Chapter 8

461 20 8
                                    

"Kadang cinta itu kayak fisika, Butuh pertimbangan dan perkiraan. Kalau gak tepat, hasilnya gak akan cocok."-Uli Zetta P.

***

Kamis, 21 Juli 2016

"Mak, Juki berangkat ya." ucap Juki seraya mencium punggung tangan Emaknya.

"Iya nak. Nih, uang buat bekelnya," ucap emaknya seraya memberikan uang 100 ribu, dari saku baju batik lusuhnya. Juki heran, mengapa uang yang berikan sangat banyak?

"Tumben Mak, ngasihnya banyak? Biasanya cuma 50 ribu." tanya Juki heran.

"Gak apa-apa, kemaren kan Emak ngehukum kamu. Sekarang karna kamu gak bersalah, Emak kasih uangnya 2x lipat. Nih, ambil aja. Syukur-syukur kalau uangnya awet." ucap Emaknya, seraya mengepalkan uangnya ke tangan Juki. Juki hanya terdiam melihat emaknya mengepalkan uang kepadanya lalu pergi begitu saja dari hadapannya. Namun, Juki juga menerimanya dengan senang hati. "Rejeki jangan ditolak." gumamnya seraya bergegas pergi ke sekolah dengan berjalan kaki karna rumahnya lumayan dekat dengan sekolah.

***

Juki menghempaskan diri di bangkunya. Bangku yang jarang sekali ia duduki dengan waktu yang lama. Bangku sekolah adalah tempat terbosan menurutnya, namun entahlah sekarang.

"Hm?" tatap Juki melihat sekeliling, yang sedari tadi melihat dirinya penuh selidik dan kebingungan. Namun karna tatapan anak kelas dibalas oleh Juki, mereka pun segera mengalihkan tatapannya dari Juki.

Juki pun mulai melihat ke samping. Benar saja. Berfa masih menatapnya penuh selidik.

"Apa?" tanya Juki datar.

"Hm. Maaf nih sebelumnya. Jangan mara-"

"Ada apa? Gak usah lebay deh." potong Juki.

"Kamu kok tumben sekolah? Maksud aku-kamu pagi-pagi tumben stay di kelas. Biasanya-"

"Pengen aja." potong Juki segera. Juki memaklumi, jika semua orang menatapnya. Karna bagi semua orang, Juki tidak pernah sekali pun stay di kelas dari pagi, kecuali jika UAS.

"Oh. Semoga kamu ke depannya bisa gini lagi ya." ucap Berfa hati-hati.

"Ya,"

Sementara itu dari bangku pojok, Uli melihat Juki yang baru saja datang. Hatinya merasakan hal yang aneh, antara senang, atau hal lainnya. Entahlah, dia tidak tahu perasaan apa yang sedang menjalar di hatinya. Dia tidak sadar dengan perasaanya. Namun Uli ingin sekali meminta maaf atas kejadian kakaknya mengusir Juki kemarin namun dia malu.

"Li," ucap Aldo seraya menepuk bahu Uli agak keras, dan membuat Uli kaget.

"Apaan sih?"

"Lo bengong, atau lagi ngeliatin Juki sih?" tanya Aldo penuh selidik

"Apaan sih, ngaco!" jawab Uli salah tingkah.

"Cie... Uli. Salting gitu." goda Aldo seraya mencolek pipi Uli dengan pensil yang dipegangnya.

"Ih, apaan sih, ngaco!"

"Cie.."

"Berhenti Aldo!"

"Alah salting."

JULI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang