Chapter 2

748 36 33
                                    

"Trauma membuat gue menjadi sesosok langit gelap, yang merindukan sinarnya." -Uli Zetta P.

Uli terdiam beberapa menit, karna dia mengingat masa lalunya.

***

31 Desember 2015

Pemandangan di tepi pantai sangat menakjubkan. Namun Uli tidak tertarik dengan pemandangan itu, dia hanya berdiam di dalam kamar penginapan. Menurutnya, malam tahun baru di pantai adalah hal terbosan yang sering ia alami.

"Elo itu, bikin gue nyesek tau ga?!" teriak seorang wanita di samping kamar Uli.

"Bodo amat, yang penting gue pengen putus sama elo, Par—" teriak pria yang menjadi lawan bicaranya.

"Suara Paramitha, kayaknya dia lagi bertengkar," gumam Uli yang terus menguping pembicaraan.

"Tapi kenapa?"

"Gue udah bosen sama elo, bahkan gue juga pengen ngabisin elo sekarang. Biar elo lenyap dari dunia ini," teriak pria tersebut.

"Hah? Kamu becandakan?" tanya Patamitha dengan panik.

"Kapan aku suka becanda? Kapan?!" teriak pria itu dengan kejam.

Uli sangat terkejut mendengar hal itu di kamarnya, dia pun langsung bergegas pergi ke kamar di sampingnya itu untuk mencegah hal buruk terjadi.

"Mitha!!" teriak Uli di balik pintu.

"Uli, Tolong gue Li!!" teriak Paramitha.

Uli mencoba membuka pintunya, namun terkunci. akhirnya dia mengambil meja yang ada di kamarnya dan membantingnya ke pintu samping kamarnya.

"Mitha!! Tenang, gue bakal nyelametin elo dari cowok gak tahu diri itu," ucap Uli seraya berusaha membanting meja tersebut, akhirnya setelah beberapa kali dicoba pintu tersebut terbuka.

Dan tak lama setelah membuka pintunya, Uli sudah diserang.

"Rasain lo, makanya jangan so peduli!" teriak pria itu di dekat telinga Uli yang sudah bercucuran darah di pinggangnya akibat tusukan pisau yang tajam.

"Lari Mitha," lirihnya kepada Mitha. Dan akhirnya Uli pun jatuh tak sadarkan diri.

***

"Gue benci laki-laki, kecuali laki-laki anggota keluarga gue sendiri." gumam Uli yang terus melamun karna mengingat masa lalunya.

"Hah? Elo kenapa Li," tanya Berfa yang sedari tadi memerhatikan Uli yang melamun tidak jelas.

"Uli," panggilnya, namun Uli tetap melamun.

"Woy, Uli!" panggilnya lagi, seraya menepuk sebelah pundak Uli.

"Eh, kenapa?" jawab Uli dengan terkejut.

"Haduh, harusnya gue yang nanya kayak gitu," jawab Berfa seraya menggelengkan kepalanya melihat Uli.

"Oh, sorry." ucap Uli seraya tersenyum singkat.

"Diliat dari mata elo, Li, kayaknya elo lagi nginget sesuatu yang bikin elo sedih ya?" tebak Berfa.

"Eh, udah berapa lama kita di sini? Gue pengen pulang Fa," pinta Uli yang ingin mengalihkan pembicaraan.

"Jawab dulu pertanyaan gue dong, Li." kesal Berfa.

"Nanti ajalah jawabnya. Kita liat dulu di luar, mantan lo itu masih ada atau enggak."

JULI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang