Chapter 10

422 18 10
                                    

"Ungkapkanlah cinta dengan ketulusan, bukan kepalsuan." -Anonim.

***

Uli menutup pintu BK. Setelah kejadian Pak Malik yang menyuruh mereka mengungkapkan perasaan nya, Uli dan Juki jadi bungkam seribu bahasa dalam ruangan tersebut. Bu Zena yang makin gemas namun kasihan, memutuskan untuk menyudahi pembicaraan tersebut. Dan sekarang, Uli masih bersama Juki dengan perasaan canggung yang entah datang dari mana. Uli bingung dengan hal-hal yang aneh ini.

"Li," sahutnya seraya menepuk bahu Uli dari belakang. Uli pun yang masih larut dalam kecanggungannya hanya melirik ke arahnya tanpa berkata apa-apa, Juki yang melihat Uli melirik ke arahnya pun langsung memalingkan wajahnya. Juki malu. Namun Juki tetap harus melanjutkan pembicaraannya.

"Mau ke kelas gak?" Tanya Juki.

"Oh—hmmm... ayo," jawabnya seraya pergi mendahului Juki. Juki yang melihat dirinya ditinggalkan, tidak terima. Ia memberanikan diri untuk menyusul Uli hingga langkah mereka beriringan. Mereka tidak bicara. Mereka dilanda rasa canggung, belum lagi jantung mereka yang selalu berdetak dengan kencang layaknya dua orang yang saling mencintai. Namun sayangnya, mereka bodoh dalam menyadari hal tersebut. Bahkan sampai saat ini.

Akhirnya mereka pun telah sampai di kelas, disusul oleh Pak Ojan yang tiba di kelas untuk mengajar B. Inggris.

***

"Bius aku dengan tatapanmu... tatapanmu... " suara pas-pasan Shani dengan gitar mungilnya alias ukulele, terus mengalun di warung Ceu Odah. Dengan kaos hitam polos, plus celana Levis nya, Shani terus bernyanyi tanpa beban.

Juki yang baru duduk di warungnya dengan seragam yang masih lengkap, merasa mules karna suara Shani.

"Shan, please jangan nyanyi terus! Gue jadi mules nih, bisa-bisa gue mencret dadakan gara-gara suara lo." geram Juki seraya merebut ukulele dari tangan Shani.

"Biarin dong, suka-suka gue. Emak lo aja gak keberatan, iya gak Ceu?" tanya Shani kepada Bu Odah.

"Sok we, asal belian dagangan Eceu." ucap Bu Odah. Juki pun yang mendengar jawaban emaknya, hanya bisa pasrah seraya memberikan kembali ukulele tersebut kepada Shani.

Saat Shani mulai memetik ukulele nya lagi, Juki menepuk bahu Shani dengan keras. "Apa sih?!" ketus Shani.

"Shan, gue bingung." lirih Juki.

"Napa?" tanyanya seraya menatap Juki serius.

"Gue..."

"Apa?"

"Gue mencret.."

"Ah kamvret lo! Gue udah serius juga!" ucap Shani seraya memukulkan ukulele nya ke badan Juki, yang otomatis membuat Juki mengaduh kesakitan. "Sakit bego! Lo kira badan gue terbuat dari besi apa," pekik Juki seraya memukul Shani agak keras. Bukannya kesakitan, Shani malah tertawa dengan keras. Tawaannya pun berhasil membuat Juki ikut tertawa juga.

"Eh, udah dong Shan. Gue emang lagi bingung nih," ucap Juki yang mulai serius kembali. Shani pun mulai menghentikan tawanya dan mulai memasang tatapan tajam.

JULI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang