datar. Entah kenapa. Rasanya Aku ingin ke tempat kerja Bang Aldy dan melihat apa yang sedang Dia lakukan.

Why Do We Love Eachother? 🔞 (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang