"Hei,apa aku boleh mengajak temanku bergabung?"tanya yeri pada mark.
"Siapa?"
"Arin"
"Ah,si cantik itu"
Yeri memutar bola matanya jengah.
"Kita tanyakan pada yang lain saja"usul mark.
"Tak berguna"gumam yeri.keshal bosque
Mark dan yeri berjalan menuju kelas jaemin yang sudah biasa dijadikan tempat kumpul.
"Oh,hai kak lino"sapa yeri.
"Ri? Kamu bicara sama siapa?"tanya mark.
"Kakak kelas kita,itu orangnya"yeri menunjuk sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mark.
"Hehe dia ga bisa lihat aku ri"ucap lino terkekeh.
"Hah? Apa? Kakak juga sudah..."ucapan yeri berhenti.
"Haha iya,aku sudah meninggal satu tahun yang lalu"
"Ba-bagaimana bisa?"
"Pembunuhan itu"
"Jadi,kakak disini untuk menemukan siapa pembunuhnya?"tanya yeri.
"Bingo,tahu dari herin ya?"
"Kakak mengenal herin?"
"Ya,tentu saja. Dia partnerku"
"Hei,kau berbicara dengan siapa sih? Awas nanti dikira gila"mark mencebikan bibirnya kesal karena diabaikan.
"Ah ya aku lupa kau disini"
"Ri,aku pergi dulu ya"pamit lino.
"Oh iya kak"
Sepergian lino,mereka kembali berjalan menuju kelas jaemin.
"Ri,tadi siapa?"
"Salah satu hantu disini,namanya lino"
"Ganteng?"
"Iya"
"Ck"
"Kenapa sih?"
"Gak apa apa"
"Cih,jawabannya kayak cewe pms"
"Biarin"
"Ini aku yang cewek atau kamu sih?"
"Dasar gak peka"mark berjalan mendahului yeri.
"Lah"
***
Malam hari....
Yeri pov
Hari ini kami memutuskan untuk tidak membahas kasus untuk sementara. Aku sekarang sedang berada di kamarku dan arin,tzuyu sendirian dan karena bosan aku bpakhirnya membaca novel. Aku tidak tahu dimana arin maupun tzuyu sekarang. Entah mengapa mereka mencurigakan,eum maksud ku tzuyu,ia yang paling mencurigakan disini.
Brak
Aku terkejut,'si cantik itu' membanting pintu.
Tunggu
'Si cantik itu'? Mengapa aku teringat oleh mark.
"Hahaha kau terkejut?"tanyanya sambil tertawa.
"Kau gila"aku memutar bila mata jengah.
"Tadi kau meninggalkanku lagi"arin mempoutkan bibirnya.
"Hehe aku lupa,lain kali akan ku ajak"
Tenang saja,aku sudah memberitahu yang lain dan mereka mengijinkannya.
"Yey"pekiknya.
"Oh ya,kau darimana saja?"tanya yeri.
"Dari kamar nancy"balasnya.
"Oh"balasku dan melanjutkan membaca novel.
***
Mark pov
Malam ini aku hanya dikamar bersama teman sekamarku,jihoon dan changbin. Bosan,itu yang kami rasakan-maksudku hanya aku dan changbin,aku melihat jihoon sedang menulis sesuatu dibukunya dan tampak berfikir keras. Aku dan changbin sama sekali tidak dekat dengan jihoon,bahkan percakapan kami bisa dihitung dengan jari walaupun kami satu kamar.
Tersadar dari lamunanku, aku melihat jihoon beranjak dari tempatnya dan membuka pintu bermaksud keluar.
"Hei jihoon,kau mau kemana?"tanyaku dan changbin langsung menatap aku dan jihoon bergantian.
"Aku ada urusan"ucapnya dan langsung keluar dan menutup pintu.
Klek
Pintu tertutup.
"Dia aneh"gumamku.
"Ya bukankah dia memang aneh?"sahut changbin.
Kami terdiam,hanyut dalam fikiran masing masing.
Sampai...
"Hoi mark,ini tanggal berapa?"tanya changbin tiba tiba
"31 maret 2018"
"Ngapa lu ultah? Bukannya ultah lu 11 agustus ya?"lanjutku.
"Bukan"changbin langsung membuka gorden dan ia tertegun melihat sesuatu.
"Ma-mark?"ia menunjuk sesuatu di balik jendela
"Kenapa sih?"tanyaku dan segera melihat apa yang ditunjuk.
Bulan purnama
"Bulan purnama?Jihoon?"changbin menunjuk bulan dan pintu bergantian.
"Oh my god,what should we do? He is in danger!"pekikku
"He is in danger or he is the killer?"
Aku terdiam,ucapan changbin masuk akal.
"Kita cari dia"
Kami berdua beranjak namun belum selangkah,penjaga datang.
Klek
Pintu terbuka.
"Kalian belum mengunci pintu?"
"A-ah ya kami lupa"
"Teledor,jangan lupa kunci pintu ini malam bulan purnama"penjaga itu hendak menutup pintu namun ia menahannya.
"Dimana teman kalian satu lagi?"
"Di-ditoilet"bohong changbin.
"Baiklah,kunci pintu aku akan menunggu sampai kalian menguncinya"penjaga menutup pintu dan changbin menguncinya.
"Lalu bagaimana ini?"bisik changbin.
"Aku tidak tahu,kita tidak bisa keluar penjagaan diperketat"balasku.
"Huh penjaga sialan"
"Kita hanya bisa nunggu pagi,kalau jihoon masih hidup,dia tersangka utama kita"ucapku
Tbc.
Jihoon nih? Masa sih?