22
Beberapa hari telah berlalu dengan cepat sejak kejadian penembakan itu terjadi. Dan disinilah Jesslyn berada. Bersandar pada bantalnya dengan banyaknya jarum suntik yang memenuhi sebelah tangannya. Entah sudah yang ke berapa kali ruangan yang ditempatinya ini mendengar dengusan bosannya atau gerutuan kesalnya karena ayahnya tidak mengijinkannya untuk meninggalkan ruangan.
Jesslyn menghela napas panjang. Pikirannya selalu tertuju pada Sean sejak kesadaran telah ia raih sepenuhnya. Membayangkan dengan ngeri bagaimana pria itu dengan cepat mendorong tubuhnya dan melindungi dirinya dari tembakan beruntun yang sangat mengerikan itu.
Karena tidak tahan lagi, Jesslyn segera melangkah turun dari kasurnya sambil menyeret tiang infusnya menuju pintu. Langkahnya terseok-seok akibat tubuhnya yang sepertinya belum siap untuk diajak berkegiatan tanpa pemanasan seperti ini.
Brad terperanjat kaget melihat Jesslyn membuka pintu ruangannya dengan wajah pucat yang masih tergambar jelas pada wajahnya.
"Nona Lynnford, apa yang anda—"
"Aku mau menemui Sean." potongnya cepat.
"Maaf Nona, Tuan Fred sudah memerintahkanku untuk—"
"Dimana Sean berada?" seluruh pengawal yang mendengarnya hanya terdiam membisu. Berusaha untuk menahan jawaban yang sudah menggantung pada ujung bibir mereka.
"Katakan!"
Brad menghela napas panjang, sikap keras kepala Fred bahkan menurun pada putri tunggalnya yang kini terus memaksa seluruh pengawalnya untuk memberitahu dimana kamar Sean berada. Dengan tatap mengancam dan wajah galaknya.
Desahan kasar kembali keluar dari bibir Jesslyn "Jika kalian tidak mau memberitahukannya padaku, aku akan menanyakannya langsung pada suster di bawah."
"Nona, jangan!" seru seluruhnya dengan sangat menggelegar. Jesslyn bahkan belum berpindah satu langkah pun tapi semuanya sudah kalang kabut melihatnya.
"Nona Lynnford, saya mohon. Kembali ke ruangan anda." pinta Brad tegas seraya iris mata birunya memberikam sorot menusuk yang tidak membuat Jesslyn gentar sedikitpun "Tidak mau."
"Tapi—"
"Kau mau antarkan aku, atau aku harus mencarinya sendirian?" Brad tergagap, tidak ada pilihan yang ingin diiyakannya. Namun ia tahu, sekeras apapun ia memaksa Jesslyn untuk kembali ke kamarnya, wanita itu tdak akan goyah sebelum permintaannya dituruti.
Benar-benar keturunan seorang Kynefred Lynnford sejati.
"Baik Nona. Saya akan antarkan, tapi jangan terlalu lama."
Jesslyn mengangguk menang mendengarnya "Baiklah, ayo."
*
Sean sedang memejamkan matanya menahan seluruh tubuh kirinya yang berdenyut parah sejak semalam, hingga ia tak menyadari kedatangan seorang wanita yang kini sudah duduk di tepi kasurnya dengan air mata yang mengalir deras.
"Sean—"
Sean masih memejamkan matanya dengan lemah. Tapi ia mendengar suara Jesslyn barusan. Ia mendengus dalam hatinya. Sejak hari itu, Jesslyn selalu hadir dalam mimpinta juga pikirannya yang melayang meski dokter selalu mengatakan bahwa wanita itu sudah dalam keadaan baik.
"Sean, maafkan aku."
Baiklah, sepertinya ia benar-benar merindukan Jesslyn sekarang. Suara itu terdengar sangat nyata dan dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PROTECTIVE BODYGUARD
Romansa(18+) FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Tugasku adalah melindungimu Jesslyn. Tidak peduli jika itu akan membunuhku." Vynsean Martell. Adalah pria biasa yang tidak sengaja menyelamatkan seorang wanita yang tengah dimata-matai oleh banyak orang. Nalurinya...