33. I'll Found Her

1.2K 112 13
                                    

HOLA! Absen dulu yang udah baca sampai sini! Kayaknya cerita ini bakalan jadi romance dengan part terbanyak yang kubuat deh hehe. Siap-siap mendapat banyak kejutan aja deh dari aku.

HAPPY READING AND ENJOY 🌞

*

33

Brad menoleh sekilas pada langit mendung yang berada di atas sana. Nampak kelabu dengan gumpalan awan gelap yang berarak. Hawa dinginnya yang berhembus seolah menambah kepekatan suasana mencekam yang menyelimuti tempat ini. Lalu ia kembali mengalihkan pandangannya pada pria kepala mafia yang juga adalah atasan utamanya. Tengah berdiam diri sambil membaca semua laporan yang telah ia berikan. Brad memandanginya sekilas sebelum kembali menundukkan pandangannya gusar. Bahkan dalam keterdiaman seperti ini saja, ia seperti bisa merasakan kulit wajahnya tercabik-cabik oleh aura membunuh Fred yang makin menguat setelah insiden kepergian Jesslyn itu.

Pun Pedro, Sean, dan seluruh anak buah tingkat satu yang berkumpul di ruangan besar ini. Tidak ada yang berani membuka mulut atau mengangkat wajah sementara Fred terus membaca ratusan lembar di hadapannya sejak satu jam lalu. Menganalisis berbagai kode, data, gambar, atau apapun yang ia minta untuk mencari keberadaan Jesslyn, putri semata wayangnya. Brad akui, Fred cukup ceroboh pada titik ini. Atasannya yang selalu berpikir teliti dan mendalam mengenai apapun itu seperti tidak pernah bertemu dengan yang namanya kegagalan apalagi kecerobohan. Pun ruang rahasianya yang selama berpuluh-puluh tahun berhasil dirahasiakan, dibangun di atas kecermatan Fred yang ternyata tetap memiliki celah. Celah yang membuat anak semata wayangnya melarikan diri dari rumah dengan dendam dan kebencian pekat yang menguar.

Brad sendiri sempat tidak mempercayai penuturan Fred yang sedang murka mengenai masalah ini. Kejadian ini tidak pernah terkirakan sebelumnya meski Fred sempat beberapa kali membahasnya dengan dirinya. Dan saat rencana itu belum ditemukan, semua sudah lebih dulu terjadi. Dalam skala besar dan ranah yang terlalu jauh menurut Fred. Ya! Jesslyn sudah mengetahui semuanya sekarang.

"Payah." desisan geram Fred membuat beberapa anak buahnya menenggak saliva dengan tubuh bergetar. Menahan aura membunuh itu agar tidak membunuh jiwa mereka perlahan-lahan. Sebelah tangan Fred menutup laporan di hadapannya kasar dan melemparkannya kembali pada Brad. Pria muda bertubuh kekar itu sampai sedikit kelimpungan saat menangkapnya.

BRAK!

"PAYAH! BODOH SEKALI, BODOH!" gebrakan meja yang lebih keras terdengar setelahnya. Fred membalikkan kursinya dan menangkup wajahnya marah. Wajah kakunya kian mengencang saat ia kembali memikirkan betapa pintarnya Jesslyn yang menghapus semua jejaknya agar tidak dapat terlacak oleh dirinya. Anak itu— Fred menghela napas keras, ia harusnya sadar jika Jesslyn adalah anak yang sangat cerdas. Dengan kemampuan diatas rata-rata yang dapat memahami sesuatu dengan cepat. Termasuk bagaimana cara kerjanya mencari seluruh tawanan sialan itu dalam waktu singkat. Harusnya Fred sadar mengenai itu! Jesslyn bukan wanita bodoh dan dia sudah mengetahui seluruh jalan kerjanya setiap hari.

Bagaimana ini? Fred memejamkan matanya untuk memutar kembali pikirannya. Pasti ada celah-celah tidak terduga yang dibiarkan terbuka oleh Jesslyn. Ya! Anaknya itu memang cerdas, namun ia juga ceroboh. Dan Fred pasti akan menemukan sedikit kecerobohan Jesslyn untuk membawa ia kembali padanya. Tidak, Fred akan menjemput Jesslyn langsung dan membawanya kembali kesini. Ia membalikkan tubuhnya bersamaan dengan mata kelabu bengisnya yang kembali terbuka.

"Tetap cari Jesslyn, dan dapatkan anak itu sesegera mungkin." perintahnya yang langsung dibalas anggukan dalam oleh seluruhnya. Fred mengangkat tangannya, mengusir pria-pria raksasa yang berkumpul di ruangannya. Terkecuali Sean, "Aku ingin bicara denganmu Sean."

Sean mengangguk. Memajukan langkahnya untuk mendekat pada meja besar Fred. Sekaligus mendekatkan dirinya pada kegelapan pekat serta aura membunuh pria di hadapannya, "Ya, Tuan."

Fred menghela napasnya sejenak sebelum kembali mendongak menatap mata gelap di hadapannya, "Bagaimana kau bisa menjelaskan semua ini padaku Sean? Aku sudah menaruh kepercayaan yang sangat besar padamu."

*

Ribuan kilometer darisitu, seorang wanita berambut hitam legam lurus dengan kacamata hitam yang menutupi separuh wajahnya, lengkap dengan mantel panjang, dan boots gelapnya nampak melangkahkan kakinya masuk ke sebuah kedai kopi. Mengurai senyum datar saat sang pelayan menyapanya hangat.

Mata kelabunya memicing sejenak saat membaca beberapa menu yang disediakan di hadapannya sementara sang pelayan mengambil gelas di dekatnya dan sebuah spidol untuk menulis nama dari si pemesan.

"Maaf, siapa nama anda?" wanita di hadapannya kembali mengangkat kepalanya mendengar itu.

"Vyanna Chamberlain."

TBC

[VYANNA bukanlah tokoh baru HEHE. tebak aja siapa dia :) . Btw, Makasih banyak ya yang mau baca cerita panjang ini :( seneng deh aku
:( makasih bangetttttt! ily semua]

MY PROTECTIVE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang