( 05 ) Rencana

131 47 8
                                    

Tiga minggu dalam liburan sekolah. Hari-hari Lintang selalu membosankan. Yang selalu di suruh Elen membeli sayur-sayuran di pasar, mengepel, menyapu, menyuci, mensetrika pakaian, dan sebagainya. Lintang serasa pembantu di rumah. Irene selalu saja mempunyai seribu satu alasan untuk menolak membantu Lintang.

Di tambah ke usilan Rio yang setiap hari membuat Lintang geram setengah mati. Dan muak yang melihat Rio dengan adiknya Irene selalu bertengkar jika mereka bertemu. Ingin rasanya Lintang membuang mereka di jurang terdalam di seluruh dunia.

Papanya yang selalu menyuruh Lintang setiap hari memijatkan kakinya, membuatkan kopi, membeli koran setiap minggunya. Padahal Papanya bisa menyuruh Irene ataupun Rio tapi alasan papanya selalu tidak masuk akal.

Ya, papa Lintang sudah pulang untuk beberapa minggu.

Papa Lintang selalu beralasan "mereka ceroboh dan gak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan"Lintang yang mendengar alasan itu hanya melongo.

Padahal dia juga ceroboh bahkan hampir setiap hari. Tapi papanya selalu pura-pura tuli jika Lintang menjelaskannya. Fiks Lintang babu sekarang.

Selama liburan alur Lintang hanya gitu-gitu saja tidak pernah berubah. Ingin rasanya Lintang kabur dari rumah, tapi itu tidak mungkin. Gimana nanti kalau sarapan, bayar uang sekolah, dan kebutuhan sehari hari lainnya.

Berbeda dengan manusia es. Liburan satu minggu di Australia. Satu minggu lagi di Swiss. Liburan yang menyenangkan bukan? Tapi satu minggu lagi Angga memutuskan liburan di Indonesia saja.

Angga di Indonesia selalu berkumpul dengan teman-temannya yang lumayan idiot. Entah Angga tidak tahu kenapa dia bisa berteman dengan mereka. Padahal hari-hari Angga selalu di usili. Tapi kalau Angga punya masalah mereka maju paling depan membantu Angga dalam menghadapi masalahnya dengan semampu mereka. Itu gunanya sahabat.

Angga yang selalu membaca buku, membuka handphone nya jika di perlukan, dan bermain ps kalau Angga jenuh. Tidak ikut dengan teman-temannya yang bercerita, bersendau gurau, membully satu sama lain, bahkan masuk toilet bareng-bareng. Entah apa yang mereka lakukan di dalam situ.

Tapi tidak heran dengan sifat Angga yang seperti itu. Mereka memakluminya.

🍃🍃🍃


"Lin, besok jogging yuk?"Lintang yang sedang asiknya menikmati keenakan selenjeran di kasur di ganggu dengan Rio. Lintang hanya menghembuskan nafasnya kasar.

"Lo gak tau gue lagi capek parah. Lusa kita masuk Rio. Dan elo?! Masih santai-santai aja?! "heran Lintang. Bisa-bisanya dia santai-santai saja dan setahu Lintang Rio belum ada prepare sama sekali.

"Gue belum siapin seragam, kaos kaki, buku, alat tulis. Belum juga beliin papa koran, bersih-bersih ruang tengah, nyuci piring kotor tadi habis makan malam. Melas banget hidup gue"lanjut Lintang berbicara dengan nafasnya yang tersenggal-senggal.

"Lo capek yaa? Apa gue ngerepotin di rumah lo? Kalo lo ngerasa di repotkan gue cabut aja deh"Rio yang akan keluar dari kamar Lintang tapi tangannya di cekal Lintang.

"Lo gak ngerepotin. Cuma joggingnya di pending dulu ya? Tapi ini sumpah capek banget. Tiga minggu gue ngelakuin itu non stop. Coba lo jadi gue. Mau ngeluh ke mama, tapi ngerasa gak enak aja. Jadi intinya lo gak ngerepotin. Malah seneng gue ada temennya"kata Lintang.

Lalu Lintang melanjutkan. "Ada senengnya ada dukanya lo disini. Senengnya tiap hari gue lihat wajah lo dengan lelucon lo yang sering garing dan dukanya dengan keusilan lo yang bikin gue geram setengah mati. Tapi, Untung gue sayang"ucap Lintang dalam hati.

"Ah masak"kata Rio sambil mencubit hidung Lintang sampai kemerahan. "Ihh Rio sakit tau gak?!"marah Lintang memukul lengan Rio. Padahal 99 persen seneng dan 1 persennya sakit.

RECTANGLE {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang