"Te amo, mi Vincy." lirihnya sambil mengusap pelan rambut Vin.
🍁
Mereka disambut beberapa beberapa orang yang langsung membawa tas mereka dari bagasi.
"Aku...udah bangun..jangan modus.." lirih Vin saat Ali hendak menepuk pundak untuk membangunkannya.
Vin menghampiri meja resepsionis, dia terlihat seperti orang mabuk karena berjalan sempoyongan.
"Kamar biasa, tiga" gadis kecil itu mengeluarkan suara serak, menunduk menahan kantuk.
Wanita di balik meja resepsionis itu menutupi ekspresi kaget dan tersenyum sopan sebelum berkata "Maaf, sepertinya Anda salah masuk. Ini hotel."
"Oh..maaf." Vin berdehem, mengusap matanya dan merapikan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya. Dia berdiri tegak, tersenyum tipis. Padahal dia masih amat mengantuk, dan sepertinya wanita muda di depannya adalah karyawan baru sehingga tidak mengenalnya.
"Aku Azet Allard. Anak kedua dari pemilik hotel ini, Revan Allard." Tambah Vin setelah melihat teman-temannya tertidur di sofa.
"Eh? Maaf Nona, tapi sepertinya Tuan tidak akan memiliki anak seperti anda." wanita muda itu masih tersenyum.
"Apa maksudmu?" Vin menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak mengerti sebelah mana dari dirinya yang tidak cocok untuk disebut anak ayahnya.
"Vincy, tenang." Ucap Ali sambil menepuk pelan pundaknya. Lalu Ali izin pergi ke toilet, begitu juga Faiq.
"Begini Nona. Anak Tuan Allard pastilah seorang perempuan anggun yang tentu saja baik. Sedangkan anda, datang ke hotel bersama teman-teman dan jalan sempoyongan seperti orang mabuk." wanita itu masih tersenyum, namun senyuman yang merendahkan.
"Hee?? Kau tidak percaya bahwa aku adalah anak dari tuanmu?!"
"Anda bisa memberikan bukti nyata dan berhentilah menunjukkan wajah kesal dan tidak sopan itu."
Wanita itu memang masih muda. Tentu masih muda, dan cantik. Usianya mungkin baru 25 tahun. Selagi wanita itu tersenyum mengejek sambil memainkan rambutnya, Vin dengan cepat mengambil hp dan menelpon ayahnya.
"Daddy, aku marah." Vin menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya, ia menahan suaranya agar tidak terlalu terdengar marah.
"Bisakah Daddy telpon balik ke meja resepsionis hotel baru di Dago?" Tanya Vin memelankan suaranya, tapi tidak menghilangkan penekanan di setiap katanya.
"Ya."
Beep. Beep.
Wanita itu menatap telepon, berdehem, dan membuka mulutnya "Ya, selamat malam. Dago Intercontinental Hotel."
"..."
"Maaf, Mr Allard. Tidak ada, hanya ada perempuan kecil yang datang dengan teman-temannya. Perempuan itu mengaku sebagai anak Anda." wanita itu melirik sinis Vin.
"..."
"Ya, Sir, sudah." jawabnya setelah menekan salah satu tombol yang ada di telepon.
"Hei, Vin. Ini yang membuatmu marah?" Tanya suara di seberang sana.
"Yaa..Daddy mendengarnya bukan?" Jawab Vin malas.
Wanita itu memucat, badannya tegang, dan terlihat keringat dingin mengalir di dekat telinganya.
"Dia anakku, Wanita Resepsionis. Ingat wajahnya, dia Azet Allard, anak keduaku. Bukankah aku sudah menunjukkan wajah anak-anakku saat penerimaan karyawan? Walau aku pemilik hotelnya, kau harus menuruti kemauannya saat dia memintamu. Dan Vin, jangan terlalu jahat, dia baru 2 minggu. Semoga weekend mu menyenangkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Vin
Teen Fiction"Kenapa sih bingung gitu? Panggil ya panggil aja, gausah ragu. You can call me Vin, like my family" "Of course i will. But I'll call you Az, and you can call me Panda as you wish" Yap, jarang bahkan tak ada yang memanggilnya Vin, kecuali keluarganya...