Tujuh

33 7 5
                                    

Halo halo haiiii. Ada yang nunggu?? Aku tepatin janji loh😄

Plaakkk!!!
Plaakkk!!!Plaakkk!!!
(Suara gamparan readers)

"berani banget bilang nepatin janji padahal udah ngilang berhari-hari!!!"

Maaf yaaaaaaaaa

Senangnya dalam hati..bisa publish part lagii ❤❤❤

Enjoy!!

🍁

"Oh, hai mantan. Tidak senang bertemu denganmu." Sapa Ali sebelum kepalanya dirangkul paksa oleh Faiq.

Karena Faiq tau...siapa sebenarnya perempuan itu.

🍁

Ali diam, karena ia tau diri. Jika Faiq tidak menariknya, mungkin dia akan protes pada perempuan itu. Atau mungkin perempuan itu akan menyambar lengannya dan menarik dia kemana pun perempuan itu mau.

"Thanks.." lirihnya sambil terus menghambuskan napas panjang

"Iya bener, lo harus berterima kasih ke gue Li. Lain kali lo ga perlu ngeladenin dia. Lagian kenapa juga gue nolongin lo ya..gabut banget" dengus Faiq di akhir kalimatnya.

Faiq tau, sejahat-jahatnya dia pada temannya, dia tidak akan tega membiarkan temannya susah sendiri. Walau mungkin caranya kurang benar, dia tetap melakukannya untuk membantu teman.

"Kenapa sih dari tadi buang napas mulu?! Jijik elah" Faiq mendorong kepala Ali keluar dari rangkulannya

"Kelek sia bau jir" sentak Ali menjauhkan dirinya. (A.n : kelek itu ketiak. Sia artinya kamu)

"Wah parah, wangi kieu disebut bau. Irung sia tah nu bau." logat sunda Faiq keluar lagi.

Ali hanya terkekeh kecil melihat Faiq marah-marah sambil mencium jaketnya.

"Di sini!" Kiki melambaikan tangan saat melihat kedua temannya mengedarkan pandangan.

Ali terkekeh lagi, kali ini lebih pelan. Ia tau bahwa kemungkinan besar Faiq menyukai Kiki. Ahh..sebuah drama mainstream ketika mereka berteman dan salah satunya menyukai temannya. Ayo, Faiq Darrel Diori, aku mendukungmu. Jangan sampai dia menyukai laki-laki lain dan memilihnya, jangan sampai kalah sebelum berjuang!

"Gila ya?" Faiq menyentaknya. Ali tersenyum sendiri, dan Faiq sdlalu bertanya mengapa dia masih berteman dengannya?

"Cepet duduk, makan. Nanti keburu dingin." Ingat Ayu ketika Faiq terus melempar tatapan anehnya pada Ali.

Namun Vin tidak mengalihkan pandangannya dari makanannya walau mereka berisik. Bahkan saat Ali duduk di dekatnya pun, dia tidak melirik sama sekali.

"Sebelum kita makan, dik." Mereka terdiam, fokus mendengarkan lagu anak yang tiba-tiba terdengar entah dari mana.

"Cuci tanganmu dulu. Menjaga kebersihan, dik, untuk kesehatanmu." nyanyiannya terus berlanjut, seakan mengingatkan mereka untuk mencuci tangan sebelum memulai makan.

"Shit!" Vin mengumpat pelan, curiga bahwa hpnya lah yang mengeluarkan nyanyian aneh.

"Banyak-banyak makan, jangan ada sisa, makan jangan bersua--."

"Plis ganti nada deringnya.." Vin menyapa orang di seberang sana dengan nada nelangsa

"..."

"Ini lagi makan" jawabnya sambil mengaduk ramen di mangkok

Call Me VinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang