~3~

3.1K 145 4
                                    

Sorry ya updatenya lama banget🙏🏻
Voment nya jangan lupa yak😋
Happy Reading😊

*****

Vanessa PoV

Huftt... hari kedua gue sekolah dan pandangan pertama yang gue dapet masih aja tatapan sinis dan merendahkan, gak ketinggalan cibiran mereka. Dan sampai sekarang juga gue belum menemukan satu pun bukti tentang korupsi yang dilakukan oleh si kepsek. Padahal kemarin Nana dapet telp dari si kepsek, dia meminta dana untuk membeli stok obat-obatan. Tapi tetep aja gue gak bisa dapetin bukti buat nangkep dia. Ok back to story.

Setelah dari kelas naruh tas, disinilah gue. Taman belakang sekolah. Sepi. Ini yang gue butuhin buat menyegarkan pikiran. Akhir-akhir ini memang sangat melelahkan. Kesibukan di perusahaan, di tambah kasus korupsi, sekarang gue juga harus memikirkan tentang cara menyembunyikan identitas dari mantan keluarga. Ya siapa lagi kalo bukan ko Rian dan Lea. Huft... kenapa masalah selalu datang silih berganti.

Gue tersentak saat rasa hangat menjalar di pipi gue. Saat gue berbalik dan menatapnya tajam dia malah hanya menyengir tak berdosa.

"Banyak pikiran boleh, tapi tetep harus jaga kesehatan Nes" kata Alan sok bijak sambil memberikan satu plastik yang berisi teh hangat. Iya dia adalah Alan orang yang bisa ngertiin gue layaknya seorang kakak. Gak kayak kakak kandung gue, adik nya dihina dianya cuma cuek. Huft... gue menghela nafas lagi dan lagi saat mengingat itu. Entah sudah ke berapa kali gue menghela nafas pagi ini. Hidup itu memang susah, gue akui itu. Tapi apa salah gue berusaha untuk ngerubah itu? Hanya waktu yang bisa ngejawab semuanya.

"Ngelamun aja terus neng, babang Alan yang ganteng ngalahin oppa oppa korea sampek di kacangin" kata Alan dengan pd nya.
"Lan lo kapan sih terakhir cek ke dokter? Kayaknya penyakit pd lo kumat deh" jawab gue sambil ngelirik sinis sekaligus jijik ke Alan. Alan cuma nyengir tak berdosa. Setelah itu kami cuma diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Krrriiinggg....

Kami tersentak saat tiba-tiba bel berbunyi. Gue segera bangkit berdiri dan pergi ke kelas masing-masing setelah pamit.

*****

Gue sampai di kelas tepat waktu. Tak sampai 5 menit, Bu Titik-guru bahasa indonesia- masuk dan segera memulai pembelajaran.

Jam bahasa indonesia telah usai, kini seharusnya jam pelajaran matematika tetapi bu Ningsih tak bisa hadir karena harus hadir dalam rapat bersama yayasan. Gue tentu kaget soal ini. Gue sebagai pemilik yayasan bahkan tak tahu menahu soal adanya rapat ini. Karena sekarang jamkos sekalian aja gue ke taman belakang buat tanya ke Nana. Sempat Eca dan Vanya menawari gue untuk ikut ke kantin tapi gue tolak karena masalah rapat ini lebih penting.

Saat gue sudah sampai di taman belakang yang memang sepi karena masih jam pembelajaran gue langsung aja menelepon Nana.

Tutt...
"Halo? Ada apa kak?"
"Katanya hari ini ada rapat ya? Kok gue gak tau?"
"Eh iya kak. Kemaren dari pihak yayasan yang lain minta untuk diadakan rapat karena juga curiga dengan kasus korupsi itu kak. Kemarin aku ingin memberitahu tapi lupa, hehe"
"Huft... yaudah kamu tangani rapat ini aku ingin hasil rapatnya bisa memberikan jalan keluar"
"Baik kak tak perlu cemas akan ku handle semuanya"
Tutt...

Setelah selesai gue pergi ke perpustakaan. Entah kenapa cuma tempat itu yang kepikiran di kepala gue sekarang.

*****

Sepi. Satu kata yang mewakilkan kondisi perpustakaan. Hanya ada beberapa murid yang memang masuk ke kategori 'cupu' yang ada disini. Gue salah satunya sih, hehe.

Gue mencari buku yang menarik, setelah dapat gue segera mencari tempat duduk yang nyaman. Gue duduk di pojok dekat jendela yang mengarah ke taman sebelah kantin. Gue buka satu persatu halaman majalah bisnis. Gue berhenti di salah satu halaman. Halaman yang berisi tentang mereka. Semua berisi tentang mereka.  Kesuksesan dan kebaikan mereka. Cih... yang menulis ini pasti belum mengenal dengan baik keluarga Serlion. Gue hanya bisa menatap kosong pada halaman itu.

"Gue tau kok keluarga gue emang memukau, dengan kekayaannya dan ketampanan dan kecantikan anggota keluarganya. Tapi liatnya gak usah gitu juga. Merinding gue liatnya" Suara tersebut berhasil menyentak gue. Gue menoleh dan mendapati ko Rian dengan seringai usilnya. Oke calm down... Pakai poker face dan ko Rian gak akan curiga.
"Eh iya kak, emang keluarga Serlion keren dengan karismanya masing-masing" Bullshit, buat apa baik di depan media tapi aslinya cuma bisa ngejudge orang tanpa bukti kuat. Gue salah satu korbanya. Huh... Stop pikirin mereka dan segera menjauh.
"Em... Kak duluan ya" Setelah itu gue cabut tanpa menunggu balasan.

*****

Adrian PoV

Ada yang aneh dari gue. Gue yang terkenal dingin dan gak peduli sekitar bisa penasaran sama seorang nerd. Ya si nerd yang kemarin duduk sama Eca dkk. Entah kenapa saat deket dengan si nerd, rasanya dekat dengan dia. Rasa nyaman dan jahil itu muncul saat gue deket sama si nerd. Padahal semua rasa itu udah gue kubur bersama perginya dia.

Menyesal. Iya gue nyesel banget. Kenapa dulu gue gak pernah mau denger penjelasan dari dia. Hampa rasanya, karena jujur setengah jiwa gue ikut kebawa dia yang merupakan kembaran gue.

Saat ini gue lagi jalan menuju lapangan untuk bermain basket. Gak sengaja gue liat si nerd masuk ke perpustakaan. Awalnya gue gak peduli dan terus berjalan, tapi lama kelamaan gue jadi penasaran dengan si nerd itu. Gue segera berbalik dan masuk ke dalam perpustakaan. Pandangan gue menelusuri perpustakaan dan menemukan si nerd lagi duduk dipojok sambil membaca. Saat gue udah dekat gue liat dia baca majalah bisnis. Dan tiba-tiba berhenti di satu halaman. Halaman berisi tentang keluarga Serlion, keluarga gue.

"Gue tau kok keluarga gue emang memukau, dengan kekayaannya dan ketampanan dan kecantikan anggota keluarganya. Tapi liatnya gak usah gitu juga. Merinding gue liatnya" dia terlihat tersentak dan melihat ke arah gue.

"Eh iya kak, emang keluarga Serlion keren dengan karismanya masing-masing" jawab si nerd, tapi kok kedengeran gak ikhlas gitu. Apa dia pernah ada masalah sama keluarga gue ya. Tapi gue rasa keluarga gue gak pernah bikin masalah besar sampai membuat orang dendam kok. Kecuali satu masalah yang sampai sekarang belum selesai, masalah itu. Walau begitu masalah tersebut sepakat tidak disebarkan jadi harusnya yang tau cuma orang-orang terdekat aja kan?.

"Em... Kak duluan ya" suara tersebut berhasil menyentak gue. Saat gue sadar kalo itu suara si nerd segera melihat ke arah tempat duduknya.
"Sial... gue belum bisa tau siapa dia, dan kenapa gue bisa ngerasa deket sama dia"

Merasa udah gak ada keperluan lagi di perpustakaan gue segera keluar dan menuju lapangan basket.

*****

Author PoV

Tanpa ada yang menyadari, sedari awal ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka
'Sorry bro... tapi belum waktunya lo boleh ketemu sama Nessa. Gue gak mau dia harus terluka lagi' batin orang tersebut.

*****

~P.Nao.L

Fake NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang