Sasuke memasuki kamar Itachi dan menutup pintu sedikit keras menyebabkan Itachi yang tengah berbaring berjengkit kaget.
"Kau mau membunuh kakakmu?"
"Baguslah, seandainya kau mati Sakura tak akan repot menikahimu." Sasuke merebahkan diri diatas kasur disebelah Itachi.
Itachi duduk menghadap kearah Sasuke yang tengah memejamkan matanya.
"Apa maksudmu? Kau menyumpahi kakak mu yang tampan ini?"
Sasuke memiringkan tubuhnya menghadap Itachi. Satu tangannya ia jadikan tumpuan kepala.
"Kau itu. Maksudmu apa tak menghiraukan Sakura."
"Kenapa kau jadi cerewet?" tak mengiraukan gerutuan adik lelakinya, ia sibuk memainkan ponsel. Mengecek beberapa email yang masuk.
Sasuke menghembuskan napasnya kasar. Dua jam lalu ia bertemu Sakura yang sedang melamun di taman. Meskipun tak begitu jelas, ia tahu Sakura sempat menangis.
"Lebih baik kau akhiri saja, aniki. Kau sama sekali tak membuatnya bahagia dengan bersikap seperti sekarang."
Itachi merebahkan tubuhnya kembali. Mengingat- ingat kejadian beberapa hari terakhir. Ia memang tak terlalu memperhatikan Sakura. Pikirannya tengah kalut oleh beberapa urusan. Pernikahan yang seminggu lagi akan digelarpun terbengkalai begitu saja. Untunglah ada Sasuke yang menghandle semuanya.
"Hari ini aku melihatnya menangis di taman. Kau tahu, terakhir kali aku melihatnya begitu aku ingin sekali memecahkan kepala si bedebah itu, dan sekarang kakak ku yang bodoh ini melakukan hal yang sama." Sasuke mendecih.
Itachi membulatkan matanya. Jantungnya berdegup kencang. Perasaan bersalah menyelimuti hatinya.
"Aniki....". belum sempat Sasuke melanjutkan kalimatnya, Itachi sudah meninggalkan kamarnya.
.
.
.
.
Ting tong ting tong ting tong
Sosok wanita paruh baya menyambut Itachi tatkala pintu terbuka.
"Kau bisa merusakkan bel rumah ini, Nak."
"Ibu, Sakura ada?"
"Dia pergi dari tadi pagi. Coba kamu kerumah Ino, Nak." Mebuki menjawab dengan sedikit nada khawatir di kalimat nya.
Itachi melajukan mobil nya membelah jalanan Konoha yang lumayan ramai di akhir pekan. Berkali-kali ia mencoba menghubungi nomor telepon Sakura tapi tak ada jawaban. Beralih mencari kontak Ino lalu memencet tombol memanggil, gadis pirang itupun tidak merespon apa-apa karena si empunya ponsel sedang tidur nyenyak di dalam dekapan Sai.
Lima menit berlalu sejak ia tiba di depan pintu apartment Ino. Memencet bel seolah ingin mendobrak pintu tersebut. Seorang lelaki keluar hanya dengan mengenakan kaos putih polos dan celana boxer.
"Maaf?" tanya Sai sembari mengucek matanya.
"Sakura ada?" tanya Itachi tanpa basa-basi.
"Tapi ini apartment Ino. Bukan Sakura."
Setelah basa-basi di depan pintu, dan mendapati bahwa Sakura tidak ada di tempat Ino, ia pun kembali ke mobil dan menembus jalanan Konoha. Terbesit satu tempat yang mungkin saja akan dikunjugi Sakura, karena terakhir kali gadis itu bilang kalau ia sedang suka berada di gunung.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI - Aku Milik Mu
FanfictionWARNING !!! KONTEN DEWASA,, sebagian chap rencananya mau di privat... Itachi Uchiha memutuskan untuk mempersunting Sakura Haruno. Seorang gadis yang telah lama mengisi hari-harinya. Ternyata kehidupan rumah tangga tak semanis yang selama ini ia tahu...