08
Sean menoleh sekilas begitu melihat Jesslyn menenggak sesuatu dari botol yang ia keluarkan dari tasnya. Yang ia sadari sebagai alkohol.
"Kau bisa mabuk kalau kau meminumnya sekarang." tuturnya memperingatjan. Jesslyn tertawa pelan dengan wajah meringis "Aku terlalu canggung untuk bertemu dengan mereka semua Sean.
Makanya—" ia meneguk alkohol di tangannya untuk yang terakhir "Aku harus meminumnya sebelum bertemu mereka."Sean menggelengkan kepalanya mendengar itu "Bagaimana jika kau mabuk nanti?"
"Aku aman selama bersamamu. Tenanglah." jawaban itu sontak membuat Sean terdiam kaku. Ia merasa aneh, sekaligus hangat. Jesslyn sangat mengandalkannya dan cukup menyenangkan untuk mendengarnya langsung dari bibir ranum wanita itu.
"Bagaimana penampilanku malam ini? Cantik?"
"Ya."
"Benarkah?" tanya Jesslyn lagi dengan wajah memerah dan mata yang mulai memicing mabuk "Aku tidak memakai bra kau tahu? Haha— rasanya nyaman, tapi juga tidak nyaman di saat yang bersamaan."
Sean menghela napas panjang mendengarnya. Mereka bahkan belum tiba pada pestanya, tapi Jesslyn sudah mulai mabuk akibat dua botol kecil alkohol yang ditenggaknya.
Apa yang tadi ia katakan? Tidak memakai bra? Sean menoleh sekilas dan memandangi bagian yang sangat menggoda itu, lalu merutuki dirinya yang mulai tidak waras ini. Kau pasti bercanda Sean. Setelah sekian lama kau tidak tertarik pada wanita, sekarang kau dengan berani melihat bagian itu dalam keadaan sadar
Sean menggelengkan kepalanya samar dan coba untuk mengatur kembali fokus kemudinya.
*
Jesslyn dan Sean melangkah masuk ke dalam sebuah lift yang akan membawa mereka masuk pada hall tempat dimulainya pesta.
Sean memandangi pantulan wanita di sebelahnya yang sedang mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali "Kau baik-baik saja?" Jesslyn tertawa lalu mengangguk "Ini pasti karena alkohol yang kuminum tadi."
*ting
Mereka berdua kembali melangkah keluar dan berjalan menuju pintu begitu pintu lift di hadapan mereka terbuka. Seluruh pelayan yang berbaris di kedua sisi dengan seragam formalnya, langsung membungkuk sopan begitu keduanya melewati karpet merah yang membawa mereka masuk.
"Kau datang Jesslyn." seorang wanita paruh baya dengan gaun peraknya memeluk Jesslyn erat "Tentu Carren, mana mungkin aku melewatkan pesta ini," ia tertawa "Kau pasti tahu kalau aku sangat menyukai pesta kan?"
Carren balas tertawa mendengarnya. Sean terus memasang senyum sopannya begitu banyak orang memeluk Jesslyn juga menyapanya hangat. Beberapa orang pria datang tak lama setelahnya, Sean perkirakan jika usia mereka tidak berbeda dengan dirinya yang hanya berbeda beberapa tahun dengan Jesslyn.
"Senang melihatmu lagi. Kau selalu saja sibuk di negara lain Finns." pria bernama Finns itu langsung tertawa mendengarnya, dengan pandangan yang terus menatap lekat wajah Jesslyn "Aku juga senang bisa melihatmu lagi Jess. Bagaimana kabarmu?"
Sean memandangi pria bernama Finns itu disusul kedua temannya yang terus melirik nakal pada tubuh Jesslyn yang begitu menggoda malam ini.
Tentu saja, jika Sean adalah kekasihnya, ia pasti sudah membakar baju yang dipakai Jesslyn sekarang lalu membelikannya baju lain yang lebih tertutup. Gaun itu terlalu terbuka menurutnya. Apa Jesslyn sengaja memancing tatap-tatap itu untuknya? Mata coklat Sean mulai berkobar kesal dalam ketenangan.
Sean merasa aneh, dadanya berdebar tidak nyaman melihat tatap-tatap nakal yang dengan berani menyusuri lekukan tubuh Jesslyn yang sangat aduhai. Dengan impulsif, ia melingkarkan tangannya pada pinggang wanita di sebelahnya.
Jesslyn sempat berjengit singkat begitu punggungnya merasakan sentuhan tangan yang begitu posesif melingkari pinggangnya erat. Ia menoleh pada Sean dengan senyum samar yang makin mengembang begitu melihat wajah pria itu menegang dengan tatap tajam yang selalu membuatnya merasa aman.
Melihat pemandangan itu, Finns langsung tersenyum kikuk. Dengan cepat ia berpamitan dan berlalu pergi dari situ. Sean balas mengangguk dengan senyum puas setelahnya
Rasakan itu.
"Aku mau duduk." Sean mengangguk pelan. Mereka berdua berjalan menuju meja bar yang ada di pinggir ruangan dan memutuskan untuk memesan minum sementara Jesslyn menyapa rekan-rekan bisnisnya yang lain.
Tatap-tatap mata lapar yang diberikan oleh hampir seluruh pria yang melihat Jesslyn, nyaris saja menyulut emosi seorang Sean jika saja kesadarannya terganggu. Dan untuk itulah ia menolak berbagai macam minuman beralkohol yang diberikan oleh Jesslyn.
"Kau tidak mau ?" Sean menggeleng. Jesslyn mengangguk lalu dengan cepat menenggak habis minuman itu dan meletakkan gelasnya di atas meja. Wajahnya yang memerah dengan pandangan sayunya menghadirkan desiran panas pada dada Sean yang dengan intens melihat itu, apalagi kini sebelah tangan Jesslyn berada di atas pahanya.
Pikirannya yang mulai berimajinasi langsung ditarik kembali oleh ponselnya yang bergetar tanda ada pesan yang masuk. Ia berdecak pelan lalu membaca pesan itu.
"Jesslyn,"
"Apa?" Sean memasukkan ponselnya lagi ke dalam saku jas "Aku harus turun sebentar, kau tunggullah disini." Jesslyn mengangguk samar. Ia mengambil sebuah manisan lalu mengunyahnya pelan.
Sean mengawasi sekitarnya lagi dengan perasaan tidak nyaman, tatap-tatap lapar itu rasanya makin buas jika diperhatikan. Kalau bukan karena sebuah laporan penting yang diterimanya, mungkin ia akan tetap disini dan menjaga Jesslyn dari pria berhidung belang yang berani menatap wanitanya nakal.
Wanitanya? Padahal aku tidak sedang mabuk, tapi aku mulai melantur. Sean menghela napas pelan, berada di sebelah Jesslyn membuatnya merasa berbeda. Seolah wanita itu memancing naluri kelaki-lakiannya untuk lebih berani bertindak dibanding sebelumnya.
"Jangan kemana-mana." pesannya sebelum melangkah pergi.
Jesslyn melambaikan tangannya dengan senyum samar begitu Sean berlalu dari pandangannya. Sebelah tangannya mengambil gelas yang sudah terisi.
"Hei."
"Apa?" Jesslyn memicingkan matanya begitu seorang pria tampan duduk di hadapannya dengan tatapan—yang tidak terbaca.
"Boleh aku menemanimu ?" tanyanya yang langsung dibalas anggukan "Terserah padamu." dengan acuh Jesslyn kembali meneguk minumannya. Pria itu tersenyum samar sembari mulai memuaskan matanya dengan memandangi tubuh indah wanita di hadapannya "Pria itu, kekasihmu ?"
TBC[Update lebih awal untuk menemani pagi kalian. Selamat sahur dan selamat tidur! Love ya ]
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PROTECTIVE BODYGUARD
Roman d'amour(18+) FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Tugasku adalah melindungimu Jesslyn. Tidak peduli jika itu akan membunuhku." Vynsean Martell. Adalah pria biasa yang tidak sengaja menyelamatkan seorang wanita yang tengah dimata-matai oleh banyak orang. Nalurinya...