<<<>>>
Benang-benang listrik menyembur dengan cepat. Arus di pengaman pintu gerbang mengalami korsleting. Tak sampai dua detik, seluruh dayanya langsung drop. Layar kecil yang semula menunjukkan status terkunci, kini tak berkedip sama sekali. Upaya selanjutnya adalah memotong pengait teralis menggunakan tang besar. Satu kelontang panjang, gerbang besi itu pun terbuka.
Agaknya kilatan cahaya terang dini hari tadi membuat polisi jaga buru-buru membangunkan temannya yang tidur di pos keamanan. Dengan gopoh, ia melarikan pistol mendekati gerbang. Menghadang dari depan seseorang bertudung jaket hitam, diikuti temannya yang mengacungkan senjata dengan tangan bergetar.
"Mundur!"
Si polisi kurus hanya mampu mengenali lawannya sebagai pria berbadan tegap, yang memakai jaket jersey dan celana denim berwarna gelap. Sementara hampir seluruh wajahnya tersembunyi di balik bayangan hoodie. Tangan pria itu seolah refleks terangkat menerima todongan senjata dari dua arah. Akan tetapi, perkiraan si polisi dibuat salah. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana listrik keluar dari kedua telapak tangannya, sebagai plasma biru terang. Belum selesai memperkirakan berapa Volt tegangan yang akan diterima, polisi-polisi itu keburu jatuh dalam kondisi kaku dan aritmia, dalam sekali sentakan.
Setelah mengambil sebundel kunci, manusia pengendali listrik mengabaikan bangkai kedua polisi di depan teras. Pintu besar terbuka, pria itu masuk ke dalam. Disambarnya sakelar di salah satu dinding dari jarak jauh, dan lampu neon di plafon menyala secara horor. Arus listrik memantul-mantul seperti bola berekor di seluruh atap lobi.
Ia langsung mencari ruang penyimpanan. Melakukan hal yang sama persis dengan sebelumnya. Dengan demikian, kunci pengaman bisa diterobos tanpa memicu alarm. Seringaian di balik bayangan hitam sempat kentara, ketika ia dengan cepat meraup beberapa gepok uang dan menyimpannya di balik jaket.
Pria tersebut baru beranjak menuju loker tetangga, saat menyadari suara aneh dari belakang. Ekspresi matanya kini membelalak, hoodie itu merosot terlepas dari dahi saat ia menengadah. Tegangan listrik yang keluar dari tangannya tadi merembet ke mana-mana tak mau berhenti. Melepaskan percikan-percikan terang. Terlihat sangat berbahaya. Gedung itu pasti akan meledak sebentar lagi.
Si manusia listrik sempat mengenali lampu indikator CCTV yang menyala merah, lantas untuk terakhir kalinya menembakkan beberapa muatan demi merusak fasilitas itu. Adalah gambar terakhir yang bisa diperlihatkan Detektif Faye. Polisi wanita tersebut menunjukkan rekaman yang ia ulang berkali-kali dalam tempo lambat, terutama saat wajah tersangka tertangkap basah oleh kamera. "Orang ini jelas tidak normal."
Mata Cedric nanar, memandangi layar tablet semitransparan seperti menatap hantu. "Adakah dia memakai gelang penembak listrik, atau semacamnya?"
Cedric segera mengembalikan gawai itu ke tangan Faye. Sepatu putihnya berderap saat melangkah melewati beberapa polisi. Sambil berpikir, Ced duduk di kursi putar, menghadap sekumpulan layar yang disatukan di dinding. Para opsir sibuk mengoperasikan komputer mereka.
"Saya rasa tidak. Listrik itu keluar dari telapak tangannya, Pak," jelas Faye.
Operator menayangkan foto seorang pria pada salah satu petak layar besar. "Hasil pemindaian wajah mengerucutkan lima nama tersangka. Kecocokan sidik jari, 98,6% dengan—"
"John A. Stuart. Jadi, itu pelaku pengeboman?" Suara Hans datang dari arah belakang. Matanya membaca tulisan besar di samping foto tersangka. Yang lain menyambut dengan raut serius.
"Tidak ada bom, Sir." Faye meminjamkan lagi gawainya. "Kami telah menemukan bukti, mengapa tidak ada jejak bom, termasuk dua kasus sebelum ini. Ledakan gas di dapur restoran, serta kebakaran di stasiun bensin, ternyata dipicu oleh arus listrik yang tidak stabil."
"Apa-apaan?!" Hampir satu dekade Hans menjabat sebagai komando utama pertahanan Soteria, baru kali ini ia menemukan kasus di luar nalar. "Segera hubungi Cyntix, kita butuh pakaian pelindung dan senjata khusus," perintahnya segera mendapat anggukan dari salah satu operator.
"Sir, kita kehilangan dua ajun polisi lagi." Seorang pria berseragam biru tua melaporkan. Lencana bintangnya berjumlah empat, namanya tercetak tebal sebagai Alerian Lestefera. Orang-orang menyebutnya Kapten AL.
Geram, duka, dan khawatir. Hans mengurut keningnya. "Oh, tidak ..., tidak lagi."
"Menurut kalian pria ini salah satu Robin Hood?" Cedric mengisi kekosongan. Ia masih duduk di kursi putar. "Belakangan mereka tak berulah, kan?"
"Kasus terakhir hampir tiga minggu yang lalu." Seorang opsir yang merangkap jadi operator menambahkan. "Saat ... pembantaian empat belas perwira tentara di Ponos."
Semua tenggelam dalam keheningan. Komplotan yang dijuluki Robin Hood adalah pembunuh berdarah dingin, yang sepertinya punya dendam dengan para pelindung negara. Jumlah mereka diperkirakan sangat banyak, dan tersebar di berbagai distrik. Tak ada satu pun agen yang bisa mengendus identitas asli para pemakai topeng harimau emas tersebut. Malam hari, mereka mungkin mencabik-cabik para tentara seperti seekor kelinci. Akan tetapi, pagi hari mereka bagai lenyap ditelan bumi.
"Saya rasa itu kesimpulan yang terlalu dini," tukas Komisaris Flint. Setelah menyelesaikan beberapa berkas, ia yang sedari tadi duduk di kursi sebelah akhirnya bersuara. Pria tinggi besar itu berdiri dan bergabung dengan yang lain dalam sebuah lingkaran. Jubah mini merah sesisi yang dipasang di bahu kanannya, sekilas berkelebat. "Anda pasti tahu bahwa Robin Hood—atau The Might, nama yang mereka mau—adalah para gerilyawan yang bekerja dengan sangat rapi. Pria ini ...," Flint menunjuk layar, "dia sangat kacau."
"Ya, ledakan memang bukan ciri khas The Might. Tetapi siapa yang bisa jamin mereka tidak mencoba cara baru?" Cedric mempertahankan argumen. Jelas teori itu membuat keadaan semakin ruwet. Sekumpulan teroris anarkis yang menemukan kekuatan super tak terkalahkan? Terdengar seperti akhir bagi Soteria dan umat manusia. "Omong-omong, siapa John Stuart ini?"
"Dia bukan orang Soteria. Kami memperoleh catatan kriminal ini dari database Ares," Opsir Sebastian menjelaskan kepada Cedric dan yang lain, lalu membuat gestur tanda petik, "dengan sedikit hack."
"Dia adalah pencuri kelas teri." Hans maju dengan sedikit gusar. Membaca yang tertulis di layar dan menyimpulkan dengan cepat. "Dihukum dua tahun karena merampok toko perhiasan. Untuk apa jauh-jauh datang ke Soteria? Ares sudah terlalu miskin?"
"Adakah kemungkinan Ares sengaja mengirim John untuk menyerang kita?" Cedric mengira-ngira.
"Jadi desas-desus tentang proyek rahasia, sejak penutupan Lab Cosmic delapan tahun lalu, kini mulai terbukti?" timpal Kapten AL, meremat jemarinya di depan perut.
Komisaris Flint kali ini setuju. "Jika memang begitu, kita berada di awal peperangan besar."
<<<>>>
![](https://img.wattpad.com/cover/51606037-288-k766132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HEXAGON [2] | Singularitas Hitam Putih ✅
Science FictionDi saat ilmu pengetahuan memperbudak otak, hanya sedikit manusia yang memercayai intuisi dan ramalan. Sembilan tahun sebelum kelahiran Hexagon, bumi mengalami trauma mayor. Nubuat itu akhirnya terbukti. Peradaban runtuh, neraka termanifestasi, dan s...