Chapter 3

582 32 30
                                    

"Teman yang baik suka berkorban. Teman yang jahat suka bikin korban."-Berfa.

Beberapa menit
kemudian, Berfa datang dengan tergopoh.

"Woyy, Lepasin Uli!" teriaknya.

"Gue bakal lepasin, asal lo mau dengerin penjelasan gue." tegas Shani.

"Penjelasan apa sih? Bosen gue," ketus Berfa seraya memalingkan wajahnya dari Shani.

"Mau gue lepasin, atau tetep gue iket? Dan kalau lo coba-coba, Juki siap buat nyakitin temen elo itu." ancam Shani seraya memicingkan senyumnya.

Berfa pun hanya mendecak kesal karna perkataan Shani. Hal ini membuat dirinya tidak bisa berkutik.

"Fa, tolongin gue ya?" pinta Uli seraya memperlihatkan wajah memelasnya.

"Iya deh iya," ketus Berfa.

"Nah gitu dong, biar gak jadi salah paham lagi." cengir Shani yang merasa lega.

"Ya udah, cepet jelasin."

"Berfa, gue gak pernah ngebunuh siapa pun. Pada saat itu gue gak sengaja ngeliat temen elo udah gak sadarkan diri, terus gue lepas pisaunya dan alhasil gue megang pisau itu. Setelah itu, lo datang dan langsung salah paham." jelas Shani.

"Jadi gue mohon, jangan salah paham terus." lanjutnya seraya mengambil tangan Berfa dan memegangnya erat.

"Y," singkatnya seraya menepis.

"Udah selesaikan? sekarang lepasin Uli," ketus Berfa. Shani hanya tersenyum tipis. "Iya, sabar ngapa." jawab Shani seraya berusaha melepaskan ikatan Uli.

Namun saat berusaha melepaskan ikatan itu, mobil hitam pun berhenti di depan warung tersebut. Berfa yang melihatnya merasa kebingungan, karna jalanan ini jarang sekali dilewati kendaraan ataupun orang-orang asing. Jalan ini buntu dan pemukiman pun kebanyakan milik keluarga Berfa.

"Aneh." gumam Berfa seraya menatap mobil tersebut.

Tak lama kemudian, seorang pria yang ada di dalam mobil tersebut ke luar dan menghampiri warung tersebut.

"Uli, kakak cari kemana-mana. Ternyata kamu di sini," ucap pria tersebut saat melihat Uli yang masih terikat sebagian.

"Kakak?" batin Uli dengan mata terbelalak.

"Heh, kalian yang nyakitin Uli kan? Jawab gue!" teriak pria tersebut—Devan, kakaknya Uli.

"Enggak kok," ucap Shani datar.

"Bohong!!" kesal kakaknya Uli seraya mengangkat kerah Shani dan Juki.

Berfa yang sedang melepaskan sebagian ikatan Uli, terus memandangi Devan. "Gile, kakaknya Uli kuat amat. Gue jadi ngeri sendiri." batin Berfa dalam hati.

"Dasar kalian pengecut! Apa salah adik gue, hah? Dia anak yang baik, dia juga punya trauma tentang cowok. jadi jangan pernah gangguin dia, ngerti?!" teriak Devan.

Juki dan Shani tidak tahu harus menjawab apa. Di sisi lain mereka ingin menjelaskan yang sebenarnya, namun di sisi lain juga mereka kebingungan tentang perkataan Devan ini.

"Apa maksud dari trauma itu?" batin Juki kebingungan.

"Dasar pengecut!" teriaknya seraya membantingkan Juki dan Shani dengan sarkastik dan membuat warung itu berantakan.

Uli yang melihat kekacauan tersebut, mulai buka suara.

"Kakak udah kak, aku gak apa-apa. Jangan sakitin mereka kak," pinta Uli dengan memaksa, seraya menghampiri Devan dan menarik-narik tangan kakaknya itu. Devan pun mendecak kesal.

"Tapi Li, Kakak takut kejadian itu terjadi lagi."ucapnya dengan raut khawatir.

"Sekarang aja, kamu masih terancam." lanjutnya.

"Enggak kak, aku janji itu gak akan terjadi lagi." ucap Uli seraya tersenyum lebar. Beginilah Uli, dia hanya bisa tersenyum terhadap laki-laki yang menjadi kakaknya ini—Devan. Menurut Uli, tiada laki-laki yang dia percaya kecuali kakaknya.

"Kita pulang, Li." ajak Devan seraya memegang tangan Uli dengan erat. Dan Uli pun hanya bisa mengiyakan.

"Maaf ya, gue harus pulang." lirih Uli terhadap yang lainnya.

"By the way, buat kalian semua, masalah kita belum selesai. Camkan itu." ancam Devan seraya memukul pintu warung tersebut dengan keras.

***

"Ma? Mama liat nih, Uli-" panggil Devan yang terpotong oleh cubitan yang dilontarkan Uli.

"Stt... jangan kasih tau, please." pinta Uli dengan raut memohonnya.

Devan pun mendecak kesal, lalu mengangguk pelan. Devan ini memang sangat lemah dengan permohonan Uli.

Tak lama, Ibu Parwati selaku mamanya Uli pun datang menghampiri anak-anaknya.

"Uli, Mama khawatir, Nak," ucapnya dengan khawatir seraya memeluk Uli dengan penuh kasih sayang.

"Aku gak apa-apa kok, Ma." jawab Uli dengan tersenyum lebar seraya membalas pelukannya.

"Untung Devan kakakmu ini, hebat mencarimu." ucap Parwati seraya melepaskan pelukannya terhadap Uli.

"Kalau soal nyari Uli mah gampang, Ma." ucapnya seraya cekikikan.

"Kakak sombong," ucap Uli seraya menyenggol Devan keras. Devan pun membalas senggolannya dan terjadilah kejar-kejaran di antara mereka. Parwati yang melihat anak-anaknya seperti ini, merasa sangat bahagia. Namun dia juga merasa sedih, melihat anak perempuannya yang sampai sekarang masih terancam.

(Bersambung)
Vote, Comment, Masukin ke Reading List, dan Perpus kalian yaa❤.

JULI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang