Jimin melihat sekeliling lapangan, tidak ada yang istimewa disini. Sampai pria berkulit pucat itu menghempaskan bokongnya ditempat duduk yang tersedia disamping Jimin, bocah itu tersenyum manis.Yoongi memiringkan kepalanya. "Kenapa kau senyum-senyum begitu melihatku? Mulai menyukaiku eoh?" Jimin tersentak dari lamunannya dan dengan sigap tangan gemuknya melayang untuk mencubit perut Yoongi pelan, yang dicubit hanya terekekeh pelan dan mengusak surai Jimin dengan lembut.
"Bagaimana? Sudah siap Park Jimin?" Desis Yoongi dan berlari ketengah lapangan sembari memantulkan bola bewarna orange tersebut kearah ring, dan masuk tepat sasaran.
Jimin yang melihat itu bertepuk tangan dan memamerkan gigi besarnya, manis. "Woah, kau benar-benar hebat hyung. Bagaimana aku bisa mengalahkanmu kalau begini." Jimin mengerucutkan bibirnya lucu.
Yoongi melangkahkan kakinya kearah Jimin dan mengecup pipinya sekilas, ia tersenyum. "Kau jangan pesimis begitu sayang, kau belum mencoba." Oh ingatkan Jimin dengan pipi brengseknya yang mudah memerah.
Jimin menarik baju Yoongi pelan, mendekatkan tubuhnya dengan tubuh kurus Yoongi dan mengecup pipinya pelan, Yoongi tertegun. "Wah, kau sudah berani ya mencium pipi lelaki tampan sepertiku? Kuberi kau jempol lima." Jimin segera tersadar dan melepaskan cengkramannya dari baju Yoongi, ia malu bung.
Pria berkulit pucat itupun akhirnya melemparkan bola berbentuk bulat itu kearah Jimin, dengan sigap bocah bantet itu menangkapnya dan menggiringnya kearah ring, Yoongi membiarkannya.
"Wohoooo, aku mencetak satu gol hyung. Kau akan kalah sepertinya." Jimin melenggak lenggokan badannya dan berakhir meledek Yoongi yang hanya berdiri mematung melihat tingkahnya, sungguh menggemaskan pikirnya.
"Kali ini tidak akan kubiarkan mochi kecil." Yoongi berlari kearah Jimin dan segera merebut bola yang ada ditangan Jimin dengan sigap, sang empupun hanya berjengit kaget dan berlari mengejar Yoongi.
Pertadinganpun selesai dan dimenangkan oleh Yoongi, oh ya tentu saja. Bagaimana caranya seorang primadona sekolah mengalahkan kapten tim basketnya yang sudah memenangkan lomba turut temurut. Kecuali kau sengaja meracuninya agar ia tidak datang diperlombaan.
Jimim mempoutkan bibirnya sambil menatap Yoongi dengan kesal. "Seharusnya hyung membiarkanku menang agar mendapatkan ice creamku! Tidak bosan menang apa."
Sedangkan Yoongi hanya tertawa dan merangkul bahu Jimin tanpa berniat untuk menjawab ocehannya. "Walaupun kau tak menang aku akan tetap membelikanmu ice cream mochi, tapi ada satu syarat." Jimin mengernyitkan dahinya tanda ia penasaran.
Yoongi melanjutkan kalimatnya. "Kau harus berangkat sekolah denganku besok." Jimin tersenyum manis sambil memganggukan kepalanya pertanda ia setuju.
Sedangkan Yoongi hanya tersenyum manis dan menarik tangan Jimin untuk ia genggam, Jimin tidak menolak. Sungguh dalam hatinya sekarang ia sangat bahagia diperlakukan seperti ini, walaupun Taehyung juga sering memperlakukannya seperti ini, tetapi rasanya sungguh berbeda, ia sendiri tak tau apa perbedaannya, hanya saja rasanya sungguh sangat nyaman.
Sesampainya dikedai ice cream, Yoongi memesan dua cup vanila ice cream dan strawberry. Sementara Jimin hanya berdiri sambil melihat-lihat keadaan sekitar menunggu Yoongi selesai.
Jimin memicingkan matanya sejenak, ia seperti mengenal orang yang duduk bersandar disebuah kursi taman yang disediakan, orang itu menangis. Ya, orang itu menangis.
Tanpa pikir panjang Jimin berlari kearah orang tersebut dan memeluknya. "Jungkookie, kenapa kau menangis?" Orang yang dipanggil Jungkook itu sejenak menatap Jimin dengan tatapan sendu.
Jimin tetap menatap Jungkook dengan intens, seolah-olah meminta jawaban atas pertanyaan yang baru saja dilontarkannya. Tetapi Jungkook tetap saja diam, ia melirik Jimin sekilas dan segera memeluknya dengan erat.
Jungkook menangis dipelukan Jimin, air matanya turun deras dan membasahi sebagian baju milik Jimin, sang pemilik baju hanya tersenyum dan mengelus pelan surai hitam Jungkook.
"Kau kenapa? Ayo cerita padaku kelinci kecil." Jungkook mengadahkan kepalanya dan menatap Jimin, masih dengan tatapan sendu. "Aku tidak hiks aku tidak tau mulai darimana chimin hyung."
Jimin hanya tersenyum, memeluk Jungkook erat seolah-olah Jungkook adalah pria yang rapuh dan harus dilindungi. "Tak apa, kau tak harus menceritakannya sekarang. Mau kerumah ku Kelinci kecil?" Yang dipanggil kelinci kecil hanya mengangguk lucu dan mengenggam tangan Jimin erat.
Keduanya berdiri dan hendak meninggalkan taman itu, tetapi sebuah tangan besar menghentikan pergerakan keduanya, tangan besar itu mengenggam tangan kecil milik Jimin.
Jimin menoleh, ia mendapati Yoongi dengan dua cup ice cream ditangannya. Jimin menepuk dahinya pelan dan mendecak kesal, bagaimana bisa ia lupa dengan Yoongi.
"Kau mau kemana mochi?" Jimin mengigit bibir bawahnya. "Maaf hyung, aku lupa kalau aku kemari bersamamu. Aku mau pulang bersama Jungkookie." Yoongi menoleh kearah seorang pria besar disamping Jimin, besar tetapi imut.
Yoongi tersenyum. "Kalau begitu aku yang antarkan oke?" Tanpa menunggu jawaban dari Jimin, Yoongi dengan sigap menarik tangan Jimin menuju mobilnya.
•••
Jimin menarik lengan Jungkook dengan cepat, ia ingin meminta penjelasan saat ini, melihat Jungkook menangis sendirian di taman membuat hatinya sedikit teriris.
Jimin segera mendudukan Jungkook disofa panjang dekat TV, dengan cepat Jimin menatap Jungkook nanar. Sungguh, ia sangat butuh penjelasan sekarang.
Seolah-olah mengerti, Jungkook menarik nafasnya pelan. "Aku, aku ditolak lagi hyung." Jimin menarik alisnya keatas sebelum ia membuang nafasnya kasar. Jimin frustasi kawan.
"Taehyung lagi?" Mendapat anggukan dari Jungkook, bocah mochi itupun kembali menarik nafas. "Sudahlah Jungkookie, jangan mengejar Taehyung lagi. Kau tau kan dia homophobic, bagaimanapun dia tak akan pernah menerimamu sebagai kekasihnya."
Jungkook menggeram kesal. "Kenapa? Apa dia takut semua rahasianya terbongkar? Kuperingatkan padamu Chimin hyung, kau harus segera menjauhi Taehyung! Dia tidak baik untukmu."
Jimin menghela nafasnya sejenak. "Jangan berpikir begitu Kookie, karena dia menolakmu belum tentu dia punya rencana buruk untukku seperti yang selalu kau katakan. Taehyung sangat baik padaku."
Perkataan Jimin membuat Jungkook tambah menggeram kesal. "Hyung! kau tau apa soal Taehyung? Aku mengenalnya lebih baik daripada kau." Oke ini tidak baik. Jimin menggertakkan giginya keras dan menarik lengan Jungkook keluar dari rumahnya. Ia kesal.
Setelah Jungkook pergi, Jimin memikirkan semuanya. Memang benar Taehyung adalah sahabatnya baru-baru ini, ia sangat posesif terhadap Jimin. Melarang Jimin ini itu, tidak boleh dekat-dekat dengan dia dan dia, tidak boleh makan makanan ini dan itu, dan masih banyak lagi. Oh ingatkan, termasuk mendekati Yoongi.
Sementara Jungkook adalah teman Jimin sedari SMP, karna sudah terlalu lama kenal, Jimin menganggap Jungkook adalah seorang adik. Ya, seorang adik yang sering mengajaknya bertengkar, jangan lupa dia juga penyuka sesama lelaki. Persis seperti yang Seokjim bilang padanya, tentang Yoongi.
Setelah nama Yoongi terlintas difikirannya, Jimin tersenyum manis dan membayangkan bagaimana tampannya Yoongi saat tersenyum dengan wajah datarnya. Oh, Jimin jadi ingat disaat dimana Yoongi yang suka mengusak rambutnya lembut.
Selintas difikirannya bagaimana Yoongi mencium pipinya dan Jimin membalasnya. Oh ingatkan Jimin lagi dengan pipi sialannya yang memerah merona.
>>TO BE CONTINE <<
huh, selesai juga akhirnya ini chapter. Semoga suka ya yorobun, kiss you muaahhhhhhh :*