"Kamu suka hujan? Aku tidak. Karena hujan biasanya jatuh bersama kesedihan."
---"Makanan favorit lo apa?"
Ara mengedikkan bahunya tidak tahu. Ia masih menyesap kopi yang ia pesan di Cafe ini. Leva yang minta ditemani untuk pergi ke Cafe hari ini. Ara sempat berpikir, terkadang ia heran dengan temannya yang satu ini. Selama kurang lebih 4 tahun ia berteman dengan Leva, baru kali ini ia bisa hangout berdua dan itupun Leva yang mengajak.
"Masa sih nggak punya?"
Ara tampak berpikir. "Coklat."
"Oiya! Lo kan maniak coklat, gue hampir lupa."
"Yah... gitulah,"
Leva kembali menatap Ara dengan intens. Ada sebuah pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan pada Ara. Namun niatnya ia urungkan karena takut menyinggung perasaan sahabatnya.
Mereka saling diam dan menikmati minuman masing-masing. Berbeda dengan Leva yang ingin melontarkan pertanyaan, Ara justru sibuk memikirkan beberapa orang yang terlibat dalam hidupnya kali ini.
Ara tak pernah menyangka jika kemarin adalah hari pertama dimana ia menjalankan hidupnya sebagai seorang kekasih dari laki-laki yang bahkan di awal pertemuan sudah terlibat permusuhan bagi keduanya. Ia bahkan tidak menyangka akan lebih banyak tertawa jika bersama Rangga. Ara memiliki sahabat laki-laki yang memang dari dulu selalu bersamanya, Ara pun memiliki seorang mantan kekasih yang bahkan sekarang sudah menjadi teman.
Namun apakah ia siap jika kehilangan semuanya ketika ia merasakan kebahagiaan?
"Ra?"
Panggilan Leva membuatnya yang tadi menunduk kini mendongak menatap sahabatnya.
"Boleh gue tanya?"
Sebagai balasan, Ara hanya mengangguk setuju tanpa mengucapkan sepatah kata walaupun sekedar 'iya'.
"Gimana kabar orangtua lo?"
***
"Pah... Rangga nggak ngerti maksud Papa waktu itu."
"Dia Mama kamu, Rangga."
"Seriously?! Tapi kenapa dia nggak bilang apa-apa?"
"Karena Papa yang memberitahu dia agar dia tidak memberitahu kamu."
Rangga mendengus kesal. Hari ini di dalam ruang kerja Papanya, Rangga terlibat obrolan yang menyangkut-pautkan soal Mama Rangga. Rania.
Rangga masih ingat sekali wajah seorang wanita yang bertemu di lift beberapa hari yang lalu. Ia masih ingat sekali bagaimana tatapan wanita itu kepadanya. Meski tidak banyak bicara, Rangga tahu. Ada sebuah kerinduan di mata itu. Dan kenapa Rangga baru menyadarinya sekarang?
Ia pikir, dirinya tidak akan pernah bertemu dengan Mamanya lagi. Ia pikir dirinya akan terus membenci Mamanya yang pergi bahkan saat dirinya tidak tahu rupa Mamanya yang seperti apa. Namun sekarang ia sadar, sebenarnya masih ada sebuah rahasia yang mungkin belum dirinya ketahui. Tapi yang terpenting sekarang ia harus pergi mencari Rania, Mamanya. Ia harus tahu apa rahasia tersembunyi yang selama ini belum diketahuinya.
"Mau kemana kamu?"
Suara Randy menginterupsi dirinya yang bangkit dari tempat duduk. "Cari Mama,"
"Naik apa?"
"Motor lah, Pa."
Randy mengangguk-angguk lalu mengeluarkan sebuah map yang berisi berkas-berkas. Ia kemudian mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja. "Papa ke rumah sakit dulu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Here I Am
Teen Fiction"Aku disini, menunggu kalian kembali. Aku disini, menunggu kamu kembali." *Here I Am. Menceritakan kisah seorang gadis yang baru berumur 16 tahun dan menjalani kehidupannya dengan kesendirian. Hidup sebatangkara tidak menghalangi ia untuk bahagia. I...