Minggu pagiEntah terkena angin dari mana, Shasa yang biasanya bangun jam sembilan saat hari libur kali ini di jam setengah enam ia sudah berada di taman dekat rumahnya. Tentunya gadis itu hanya sendirian karena Raisa lebih memilih berolahraga di rumah.
Shasa menyempatkan berlari-lari kecil mengelilingi taman agar jasmani dan rohaninya bisa fresh lagi. Sudah sangat lama ia tidak melakukan hal ini. Palingan lari-larian pas pelajaran penjasorkes saja. Itupun sambil nyolong-nyolong berjalan santai.
Setelah menurutnya sudah cukup berlari Shasa duduk disebuah kursi panjang yang tersedia di taman. Gadis itu menyelonjorkan kakinya dan mengibas-kibaskan telapak tangannya di depan wajahnya yang sudah dipenuhi oleh keringat.
Tiba-tiba sesuatu yang dingin terasa menempel di pipi sebelah kirinya. Shasa menoleh siapa yang telah membuat pipinya di tabrak oleh rasa dingin itu. Ternyata seorang pria yang tidak asing baginya.
"Ngapain lo?" Tanya Shasa malas. Malas menghadapi seorang Langit mendung di sampingnya ini.
Langit tertawa renyah, "Nggak ngapa-ngapain. Nih" jawab Langit sembari menyodorkan satu botol berisi air mineral dingin.
"Thanks. Tapi gue nggak mau" Shasa beranjak dari duduknya, namun Langit mencekal lengannya sehingga ia terduduk kembali.
"Apaan sih" Shasa menepis tangan Langit yang hinggap di lengannya.
"Duduk dulu. Nggak cape jalan terus?"
Shasa memutar bola matanya malas. Kenapa sih ia harus bertemu Langit. Ya cowok itu emang nggak jelek malah termasuk gans gitu, tapi entah kenapa rasanya wajah Langit sangat menyebalkan. Tidak ada alasan yang logis sih untuk menyimpulkan itu.
"Makan yuk" ajak Langit tanpa basa-basi. Ia sudah beranjak dari duduknya. "Nggak boleh nolak" Langit mencekal pergelangan tangan Shasa dan membawa gadis itu ke warung bubur ayam terdekat.
Shasa menurut saja karena ia juga lapar.
Mereka berdua duduk berdampingan. Langit yang memesan dua porsi bubur ayam.
"Wahh akhirnya mas Langit bawa cewek juga ke sini" ucap Mang Nurdin—penjual bubur ayam—sambil menyodorkan dua porsi bubur ayam di depan Langit.
"Saya aja nggak yakin dia cewek beneran atau bukan" ujar Langit sambil terkekeh-kekeh kecil melihat mata Shasa yang otomatis mendelik ke arahnya. Ingin sekali ia menelan pria disampingnya itu. Menyebalkan.
"Sering ke sini?" Tanya Shasa akhirnya memecahkan keheningan yang sempat tercipta.
"Mau tau aja atau mau tau banget?" Tanya Langit membuat Shasa semakin jengkel. Kenapa sih pria itu semakin menyebalkan.
"Ya udah siapa juga yang mau tau. Nggak penting juga buat gue"
"Kata siapa nggak penting?"
"Gue lah"
"Ntar kalo pacar gue mau beli bubur kesukaan gue kan enggak perlu repot. Dia udah tau di mana dia harus beli"
Shasa berdecih malas, "Emang ada yang mau jadi pacar lo? Coba tunjukin sama gue"
"Ada" Langit memajukan wajahnya mendekat pada wajah Shasa. "Elo" lanjutnya setengah berbisik. Kemudian pria itu memundurkan wajahnya dan kembali melahap bubur ayamnya.
"Ngarep lo"
Langit menoleh sebentar ke arah Shasa. Gadis itu hanya memutar bola matanya dengan malas. Terlihat sekali jika gadis itu sangat jengah dengan kelakuannya. Langit juga heran kenapa wajah Shasa terlihat biasa saja ketika ia mendekati wajahnya. Tidak ada blushing sedikitpun. Jika Langit melakukannya pada cewek lain, pasti wajah cewek itu sudah merah padam dan mungkin akan pingsan di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker Couple (Completed)
Teen Fiction#2 In Wattyawards2018 Bukan hal yang mudah menyandang predikat sebagai 'troublemaker'. Walau tetap menikmatinya, namun ada suatu hal yang membuatnya merasa kecil. Bukan karena teman-teman dan guru di sekolahnya. Tetapi karena orang tua yang selalu m...