Janji-Aku Milikmu
Bagian 3 Curiga
#kebiasaan setelah ketik langsung publish tanpa editing ulang. Mohon dimaklumi yaa#
.
.
Sakura mengernyit saat merasakan cahaya menembus kelopak matanya. Sudah satu jam lamanya ia tak sadarkan diri. Netranya menangkap sosok lelaki berambut hitam panjang yang dikuncir rendah."Itachi." sahutnya lemah.
"Bagaimana perasaanmu?" lelaki itu mengusap peluh di dahi Sakura dengan ujung ibu jarinya.
"Apa yang terjadi?" Sakura menatap sekeliling dan mendapatkan dirinya tengah tertidur di dalam kamar apartemen Itachi.
"Ada apa denganmu? Kau datang kesini satu jam yang lalu saat aku tak di apartemen, dan aku mendapatkan telepon dari Ayamee kalau kau pingsan. Jangan terlalu capek, sayang."
Sakura bangkit dan memeluk sang kekasih. Perasaan lega bercampur jadi satu tatkala apa yang tengah ia khawatirkan tak terjadi pada Itachi.
"Ada apa?" tanya Itachi mendapat gelagat aneh dari kekasihnya.
"Katakan padaku, bahwa kau tak bermain dibelakangku, Ita-kun."
"Kau bicara apa? Kau tak bermaksud menuduhku macam-macam, bukan?"
"Ada hal yang mengganjal di hatiku. Aku rasa itu karena aku terlalu cemas. Pernikahan kita tinggal dua bulan lagi, dan pekerjaanmu tak ada habisnya. Kau tahu kan, bagaimana perasaanku?"
Itachi menghela nafas. Mengusap pucuk kepala Sakura lalu beranjak meninggalkan kamar. Ketika sampai diseberang pintu, diapun menoleh.
"Mau makan malam bareng? Aku akan memasak untukmu."
*
*
*Itachi mengurut pelipisnya, pekerjaan kantor hari ini benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Ditambah lagi dengan kedatangan wanita yang setengah jam lalu telah meninggalkan kantornya. Sejenak pikirannya beralih pada Sakura. Mampukah ia berkata jujur pada gadis itu?
Sakura mengaduk-aduk lemon tea dihadapannya tanpa berniat meminumnya. Ino mendengus keras melihat kelakuan sahabat pink nya itu.
"Kalau rindu, datang saja. Pernikahan kalian tinggal menghitung hari, Saki. Tenanglah, dan jangan khawatirkan apapun yang belum terjadi."
"Entah kenapa perasaanku tak karuan, Pig! Apa aku terlalu berlebihan? Kau tau, Itachi adalah sosok lelaki pujaan seluruh wanita. Sebelum denganku, dia pasti telah berkencan dengan banyak gadis,kan? Aku sedikit... Ragu!"
"Percaya apa kata hatimu, Jidat. Kau beruntung sekali dia langsung melamarmu. Kau lihat aku? Wanita barbie ini begitu merindukan belaian seorang pria. Namun malang banget nasibku." Ino memasang tampang seolah sedang teraniaya.
"Akhir-akhir ini aku sering mendapati dia menerima telepon secara diam-diam saat bersamaku, Pig. Gimana aku ga merasa curiga?" ucap Sakura kesal.
"Baiklah. Nanti malam mau aku temani minum?? Melepas beban pikiranmu sejenak."
"Kau benar-benar melupakan siapa aku, Ino!"
"Hahaha... aku bercanda, sayang. Mau shoping?"
Sakura mengembangkan senyumnya. Sejak ia divonis dokter mengidap tumor, dia telah berhenti mengkonsumsi makanan maupun minuman yang memicu penyakitnya kambuh. Meskipun menurutnya makanan sehat itu tak enak, perlahan ia mulai bisa belajar hidup sehat.
Ino memarkirkan mobilnya di basement mall Konoha, di pusat kota Tokyo. Kaki jenjangnya terbalut hills kuning dengan mini dress dusty. Sangat feminim dibandingkan dengan Sakura yang hanya memakai celana 7/8 dengan angleboots coklatnya. Sakura bukanlah tipe feminin seperti Ino, tetapi dia cukup manis untuk ukuran seorang wanita yang jarang sekali memakai make up tebal.
Kegilaan wanita dimulai ketika bazar awal bulan digelar. Diskon dimana-mana. Mereka asyik memilih dari satu tempat ke tempat lain, sampai tak menyadari kehadiran seorang lelaki yang tengah menggandeng seorang gadis dengan surai hitam sepinggang yang diikal dibagian bawahnya, dan gadis itu tengah bergelayut manja di lengan sang lelaki.
Ino menangkap sosok pasangan tersebut. Untuk sesaat ia tercekat. Melirik Sakura yang tanpa terusik masih memilih baju diskonan. Sebagian hatinya ingin memberitahukan hal tersebut pada Sakura. Namun sebagian lain menolaknya, mengingat kondisi Sakura yang masih belum pulih pasca operasi.
"Jidat, aku pergi ke toilet sebentar yaa?" Ino bertanya tanpa membuat Sakura curiga. Sakura hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Tanpa sepengetahuan Sakura, Ino diam-diam mengikuti Itachi yang tengah bergandengan tangan dengan seseorang yang tak ia kenal. 'Sialan' Ino mengumpat keras dalam hatinya.
Ino menghadang Itachi dan wanita yang bersamanya ketika mereka akan memasuki mobil.
Plak!!!
Satu tamparan mendarat di pipinya."Brengsek. Dasar bajingan. Berani sekali kau melamar sahabatku, sedangkan dibelakangnya kelakuan mu sebusuk ini." Ino meluapkan amarahnya.
"Dan kau, cewek murahan mana yang berani menggoda calon suami orang, ha!" Ino mengacungkan telunjuknya tepat didepan hidung wanita itu.
"Singkirkan telunjukmu dan jaga bicaramu, sialan!"
"Jaga tatakrama mu, wanita murahan."
"Ino, kumohon pergilah," ucap Itachi. Wajahnya terlihat pucat dan lemas. Sesaat ia berfikir kalau Itachi sedang mabuk. Tapi mustahil ia mabuk di siang bolong dan mana mungkin dipusat perbelanjaan Konoha ada tempat buat minum.
Itachi duduk di bangku penumpang sedangkan wanita yang bersamanya menabrak bahu Ino, memasuki mobil dan melajukan mobilnya keluar area parkir mall tersebut. Meninggalkan Ino dalam sebuah dilema.
Ddrrrtttt ddrrttt
Getaran ponselnya menyadarkan Ino. Tekadnya sudah bulat. Ia harus memberi tahukan yang sebenarnya pada Sakura. Tak peduli apa reaksi sahabatnya itu, karena Sakura akan lebih menyesal lagi kalau tahu kelakuan Itachi dibelakangnya setelah menikah.
Ino menghampiri Sakura yang sedang menunggunya di food court.
"Aku sudah pesankan untukmu. Kau dari toilet di Negara mana?" Sakura bertanya sembari sibuk mengotak-atik ponselnya, sesaat lalu mendecak untuk beberapa kali.
"Berhenti mendecakkan bibirmu, Jidat," tegur Ino yang mulai bosan.
"Ingin ku jual saja ponselnya."
"Siapa? Itachi?" tanya Ino asal.
"Chat ku dari tadi pagi tidak dibaca, nomornya juga tidak aktif. Aku khawatir terjadi sesuatu pada dia."
"Tak usah khawatirkan dia, Jidat. Pikirkan kesehatanmu saja, dan kenapa kau memesan ramen ekstra seperti itu?" Ino mendelik tatkala pesanan mereka telah tiba, sedangkan Sakura hanya tersenyum menunjukkan deretan giginya.
"Sekali ini saja yaa... Entah kenapa aku merindukan Naruto, jadi aku memesan Ramen." Ino menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu.
Keputusannya untuk memberitahukan perihal Itachi dengan wanita berambut hitam tadi urung seketika. Ia tak ingin membuat kondisi Sakura semakin down. Biarlah, untuk sementara ia yang menyimpan rahasia itu sendirian...TBC... or END....
cuap-cuap author GaJe 😅😅😅
Oke, teman-teman... Maafkan aku yang updetenya telaaaaattttt buangeett yaa... Huhuhu *digebukin readers* selama puasa aku sibuk banget dengan job ini itu, sampai lebaran juga keluyuran kesana kemari,, dan setelah semuanya kelar, aku mencoba menulis satu paragraf, esoknya anakku sakit, jadi aku Hiatus... Namun akhirnya aku kembali... Yeaaayyy... *ga ada yang nanya yak* 😥😥😥
oke vote dan komentarnya yaa untuk kelangsungan fanfic ini... Dan untuk updete KETIKA CINTA MENYAPA, kapan yaa?? Aku belum nulis yang itu dulu, cz bla bla bla bla (kebanyakan alesan) hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI - Aku Milik Mu
FanfictionWARNING !!! KONTEN DEWASA,, sebagian chap rencananya mau di privat... Itachi Uchiha memutuskan untuk mempersunting Sakura Haruno. Seorang gadis yang telah lama mengisi hari-harinya. Ternyata kehidupan rumah tangga tak semanis yang selama ini ia tahu...