Fourteen

5.3K 232 5
                                    


Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta, tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta

Devano—Menyimpan Rasa—


Happy reading!


Shasa dan Langit kembali ke kelas masing-masing setelah bel istirahat pertama berbunyi. Sebelumnya mereka menghabiskan waktu untuk bercerita. Mulai dari masa kecil Shasa yang senang sekali bersepeda dan bersembunyi di bawah meja jika mama dan papa marah padanya, hingga tingkah aneh Langit CS yang suka menjahili para guru di kelas.

Rupanya kebahagiaan diantara mereka berdua baru saja dimulai. Ada sesuatu yang mereka rasakan di diri masing-masing. Sebuah rasa nyaman yang tidak bisa dideskripsikan. Termasuk pada hati Langit. Pria itu lebih banyak merasakan rasa nyaman dibandingkan dengan Shasa yang sepertinya belum menyadari akan sebuah rasa nyaman itu.

Walau reputasi keduanya tidak bisa dibilang baik karena mereka lebih antusias tidur saat pelajaran daripada memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh guru di depan kelas. Tetapi kembali ke awal, mereka sangat menikmati kehidupannya.

Bel pulang berbunyi beberapa menit yang lalu. Shasa segera keluar kelas mengikuti teman-temannya yang sudah keluar lebih dulu.

Shasa berjengit kaget saat mendapati mobil Jonathan terparkir rapi tak jauh dari pintu gerbang. Gadis itu refleks memundurkan kakinya dan bersembunyi di balik tembok gerbang. Seakan-akan ia melihat penculik yang siap menangkapnya.

Shasa mendengus disela-sela napas yang sedikit tersengal. "Papa jemput cuma karena mau ngitemin rambut gue. Bitch"

"Kenapa Sa?"

Suara serak dan berat berhasil mengagetkan Shasa. Gadis itu segera mencari sumber suara dan mendapati Langit dengan satu telapak tangan hinggap di bahunya. Shasa dengan sarkastik menurunkan telapak tangan Langit yang menghinggapi bahu kanannya.

Shasa melongokkan kepalanya ke arah di mana Jonathan memarkirkan mobilnya. Kemudian Shasa menatap Langit.

"Ada bokap gue" adunya berharap Langit mau menawarkan bantuan. Setidaknya untuk tidak ikut Jonathan pulang.

Shasa melongokkan kepalanya lagi. Mobil itu masih terparkir manis seperti sebelumnya. Shasa menghela napas panjang. Punggungnya bersandar lemas di tembok.

"Naik itu aja" Langit menunjuk mobil pick up yang terparkir tak jauh di belakang mobil Jonathan.

Shasa mengikuti arah telunjuk pria di hadapannya. Kemudian tatapan matanya berubah lebih malas.

"Sama gue, yuk" Langit menggenggam tangan Shasa dan menarik gadis itu menuju mobil pick up entah milik siapa. Dan Shasa tidak menolak. Hatinya berbicara bahwa Langit yang akan menjadi pahlawannya kali ini. Dan Shasa percaya itu.

Dengan kecepatan kilat sekuat langit dan bumi, Langit melompat naik ke bak mobil pick up. Kemudian ia membantu Shasa untuk naik. Ternyata Shasa tidak merasa kesulitan saat naik ke atas bak. Gadis itu hanya perlu berpegangan tangan dengan Langit dan melompat begitu saja, seakan sudah biasa.

Shasa tertawa geli melihat ekspresi cengo ala pria di depannya. Menurutnya Langit sangat lucu saat berekspresi seperti orang bodoh. Dan pemandangan lucu seperti ini tidak mungkin Shasa lewatkan. Gadis itu mengambil ponselnya dan menjepretkan kamera tepat di depan wajah Langit.

Langit tersadar dari lamunannya saat bayangan ponsel tertangkap oleh matanya. Dan sialnya gadis di depannya ini berhasil mengabadikan wajah bodohnya.

"Sa hapus" ucapnya datar membuat Shasa terbahak. Nada datar pria itu malah membuat perut Shasa sakit karena tertawa.

Melihat gadis di depannya tertawa lepas seperti tanpa beban, membuat Langit berpikir dua kali dan mengulas senyum tipis.

Troublemaker Couple (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang