~2~

3.1K 140 1
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan Vote and Coment... 😋
Happy Reading😊🤓


*****

🛎️Kringggg…

Berbunyinya bel istirahat mengakhiri pelajaran matematika. Setelah bu Ningsih memberi salam lalu keluar, murid-murid kelas 11 Ipa 2 segera keluar menuju kantin. Terlihat 2 gadis cantik yang menghampiri seorang gadis nerd yang duduk dipojok belakang.

~Vanessa PoV

Setelah bel istirahat berbunyi gue liat anak-anak dikelas pada keluar kekantin. Saat gue selesai memberesi buku, gue liat ada 2 orang cewek menghampiri gue dan gue cuek aja.
"Hai, kenalin nama gue Adeca Yuika  Nelberd, panggil aja Eca. Dan ini temen gue Gabriel Revanya Wijaya, biasa dipanggil Vanya atau Anya" ucap seorang gading dengan rambut cokelat bergelombang yang ia gerai yang diketahui namanya Eca, sambil menunjuk temannya yang berambut hitam legam dikuncir kuda yang namanya Vanya. Gue cuma bales mereka dengan mengangkat sebelah alis gue. Gue liat anak yang bernama Eca tadi menghembuskan nafas.
"Mau kekantin bareng gak?" Tanya Eca dan beserta anggukan dari Vanya.
"Enggak deh. Ntar kalian malu jalan sama aku. Akukan nerd" jawab gue menolak. Kulihat mereka saling berpandangan lalu tersenyum.
"Enggak malu kok Van... lagian gak cuma kita berdua aja kok, nanti ada anak ips dia juga anak beasiswa. Jadi kami gak bakal malu" kali ini Vanyalah yang bersuara. Setelah gue pikir-pikir kayaknya mereka bisa dipercaya deh. Gue pun menganggukkan kepala tanda setuju. Mereka berdua bersorak senang lalu segera menarik tangan gue. Sebelum ke kantin kami bertiga menuju gedung anak Ips. Sampai di gedung Ips gue liat ada anak yang keliatan lagi nunggu orang lain. Kamipun segera mendekat ke gadis tersebut.
"Lama amat sih, udah lumutan nih gue" kata gadis tersebut saat kami sudah sampai di depannya.
"Maaf deh, oya kenalin nih anak baru  di kelas gue Vanessa. Dan Van kenalin ini Dista" kata Eca memperkenalkan kami. Dia menjulurkan tangannya, dan gue sambut juluran tangannya.
"Gladista Wicaksono, panggil aja Dista. Gue disini anak beasiswa" kata Dista memperkenalkan dirinya sambil tersenyum.
"Vanessa A" jawab gue singkat.
"Aelah mbak singkat amat sih" kata Dista bergurau. Dan gue cuma mengedikkan bahu acuh.
"Kantin kuy, laper nih nungguin kalian ngegosip" Vanya yang dari tadi diam akhirnyapun bersuara. Kami yang sebelumnya mengabaikan Vanya segera menoleh kearah Vanya yang dari tadi menahan lapar.
"Kuylah" jawab Eca dan Dista serempak. Gue cuma ngikutin mereka aja. Diperjalanan menuju kantin, masih aja ada yang bisik-bisik tentang gue. Panas rasanya kuping gue.

"Eh itukan si nerd yang tadi pagi kok bisa sih jalan sama Eca dkk"
"Iya tuh, Eca sama Vanya kok mau ya jalan sama si nerd. Kalo Dista sih masih oke walaupun dia anak beasiswa. Tapi si nerd oii"
"Cih... si nerd ngerusak pemandangan amat sih"
"Ih... Eca sama Dista makin manis aja sih. Vanya juga makin cantik."

"Udah gak usah di dengerin Van" kata Dista menenangkan diriku. Gue cuma ngangguk. Dan kita ngelanjutin jalan menuju kantin

*****

Sesampainya di kantin kami berpisah. Dista memesankan makanan untuk kami, sedangkan gue, Eca, dan Vanya mencari tempat duduk. Oya gue lupa ngasih tau. Eca atau Adeca Nelberd berasal dari keluarga nelberd. Keluarga nelberd merupakan keluarga terkaya kesepuluh di Asia dan Australia. Sedangkan Vanya dia adalah putri dari pengusaha sukses di Indonesia dan Aktris kelahiran Jepang. Maka dari itu merka berdua famous. Sedangkan Dista dia berasal dari keluarga menengah, yang beruntung bisa bersahabat dengan Eca dan Vanya.

Setelah kami bertiga -gue, Eca, Vanya- menemukan meja yang kosong kami segera duduk. Tak lama setelah kami duduk, Dista datang membawa pesanan kami. Kamipun makan dengan tenang.

Tiba-tiba kantin yang tadinya biasa saja menjadi sangat berisik.
"Aelah berisik amat sih, ganggu orang makan tau gak sih" gumam gue sebal. Ya iyalah masa orang enak-enak makan, situ malah berisik. Kan ya barabe.
"Udah biasa itu Van. Kalo para most wanted udah dateng duh berisiknya minta ampun" jawab Dista santai sambil kembali melanjutkan makan.
"Hai Ca, Nya, Ta kami duduk disini ya" tanya seorang laki-laki yang digandeng seorang cewek. Gue ngelirik ke mereka bentar lalu ngelanjutin makan gue yang sempat tertunda tadi gegara mereka ini.
'Shit... ngapa disitu ada ko Rian sama Lea sih' batin gue waktu ngelirik mereka sekilas.
"Boleh aja kok kak. Kalo gak gue bolehin ntar dimarahi sama Ela" jawab Eca mempersilakan. Yah... beginilah sekarang, disamping kanan gue ada Dista, dan disamping kiri ada Lea. Tujuan gue sekarang adalah cepet-capet habisin makanannya trus kabur. Gue gak mau kalo semisal ko Rian sama Lea tau. Bukan karena gue benci banget dengan mereka, cuma masih belum siap aja kalo ketauan gue ini Vanessa saudari mereka.

"Si nerd bener-bener ya tadi jalan bareng Eca dkk, sekarang berani banget dia duduk sama para most wanted sekolah kita"
"Kok Amora mau sih duduk disampingnya si nerd"

"Victor dkk makin hari gantengnya makin nambah, makin suka deh"
"Amora dkk juga gak kalah keren sama Victor dkk"

Hufftt... sabar... kok gak capek ya tu orang-orang ngomongin orang lain. Setelah gue selesai makan gue segera pamit untuk pergi dari kantin.
"Aku duluan" kataku singkat dan datar. Gue lihat semua yang ada dimeja menatap gue heran, terutama ko Rian dkk dan Lea dkk.
"Kok buru-buru banget sih Van?" Tanya Eca heran. Gue cuma mengedikkan bahu acuh.
"Ada urusan bentar" jawab gue singkat dan segera berlalu pergi.

Dan Disinilah gue sekarang. Taman belakang sekolah yang emang sepi karena jauh dari kantin dan lapangan. Cocok buat nenangin diri. Saat gue lagi memejamkan mata sambil merasakan hembusan angin seorang laki-laki jalan kearah gue. But I don't care.
"Mau sampek kapan lo ngehindar terus Nes..."kata laki-laki tadi setelah dia ada di dekat gue.
"Gue cuma belum siap aja kalo sewaktu waktu mereka tau Lan" jawab gue tanpa melirik sedikitpun kepada laki-laki itu.

Dia Alano Scott, terlahir di keluarga Scott yang disegani di Eropa. Salah satu orang yang tau tentang masalah Vanessa. Sahabat dan mantan friendzone Vanessa. Ia pernah menyimpan rasa terhadap Vanessa, tapi tau sendirilah gimana Vanessa itu.

"Ya udah terserah lo, toh yang ngejalanin kan lo bukan gue. Gue cuma mau ngingetin aja 'sepintar-pintarnya kita menyembunyikan bangkai, pasti bakal kecium baunya', siap gak siap lo harus ngadepin mereka Nes" kata Alan panjang lebar kayak kereta. Dan gue cuma menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Tanpa ada kami sadari, dibalik pohon seseorang bersembunyi mengernyit heran ingin tau apa yang kami bicarakan hingga seserius itu. Ia hanya dapat melihat namun tidak dapat mendengarkan karena jarak yang bisa dibilang sangat jauh.

*****

~P.Nao.L

Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang