7. Rangga vs Aldi

27 2 0
                                    

Alasan kamu bertahan ketika dalam masalah pasti karena ada yang menguatkan dan mendukungmu. Ya, kamu bertahan karena kamu merasa memiliki seseorang yang bisa kamu percaya dan kamu andalkan. Tidak semua orang bisa bertahan di masa sulit. Tidak semua orang bisa bertahan dalam keadaan rapuh. Hanya orang-orang pilihan dan mereka yang membuktikan bahwa mereka bisa. Kamu juga bisa jika kamu kuat dan yakin pasti ada seseorang yang membantumu. Sesama manusia pasti saling membutuhkan, right?

***

Brum... Brum...

Suara mesin motor mengusik pendengaran seorang gadis yang sedang berjalan sambil mendengarkan musik melalui earphone. Ia mencabut penyumpal telinganya dan melihat seseorang duduk di atas motor besarnya dengan menggunakan helm fullface nya.

Mata Ara menyipit. Ia heran, mengapa juga orang itu berhenti tepat di sampingnya? Apa ada yang salah dengannya?

Orang di atas motor tersebut turun dan membuka helm yang menutupi wajah tampannya. Ah, dia laki-laki.

Setelah melihat wajahnya mata Ara membulat seketika. Ia terus memperhatikan laki-laki itu yang sedang merapikan rambut yang sedikit acak-acakan. Laki-laki itu menoleh ke arah Ara.

"Hai,"

Ara menahan nafas sebentar. Tak menyangka dirinya akan bertemu dengan orang di hadapannya lagi. Ara membalas sapaannya dengan tersenyum kaku.

"Mau kemana Shei?"

Gadis itu menggigit bibir bawahnya. "Eh... Itu gue mau pulang," cicitnya.

"Oh, mau dianter?" tanya laki-laki itu sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Nggak, nggak usah Dim,"

Dimas. Laki-laki yang menawarkan tumpangan itu adalah Dimas. Kalian ingat? Yang bertemu dengan Ara saat ia pergi ke toko buku. Singkatnya, Dimas adalah mantan Ara.

"Sekalian, gue juga belum tau rumah lo." ajak Dimas lagi.

Ara sempat bingung, yaa bagaimana pun juga kan dia tidak enak. Kalian bayangkan saja, kalian ketemu mantan lalu diajak bareng kan agak gimana gitu. Sekali lagi Ara menolak namun Dimas tetap keukeuh untuk mengantar Ara.

"Ayo, Shei!"

"Nggak usah, gue yang ngga enak."

"Nggak bakal gue culik, ayo lah!"

Ara tertawa renyah. "Sifat lo nggak berubah ya, pemaksa."

Sesaat laki-laki itu terdiam dan sedikit menarik bibirnya ke atas yang bahkan Ara sendiri tidak melihatnya. "Lo juga nggak berubah, selalu nggak enakan."

"Tapi-"

Tanpa menunggu jawaban dari bibir gadis itu, Dimas sudah menarik pergelangan tangan Ara dan menyuruh nya naik. Mau tak mau, Ara pun menuruti. Namun belum sempat Ara menaiki motor besar itu, Dimas sudah melingakrkan jaket merahnya di pinggang gadis tersebut. Setelah selesai ia menegakkan tubuhnya yang sedikit membungkuk tadi. Ia tersenyum kikuk kepada Ara.

"Sorry, udah kebiasaan."

Ara memperhatikan laki-laki di hadapannya dengan wajah yang sedikit memerah. Kenapa masih aja deg-deg an sih?

Here I AmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang