2. Toko Buku

44 9 2
                                    

"Rasa itu tumbuh sendirinya. Bukan aku yang meminta,"
---

Seminggu sudah Ara menjalani kehidupan di sekolah barunya, tidak ada yang aneh. Tapi Ara harus menerima perlakuan Rangga yang kadang menjengkelkan. Hubungan pertemanan antara keduanya pun bisa dibilang tidak baik. Bagaimana tidak? Mereka hampir setiap kali bertemu pasti selalu terlibat cek-cok.

Ara menghampiri Leva yang sedang berada di perpustakaan. Di kejauhan, Ara melihat Leva sedang membaca buku di pojok dekat rak paling belakang. Ara menyipitkan matanya ketika melihat seorang laki-laki yang ada di sebelah Leva.

"Leva," panggil Ara.

Leva menoleh begitupun laki-laki di sebelahnya. Ara membelalakkan matanya seketika. "Rangga?! Nagapin lo disini?"

Rangga melirik ke Ara dan tersenyum kecil. "Kenapa? Cemburu gue berduaan sama Leva?"

Ara memutar bola matanya malas. Bisa-bisanya dia se-PD ini. "Pede!"

Rangga hanya terkekeh kecil mendengarnya. Sedangkan Leva sendiri tertawa lagi karena tingkah konyol mereka berdua.

Terkadang Leva berfikir. Mungkinkah mereka bisa bersatu? Biasanya di novel-novel pasti yang awalnya berantem jadi bersatu. Pikir Leva begitu.

"Ada apa Ra?" tanya Leva.

"Temenin gue ya pulang sekolah."

"Kemana?"

"Toko buku. Biasalah,"

Leva terkekeh kecil. "Kebiasaan lo nggak berubah ya dari dulu. Masih sering ke toko buku setiap hari terakhir sekolah."

Ara mengerucutkan bibirnya. "Yeee... Kalo udah libur gue kan males kemana-mana. Lagian kan sekarang pulang siang,"

"Kampret! Gue jadi kambing conge disini," semprot Rangga kesal.

"Suruh siapa disini? Pergi lo!" usir Ara.

Rangga menyentil dahi Ara sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan perpustakaan tanpa membawa buku. Garis bawahi itu. Tanpa.

Setelah Rangga pergi akhirnya Ara bisa tersenyum lega karena menurutnya tidak akan ada lagi yang mengganggu obrolannya dengan Leva.

"Gimana? Mau nggak?" tanya Ara sekali lagi. Meyakinkan apakah Leva mau menemaninya atau tidak.

"Bukannya gue nggak mau, tapi gue ada urusan keluarga." jawab Leva dengan wajah merasa bersalah.

"Emmm... Yaudah nggak pa-pa. Nanti gue kesana sendiri aja."

"Nggak marah kan lo?"

"Ya ampun.... Ngapain gue marah. Masa iya gue harus maksain temen gue yang ada acara." Ara mencubit gemas pipi Leva yang lumayan chubby.

Leva mengaduh kesakitan yang akhirnya ditertawai Ara. "Lagian pipi lo chubby bangeeet... Gue jadi pengen,"

***

"Darimana lo?"

Baru saja Rangga duduk di kursinya, ia sudah medapat pertanyaan dari Ari.

"Perpus."

Ari dan Farhan di sebelahnya membelalakkan kedua matanya. Mungkin jika tidak ada kelopaknya, mata mereka sudah keluar.

"Seorang Rangga ke perpus? Mantap jiwaa..." celetuk Farhan diiringi kekehan Ari.

"Ngapain lo kesana? Udah tobat?" balas Ari hingga tawa Farhan meledak.

Here I AmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang