Satu

69 14 1
                                    

Ini bagian satunya. Entah mengapa, aku sedikit bingung menggunakan Wattpad. Tak ada yang mengajarkan karena memang aku tak mau. ( Aku mandiri :v ) Jadi, aku coba saja apa yang aku ingin ketahui. Berani mencoba. 

***

Author POV

       Seorang gadis tengah berdiri di lapangan. Ia tak sendiri, tapi ia diam tak berkutik. Pasalnya, hari ini adalah pembukaan acara tahunan sekolah. Masa Orientasi Siswa. Pembukaan berlangsung khidmat, dengan ceramah dan nasihat yang diberikan oleh kepala sekolah. Dan saat ini, mereka dalam penantian bus yang akan mengantar mereka. Gadis bertubuh mungil dengan kacamata. Vira memegang jaket dan buku panduan di tangannya. Ini adalah kali pertamanya menaiki bus setelah kejadian tujuh tahun lalu yang hampir menewaskannya. Trauma itu masih membekas. Ingatan itu tak kunjung luntur oleh terpaan kebahagiaan yang ia dapatkan setelahnya. Detak jantung dengan ritme tak beraturan kini kembali ia rasakan.

       Saat akan menaiki bus, rasa ragu kembali menghantui dirinya. Seolah guntur akan kembali turun jika gadis ini menaikinya. Namun, awan yang lembut meyakinkannya. Saat gadis itu tak berkutik, angin sepoi membawanya masuk tanpa ia sadari. Tak begitu buruk. Ia membuka matanya dan ia dapati masih banyak kursi yang tak berpenghuni. Ia begitu bahagia. Hingga tak terasa ia menduduki kursi yang sudah dimiliki. Namun, dengan tak sadar gadis itu tetap mengoceh panjang lebar dengan teman yang sedari tadi mengekor padanya. Banyak yang tertawa, tapi gadis itu tak merasakannya. Begitu pun degan seorang lelaki yang memangku Vira yang terlihat seperti murid sekolah dasar. Saat bus hendak berangkat, barulah gadis itu sadar bahwa ia tak duduk di kursi yang kosong karena suara batuk dari seseorang di belakangnya. Sontak, gadis kecil itu beranjak dari kursinya. Tawa pun pecah di dalam bus yang ramai oleh siswa baru seperti gadis itu. Karena tak ada lagi pilihan, Vira itu duduk di kursi yang bersebelahan dengan lelaki yang sempat memangkunya tanpa ia sadari.

      Gadis kecil itu merasa tak nyaman. Pasalnya, sedari tadi semua mata menatap kearahnya. Namun, tidak begitu dengan lelaki di sebelahnya. Lelaki ini berkacamata tebal, sama seperti miliknya namun tak serupa. Dengan headphone ditelinganya, lelaki ini tampak sangat menikmati apa yang ia dengar. Vira menutupi kepalanya dengan jaket yang sedari tadi hanya ia pegang. Namun ia masih tak bisa tidur bahkan setelah ia menghitung domba. Secara tiba-tiba, ada yang menyentuh bagian samping kepalanya. Vira telah siap mengeluarkan suara teriakannya yang melengking, namun tertahan karena tak lama setelah itu, terdegar alunan musik di kepalanya. Ia membuka pentup jaketnya dan ia dapati headphone berwarna biru-putih di telinganya. Vira menoleh kearah lelaki disebelahnya dan memasang ekspresi bingung.

" Pake aja biar bisa tidur." Ucap lelaki itu seolah tahu apa yang Vira pikirkan.

" Vira." Ucap Vira sembari menyodorkan tangan dengan wajah yang belum sepenuhnya terlihat.

" Arza." Ucap lelaki bersuara berat itu dengan senyum yang begitu menawan. Sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini. Namun, lelaki itu tak membalas jabat tanga Vira.

      Vira hanya mengangguk dan tersenyum kikuk. Arza, lelaki dengan kacamata berperawakan tinggi, suara berat, dan senyum yang begitu menawan. Pertemuan yang sangat memalukan dan tak akan terlupakan. Gadis ini makin jadi susah tidur sekarang. Bayangan senyum Arza sukses membekas meninggalkan kenangan yang tak akan pernah Vira lupakan. Dan Arza, ia sibuk kembali dengan ponselnya.

" Makin susah tidur ?" Tanya Arza yang tampaknya mulai terganggu dengan tingkah Vira yang sedari tadi terus mencari posisi nyaman untuk terlelap. Vira hanya mengangguk dari dalam jaketnya, terlihat jelas jika gadis mungil itu masih malu untuk menatap wajah Arza.

" Udah biasa. Kalo cewek liat senyum gua, bakalan jadi susah tidur." Kata Arza dengan penuh percaya diri. Vira merasa geli atas apa yang telah ia dengar tadi. Tapi, Arza memang benar. Arza memiliki pesona yang begitu luar biasa hingga membuat para gadis mulai meng-idolakan nya. Entah apa lagi yang akan terjadi setelah ini. Vira gugup memikirkannya.

***

Maafkan aku yang telah meragukan kalian para penulis Wattpad. Aku kira menulis itu mudah. Ya mudah. Tapi tak semudah yang aku kira. Aku harus terus berusaha.  -Ganbatte kudasai

FEAR & PHOBIAWhere stories live. Discover now