Dua

57 11 2
                                    

Author POV

      Mereka telah masuk ke kamar masing-masing. Kamar hotel yang disiapkan panitia tidak begitu buruk. Paling tidak memiliki penyejuk ruangan dan televisi. Vira sempat membayangkan kamar hotel yang begitu mengerikan, dengan lorong yang sangat sepi. Namun, yang ia dapati sekarang adalah sekamar dengan lima orang yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. 

           Vira tak begitu cepat dalam mengingat nama sesorang sehingga ia membuat beberapa panggilan khusus untuk orang yang baru ia kenal. Seperti sebutan 'Cincau' yang ia berikan kepada gadis dengan perawakan mungil sepertinya dan terlihat masih polos. Entah darimana ia mendapatkan nama konyol itu dan untungnya, gadis yang ia ubah namanya tadi tidak keberatan.

        Apel malam, seluruh siswa di haruskan berkumpul di halaman parkir belakang hotel. Tempatnya lumayan terang karena terdapat banyak lampu besar disana. Di belakangnya, tampak bukit yang menjulang cukup tinggi jika dilihat dari bawah. Vira sekarang berteman baik dengan Cincau. Mereka selalu melekat seolah mereka adalah saudara kembar yang baru saja bertemu setelah sekian lama. Vira, dengan jaket yang ia kenakan dan headphone Arza yang melingkar di lehernya, tampak seperti alien jika ia mengenakan penutup kepala di mantelnya.

" Nyaman banget sama tuh headphone." Ungkap Arza ketika apel telah selesai.

" Eh, ni gue balikin. Makasih ya." Ujar Vira sembari menyodorkan headphone putih-biru yang sekerang telah berpindah ke tangannya.

" Pake aja. Gua tahu lo bakalan susah tidur lagi malem ini." Arza membenarkan letak posisi kacamatanya.

" Ge-er deh. Siapa juga yang mau mikirin lo semaleman ?" Balas Vira dengan percaya diri.

" Emang gua bilang kalo lo bakal susah tidur karena mikirin gua ? Ehem. Dipikirin juga nggak apa-apa." Goda Arza.

" Eh." Wajah Vira memerah lagi. Ia menarik Cincau yang tengah asyik menyaksikan pertunjukan yel-yel ke tempat yang jauh dari Arza.

" Kenapa sih ra. Lagi asyik nonton juga." Rutuk Cincau.

" Temenin gue." Pinta Vira dengan wajah memelas.

" Emang gue disini ngapain ? Ya nemenin lo lah." Omel Cincau.

" Tapi lo dari tadi asyik nonton yel-yel." Ujar Vira.

" Lo dari tadi sibuk sama pacar terus sih. Gue kan bosen jadi penangkal nyamuk." Balas Cincau yang saat ini telah berada di depan Vira.

" Pacar yang mana ?" Tanya Vira dengan maksud meminta penjelasan tentang orang yang dimaksudkan oleh Cincau.

" Kek kebanyakan yang naksir lo. Yang cowok kacamata yang minjemin ini lah." Ujarnya sembari menunjuk headphone di leher Vira.

" Halu. Deket aja kagak, gimana mau pacaran." Ucap Vira asal.

" Ciiee ngarep." Ledek Cincau.

" Udah ah, kesel gue." Begitulah akhirnya hingga Vira benar-benar kembali kekamarnya seorang diri.

             Saat ia berusaha tidur, matanya enggan berkolaborasi untuk mengistirahatkan organ-organ yang sedari tadi telah lelah menjalankan fungsinya. Ia teringat dengan Headphone Arza yang sampai sekarang masih ia gunakan kemana-mana. Sengaja ia pakai Headphone itu dengan terbalik agar tidak membuat rambutnya acak-acakan ketika ia bangun. Awalnya ia tak merasakan hal yang aneh. Lama kelamaan ia dapati gas oksigen ber-aroma dengan indra penciumannya. Aroma itu berasal dari sana. Bando headphone yang tepat mengarah ke hidungnya. Gadis cantik itu kembali mengalami hal yang sungguh aneh. Ia merasa memiliki bayangan sesorang di kepalanya ketika ia mencium aroma itu. Hal yang tak jarang terjadi namun juga tak begitu sering ia alami. Keanehan yang terus ia pikirkan hingga tak terasa telah membawanya terlelap ke alam bawah sadar.

...

           Udara segar menyeruak masuk ketika Vira membuka jendela kamarnya. Langsung terlihat pemandangan bukit yang begitu asri di depan matanya. Kabut putih masih menggantung di dua pertiga bagiannya. Sudah begitu lama gadis ini tak menikmati pemandangan seperti ini. Ia bergegas mandi setelah membangukan Cincau yang tampaknya masih mengantuk karena tidur terlalu malam.

             Gadis ini telah siap dengan setelannya. Kaos biru laut dengan celana jeans longgar warna hitam, rambut di kuncir kuda dengan kacamata yang selalu terpampang jelas di wajah manisnya. Vira melirik Headphone putih-biru yang ia pakai semalaman. Gadis ini berniat untuk mengembalikannya. Ia kalungkan ke lehernya dan kembali memasukan beberapa perbekalan seperti makanan ringan, air mineral, minuman isotonik dan beberapa kotak tisu yang mungkin akan di perlukan. 

             Ia melirik jam tangannya. Ia bangunkan kembali Cincau yang tadi sudah bangun, tetapi kembali tidur saat Vira mandi. Gadis ini memang memiliki ke-pribadian yang sangat kontras dengan penampilannya. Dimata semua orang, Cincau adalah gadis yang begitu sempurna. Cantik, senyuman manis, musikus, dan masih banyak kesempurnaan yang begitu kontras dengan kepribadiannya yang selama ini masih belum terbuka. Tapi, Vira menyukai gadis ini. Wait, bukan dalam arti suka bahwa Vira seorang 'pemakan sejenis', tapi Vira menyukainya karena Cincau sangat terbuka padanya. Cincau mempercayai Vira dan itu sudah cukup bagi Vira. Memiliki seseorang yang percaya adalah penyemangat tersendiri dalam menjalani hidup.

"Cincau, bangun neng." Ucap Vira sembari menguncang-guncang tubuh Cincau.

"Masih dingin ah. Males mandi." Ucap Cincau dengan mata yang masih terpejam.

              Vira menggelengkan kepala tak habis pikir dengan kelakuan tuan putri yang tak tampak begitu jika dalam keadaan yang begitu acak-acakan seperti ini. " Bentar lagi apel pagi bakalan mulai, gue duluan ya." Ucap Vira sembari mengecup pipi Cincau.

" Ra', semalem gue mimpiin lo sama cowok lo." Tutur Cincau yang begitu tiba-tiba dan sontak membuat Vira menoleh dan kembali mendekat karena rasa penasaran.

" Emang lo punya cowok ra ?" Ejek Cincau yang bangkit menuju kamar mandi dengan handuk yang di sampirkan di bahu.

" Lo memang generasi muda anti korupsi, jujur banget soalnya." Ucap Vira dengan senyum yang sangat tidak tulus. Cincau tak menyahut, namun terdengar suara nyanyian dari dalam kamar mandi. 'Yah, dia mulai lagi deh' Ucap Vira dalam hati.

...

           Viratelah berada di lapangan saat ini. Lapangan ini belum terlalu ramai, hanyaterdapat beberapa insan yang menyempatkan diri untuk menghirup udara pagi yangbegitu segar ini. Dimana jauh dari polusi udara. 'Lama banget tuh anak.' RutukVira dalam hati. Gadis ber-kacamata ini mulai jenuh dan bosan. Ia duduk danmemainkan ponselnya. Beranda akun Instagram penuh dengan seluruh kejenuhanyang benar-benar hakiki. Tiba-tiba Vira berlari, kembali masuk kedalam hoteldengan terburu-buru padahal apel pagi akan di mulai. Beberapa orang yang dilewatiolehnya menatap dengan pandangan heran. 

***

         Part dua. Sejujurnya, saya lumayan lemah di bagian sudut pandang Author. Pen-deskripsian cerita jadi berbelit dan kadang kurang match sama alurnya. Mohon maaf kalau ada kesalahan penulisan ataupun alur yang dirasa kagak nyambung. Dipersilahkan memberi saran dan kritik membangun. Silahkan bertanya jika tak paham. 

    

FEAR & PHOBIAWhere stories live. Discover now