19
"Kau sudah bangun?"
Jesslyn mengerjap-ngerjapkan matanya sesaat lalu menoleh pada asal suara itu. Dadanya berdesir hangat kala aroma maskulin menyapu penciumannya, ia menggulir matanya pada Sean yang sedang menyiapkan banyak senjata di atas meja. Padahal pria itu hanya mengenakan kaus hitam polos dan jins seperti biasa, namun entah mengapa kesederhaan itu sangat menarik untuk diperhatikan.
"Pergilah bersiap-siap," Sean meletakkan pistol di tangannya lalu berjalan ke tepi kasur. Memandangi wajah Jesslyn yang terlihat sangat natural saat baru saja bangun. Menatap lekat pemandangan indah di hadapannya dengan debaran hangat yang mulai bisa diterimanya.
"Jangan pandangi aku." Jesslyn dapat merasakan wajahnya merona ditatapi intens seperti itu. Ia pun menutup wajahnya dengan kedua tangan yang langsung diurai oleh Sean pelan, "Kau lupa kalau semalam kita tidur bersama? Aku bahkan semalaman melihat wajahmu tanpa henti."
Debar gugup pada dada Jesslyn seakan tidak dapat dihentikan lagi. Namun karena gengsinya, ia menatap pria di dekatnya itu angkuh. Meski dengan rona di kedua pipinya yang menyembul lucu, "Aku pasti terlalu cantik hingga kau terpesona padaku." katanya menyombongkan diri.
"Kau benar, aku terpesona padamu." balas Sean tenang, Jesslyn mengerutkan dahinya curiga "Benarkah?" tanyanya yang langsung dibalas gelengan "Aku berbohong."
"Apa?!" Sean tertawa pelan lalu beranjak dari tempatnya "Segeralah bersiap Jesslyn. Aku akan menunggumu."
Setelah Sean melenggang pergi, senyum lebar pada wajah Jesslyn langsung muncul dengan lebarnya. Ia memegangi dadanya yang berdebar sangat cepat dengan wajah memerah. Belum pernah ia merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya, seolah seluruh darahnya membawakan jutaan sel keceriaan pada kepalanya dan membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum.
Tapi ia akan menyembunyikan senyum itu saat bertemu Sean atau kapanpun mereka bersama.
Seperti saat mereka kembali duduk bersebelahan sekarang. Jesslyn lebih memilih untuk berfokus pada laporan di tangannya daripada harus mengangkat wajahnya dan terdiam gugup. Ia bahkan merutuki dirinya berlebihan berkali-kali karena nyatanya Sean tetap bersikap bisa saja padanya. Meski tidak lagi terlalu dingin dan kaku seperti dulu tentunya.
"Ayah akan datang besok pagi Sean."
Sean menoleh sekilas lalu mengangguk.
"Bagaimana jika kita pergi membeli sesuatu sebelum kembali?"
"Tentu." Jesslyn menoleh dan memandangi pria di sebelahnya lembut. Sebuah tatapan yang lama sekali tidak ditunjukkannya. Cukup lama hingga Sean membalas tatapan itu dengan bingung "Ada apa?" tanyanya.
Jesslyn menggeleng, ia sendiri juga tidak tahu mengapa matanya menatap pengawal pribadinya itu begitu lembut.
"Kau sakit?"
"Tidak Sean, aku baik-baik saja." Jesslyn menghela napas pelan lalu memperbaiki posisi duduknya lagi. Sejujurnya ia teringat pada Daniel saat ini meski ia selalu berusaha menepisnya. Tapi bayangan kenangan itu seolah terus berputar di kepalanya. Meski pandangannya tetap lurus ke depan sambil fokus mengemudi, Sean tidak bisa berhenti memikirkan pikiran apa yang memenuhi wanita di sebelahnya. Matanya terus melirik tanpa henti, memastikan keadaan Jesslyn agar tetap baik-baik saja.
*
Jesslyn mengitarkan pandangannya pada banyaknya penjaja makanan ringan yang berjualan di sepanjang trotoar. Ia baru hendak melangkahkan kakinya, dengan cepat Sean menggenggam tangannya erat. Membuat kedua pandang mereka kembali bertemu.
"Aku tidak mau kehilanganmu lagi."
Wajah Jesslyn memanas mendengar itu. Sean takut kehilangannya?
Melihat tatap mata dengan arti lain yang menatapnya, membuat Sean mengurai senyum samarnya "Kau sering hilang di tengah kerumunan jika kita berjalan berjauhan."
Ah, karena itu. Jesslyn langsung memalingkan wajahnya malu. Ia pikir Sean tidak mau kehilangannya meski
apa yang dikatakan Sean memang benar. Toh pria itu adalah pengawal pribadinya dan sudah sepantasnya pria itu melindunginya dengan cara apapun.
Jesslyn merutuki perasaannya yang berlebihan ini.
Mereka berdua mulai berjalan di sepanjang trotoar bersama. Membeli berbagai macam makanan ringan dan menghabiskan banyak waktu bersama meskipun sebenarnya Sean tidak terlalu banyak bicara.
Pria itu tetap sibuk pada pekerjaannya dan menanggapi apa yang dikatan Jesslyn seperlunya. Berdiri di dekatnya sambil menunggu wanita itu membeli banyak hal.
Jesslyn baru saja menyuapkan sebuah churros ke dalam mulutnya, lalu tiba-tiba saja ia tersedak dengan kerasnya. Sean menoleh kaget dan langsung memegangi kedua lengan Jesslyn khawatir "Ada apa? Kau baik-baik saja?"
Sean mengambil sebotol air mineral dan membukakannya untuk Jesslyn. Memandang khawatir wanita di hadapannya dengan wajah tegang. Ia tentu sudah memeriksa churros yang mereka beli, lalu tiba-tiba Jesslyn tersedak kencang pada suapan pertamanya.
Tidak, ia pasti tidak salah memeriksanya.
Jesslyn baru saja hendak membuka mulutnya dan tiba-tiba Sean sudah menariknya cepat ke dalam mobil.
"Apa yang kau rasakan? Bagaimana rasanya?" cecar Sean langsung.
"Aku hanya tersedak dengan gulanya Sean, tenanglah." jawab Jesslyn menahan tawanya. Ia benar tentang asumsinya bahwa Sean terkadang begitu berlebihan dengan keadaannya. Tapi itulah yang membuat ia menyukainya.
"Benarkah? Jangan berbohong padaku." Jesslyn tertawa pelan "Lagipula kau sudah memeriksanya bukan ?"
Sean masih terdiam dengan wajah tertekannya yang masih saja menunjukkan kekhawatiran. Ia memang sudah memeriksanya tadi, tapi tetap saja ketakutan itu—
"Sudahlah Sean, aku baik-baik saja." kata Jesslyn menenangkan seraya mengusap pelan wajah pria di hadapannya. Yang rupanya menimbulkan sensasi aneh pada tubuhnya yang langsung menggelenyar hebat.
Begitupun dengan Sean yang tiba-tiba membeku karena sentuhan itu. Ia menyingkirkan tangan itu cepat dan mengalihkan pandangannya, karena jika tidak, ia takut tubuhnya akan bereaksi aneh dan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
"Kau adalah tanggung jawabku Jesslyn, jadi aku harus memastikanmu selalu dalam keadaan baik."
Jesslyn memberikan anggukannya menyetujui perkataan itu. Melihat Sean yang tiba-tiba salah tingkah di hadapannya adalah pemandangan lucu tersendiri di matanya.
Apa pria itu tidak pernah bersentuhan dengan wanita? Jesslyn tertawa geli dalam hatinya. Tentunya bukan seorang pria yang menghabiskan banyak waktu dengan wanita, karena jika ya, Sean pasti akan membalasnya lebih dan bukannya menegang seperti itu.
"Kita pulang?"
Jesslyn mengangguk "Ayo pulang."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PROTECTIVE BODYGUARD
Romansa(18+) FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Tugasku adalah melindungimu Jesslyn. Tidak peduli jika itu akan membunuhku." Vynsean Martell. Adalah pria biasa yang tidak sengaja menyelamatkan seorang wanita yang tengah dimata-matai oleh banyak orang. Nalurinya...