Jungkook berlari sembari menarik lengan Jimin kuat, bocah berisi itu hanya diam tak berkutik. Sungguh, ia khawatir dengan Yoongi, bagaimana jika Yoongi sudah menunggunya dari tadi? Sementara Jimin sendiri pulang bersama Jungkook.Jungkook melepaskan lengan Jimin, bocah bergigi kelinci itu menatap Jimin dengan senyuman yang cerah. Jimin mengerutkan dahinya, ia tak mengerti.
Jungkook meremat pundak Jimin pelan, memajukan kepalanya kearah Jimin, membisikkan sesuatu yang membuat Jimin kembali mengembangkan senyuman manisnya. Jimin tersenyum sembari merapalkan ucapan terima kasih untuk Jungkook.
Jimin berlari kearah mobil sport bewarna putih yang sudah berdiri disana sejak tadi, tanpa basa-basi Jimin membuka ganggang pintu mobil tersebut dan duduk disamping kursi pengemudi.
Jimin menghela nafas lega. "Kau ini, kenapa lama sekali? Aku menunggumu disini sedari tadi, bisa-bisa ketampananku luntur karna menunggumu terlalu lama." Jimin berdecak kesal, diraihnya tangan Yoongi dan mengenggamnya erat, mata sang pria pucat itu membola sempurna.
"Maafkan aku hyung, tadi Taehyung menuyuruhku pulang bersamanya. Untung saja ada Jungkookie yang membuatku bisa kesini dengan selamat." Yoongi mengernyitkan dahinya. "Taehyung?" Jimin mengangguk sebagai balasan.
kuharap bukan Taehyung yang sama. Batin Yoongi, ia segera menancap pedal gas dan melajukan mobilnya dengan santai, mencoba menikmati harinya dengan Jimin, sang pencuri hatinya.
Hening, begitulah suasana didalam mobil sport bewarna putih itu, tak ada yang memulai percakapan. Keduanya sibuk dengan urusan masing-masing, Yoongi yang sibuk menyetir dan Jimin yang sibuk melihat-lihat pemandangan dari dalam kaca jendela mobil.
Hingga sebuah suara yang berasal dari bocah bantet itu memecahkan keheningan. "Hyung, kenapa kau menyukaiku?" Yoongi yang tadinya fokus menghadap kedepan beralih menatap Jimin. "Entahlah, cinta datang tanpa alasan bukan?" Jimin menganggukan kepalanya tanda mengerti.
"Kenapa kau bisa mencintai seorang lelaki hyungie?" Yoongi berdehem sejenak. "Aku juga tidak tau, cinta datang tiba-tiba tanpa kita ketahui. Tidak peduli ia seorang pria maupun wanita." Jimin tersenyum, entahlah. Debaran didadanya serasa tidak beraturan, kurasa Jimin benar-benar akan jatuh cinta dengan Yoongi.
"Kau tidak mau mampir kerumahku mochi?" Jimin kembali menatap Yoongi, kepalanya kembali terangguk tanda setuju. "Bawa aku sesukamu hyungie, aku percaya padamu." Senyuman dibibir Yoongi terukir indah.
•••
Keduanya sampai disebuah rumah yang keliatan begitu mewah, tetapi kesannya sederhana. Yoongi menggandeng tangan Jimin, menuntunnya masuk kedalam bangunan besar itu.
"Rumahmu bagus hyung, tidak seperti rumahku yang biasa."
"Hm, menurutmu begitu? Tetapi aku suka dengan rumahmu, walaupun kesannya biasa tetapi rumahmu penuh dengan orang-orang yang menyayangimu, itu lebih berharga dari apapun Jiminie."
Jimin menatap Yoongi dengan sendu, penuturan kata dari Yoongi membuatnya lebih sadar apa arti dari sebuah kekeluargaan, Jimin jadi yakin bahwa apa yang dikatakan orang-orang tentang Yoongi jauh berbanding terbalik dengan Yoongi yang sebenarnya.
"Silahkan masuk mochi kecil." Jimin melangkah masuk kedalam rumah bercat putih milik Yoongi, dengan langkah pelan menyusuri setiap sudut rumah milik Yoongi, memang mewah.
Hingga sebuah suara menghentikan kegiatan mereka, Yoongi mendengus kesal. "Siapa yang kau bawa Suga? Mainan barumu? Jalang mana lagi yang kau beli?" Seorang wanita paruh baya turun dari tangga, dengan penampilan yang ideal, wanita itu berhenti tepat dihadapan Jimin.