5. Datang

31 4 0
                                    

"Long time no see, baby."
---

"Seenggak nya lo pernah mengukir kenangan sama dia."

Ara menundukkan kepalanya. Dipikir-pikir benar juga apa yang Rangga katakan. Anehnya, kenapa laki-laki itu bertanya soal mantannya? Pentingkah?

"Ra?" panggil Rangga.

Ara mendongakkan kepalanya dan menatap ke kedua bolamata hitam milik laki-laki di hadapannya. Ia menatap lurus hingga membuat Rangga terkunci oleh mata jernih Ara yang baru Rangga sadari jika itu sungguh mempesona.

"Rangga,"

Panggilan dari bibir mungil perempuan itu membuat Rangga tambah menegang. Entah mengapa, tapi yang pasti jantung nya kali ini bergerak cepat. Membuka mulut saja Rangga tidak bisa.

Hanya tatapan dari Ara?

"Kenapa lo tanya mantan?"

"Hah? E-eh itu, enggak.. gapapa." jawab Rangga sedikit terbata. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Oke Rangga akui. Kali ini dia kalah bertatap oleh seorang perempuan.

Ara mengangguk paham dan kembali menatap dalam ke mata laki-laki di hadapannya.

"Lo mau bantu gue buat move on?"

***

Pagi ini Leva berlari dengan nafas yang terengah-engah. Sambil membawa setumpukan kertas, gadis cantik itu terus berlari menuju kelasnya berada.

Saat ini sedang jam istirahat, beberapa murid berkeliaran di koridor namun ada juga yang di kantin atau di kelas. Mungkin keberuntungan sedang tidak berpihak kepada Leva, seorang laki-laki di hadapannya menabraknya hingga kertas-kertas yang ia bawa berserakan di lantai koridor.

Leva sendiri jatuh dengan lutut nya yang menjadi tumpuan. Alhasil, lututnya sedikit berdarah akibat goresan lantai yang sedikit kasar.

"Maaf-maaf. Nggak sengaja,"

Suara seorang laki-laki membuat Leva mendongan menatapnya. Ah, Leva mengenali dia. Dia adalah kapten basket dari kelas sebelah. Leva tahu itu. Raka. Orangnya ramah, baik, dan sopan. Tak jarang yang menyukai dan menaruh hati padanya. Namun, sampai saat ini dia masih single.

"Nggak pa-pa," ucap Leva singkat sambil bangkit dan membereskan kertas-kertas itu.

"Gue bantu,"

Tanpa menghiraukan perkataan laki-laki itu, Leva terus memunguti kertas dan merapikannya.

Setelah semua rapih-tentu saja dengan bantuan Raka- Leva membawa setumpukan kertas itu namun sebelum dirinya melangkah, sebuah tangan memegang pundaknya.

Leva menoleh.

"Apa?"

"Boleh kenalan?" ucap Raka sambil tersenyum.

"Leva."

"Gue Raka,"

Leva mengangguk dan tersenyum. "Gue tau kok, lo kapten basket kan?"

"Iya, ehm.... sekali lagi sorry ya buat kejadian tadi."

"Udahlah lagian juga nggak sengaja," balas Leva meyakinkan. "Gue ke kelas dulu."

"Lutut lo,"

Leva melirik ke lututnya yang masih menyisakan goresan dan darah. Ia kembali menatap Raka. "No problem. Gue bisa ke UKS."

Here I AmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang