Vin kembali menghembuskan napasnya. Pikirannya benar-benar buntu. Dia tak bisa berpikir lebih dari itu. Namun jika dia berhenti, dia pasti akan hancur oleh kakaknya. Tentu saja Vin tidak mau.
Vin bersandar, menatap langit-langit ruangannya yang putih bersih. Beberapa detik setelah itu, dia kembali menatap laptopnya yang masih menyala. Beberapa lembar kertas berserakan di sampingnya.
"Dia bego idiot atau bodoh sih?! Gila kali ya ngelimpahin tugas sebejibun ini? Argh!!" dia berteriak, untuk ke-sekian kalinya.
"Vin. Tugasnya udah selesai belum? Lo tau kan, abang ada jadwal belajar jam 7."
Vin menatap datar laki-laki yang masuk kamarnya. Itu Nic, kakak lelakinya. Dan ini sudah terhitung satu tahun sejak dia memperkenalkan diri sebagai siswa baru. Setahun ini, dia sangat sering menjadi dalang dari nilai sempurna kakaknya.
"Lo denger kan, adek gw yang paling manis sejagat raya??" Nic terkekeh kecil, mengusap rambut adiknya tanpa memedulikan tatapannya.
Vin menyerahkan flashdisk Nic. Memasang klip kertas dan memberikan makalah pada kakaknya.
"Udah selesai. Vin mau pergi, mau main. Jangan hubungin Vin kecuali ada hal yang bener-bener penting dan mendesak."
"Oke. Penting dan mendesak. Thanks sweety, love you so much." Nic mengecup puncak kepala gadis di hadapannya.
"Yeahh..i hate you more, ass." Vin mengibaskan tangannya, gerakan halus untuk mengusir orang bodoh di hadapannya.
Gadis itu keluar dari kamarnya, mengenakan jeans panjang hitam dan hoodie crop warna hitam juga. Dia menuruni tangga dan melihat sekumpulan anak laki-laki yang anggap saja sedang belajar.
"Hei cantik" salah satunya melambaikan tangan, menaik-turunkan alisnya sambil menggoda Vin.
"Halo Kak" dia balas melambai
"Cantik..bukan ku ingin mengganggumu. Tapi apa arti merindu..selalu.. Walau mentari terbit di utara.. Hatiku hanya untukmu.."
Yang menyapanya itu Sid. Ilmana Zidan Vromme. Lain kali aku akan menceritakan asal-usul nama panggilannya.
Yang bernyanyi, Ale. Alex Arnandez Mischa. Playboy kelas teri yang selalu menggodanya.
Lalu, itu namanya Nouval Dominique Aeryc. Dipanggil Opal. Dia baru saja melempar buku ipa setebal 700 halaman ke kepala Ale yang hendak melanjutkan nyanyiannya.
Laki-laki yang meringis itu tadinya memainkan gitar, namanya Mikaela Qenan Sheon. Dia biasa dipanggil Mik.
Lalu yang tertawa memperhatikan teman-temannya adalah Iza, Riza Zack Maxime.
Mereka berlima adalah sahabat dekat Nic. Namun Vin tidak tau bagaimana lelaki most wanted di sekolahnya bisa berteman dengan kakaknya yang 'istimewa' itu.
"Vin..kau kah itu? Mengapa kau terlihat seperti bidadari? Apa tujuh bidadari kayangan memberikan kecantikan mereka kepadamu? Kau kah itu, adikku??" Nic lagi-lagi mengeluarkan jurus lebaynya. Berperan seakan dia adalah orang yang hidup pada masa purba, dengan bahasa baku dan gestur seperti bawahan.
"Yahh..aku emang cantik kok. Silakan terpesona." Vin tertawa keras, menyibakkan rambutnya dan berputar beberapa kali. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Nic dan teman-temannya.
Nic melihat layar hpnya, menyeringai kecil. "Bentar lagi juga pasti balik. Liat aja. Yok, gocengan. Gw bilang dia bakal balik lagi, kurang dari 10 menit."
"Apaan sih bocah banget tau ga? Emang masih jaman gocengan? Goceng beli apa coy? Beli baso aja gacukup" balas Ale sambil melemparkan pensil ke arah Nic
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Vin
Teen Fiction"Kenapa sih bingung gitu? Panggil ya panggil aja, gausah ragu. You can call me Vin, like my family" "Of course i will. But I'll call you Az, and you can call me Panda as you wish" Yap, jarang bahkan tak ada yang memanggilnya Vin, kecuali keluarganya...