Harga Diri

290 41 6
                                    

Siang itu tidak seperti hari biasanya. Itachi yang biasanya sibuk tiba-tiba menghubungi Sakura untuk acara makan siang. Gadis itu naik taksi menuju restoran dekat kantor Itachi. Menolak ketika suaminya hendak mengirimkan supir pribadi.

Sakura mengaplikasikan lipstik merah muda, menambah kesan natural pada riasannya. Hari ini dia mengenakan dress silver dengan stoking hitam dan dibalut coat coklat. Udara Kyoto sudah semakin dingin di penghujung musim gugur.

"Perfect," Sakura memasukkan dua tiket bioskop kedalam tas nya. Gadis itu berencana mengajak Itachi nonton film setelah jam kerja selesai. Sakura bisa menunggu Itachi di ruang kerja nya usai makan siang. Toh seluruh karyawannya sudah tahu kalau CEO mereka bukanlah pria lajang.

.

.

.

"Sudah menunggu lama?" sapa Itachi. Pria itu duduk di hadapan Sakura. Sakura mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan suaminya, "setelah ini mau kemana?" lanjutnya. Pria itu memesan satu porsi pasta sedangkan Sakura lebih memilih beef donburi.

"Aku berencana menghabiskan seharian ini di ruang kerjamu. Aku bosan menunggu suamiku pulang." Gadis itu telah memutuskan, jika Itachi tidak kunjung bergerak, maka dirinya yang akan maju terlebih dahulu. Persetan dengan harga diri.

Namun respon yang diberikan Itachi tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Sebelebat Sakura menangkapt raut gelisah di wajah suaminya, "Apa ada masalah?" Kini gadis itu tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Gomen nee, Sakura-chan. Sehabis makan siang aku harus pergi keluar karena ada sesuatu yang harus aku urus. Lebih baik kau pulang saja karena akan sangat membosankan untukmu jika menungguku di kantor." Itachi terlihat sangat menyesal, dan Sakura memaklumi kesibukan suaminya, meskipun dalam hati kecilnya banyak hal yang mengganggu.

"Tidak apa-apa. Aku akan menunggu mu dikantor. Kuharap kau tidak pulang lebih dari jam delapan malam kerena aku berencana mengajakmu ke suatu tempat." Itachi menautkan alisnya.

"Kemana?" Sakura hendak menjawab tetapi seorang pelayan resto menginterupsi bahwa pesanan mereka sudah datang dan tengah menata pasta dan beef donburi diatas meja. Tak lupa dengan segelas ice americano dan matcha.

Sakura mengeluarkan dua  buah tiket dari dalam tasnya lalu menyodorkannya pada Itachi, "Aku sudah membelinya. Jika jam delapan kamu belum kembali, kuharap kamu bersedia menyusulku ke bioskop. Aku sangat ingin menonton film ini," ucap Sakura pasrah, sedangkan Itachi hanya mengangguk sembari meyuap pasta ke mulutnya.

.

.

.

Tiga puluh menit berlalu, sekarang saatnya Itachi harus kembali ke kantor. Pria itu menggenggam jemari Sakura. Menuntun gadisnya menuju runga kerjanya. Sampai didepan resepsionis Sakura menghentikan lngkahnya.

"Kenapa?" Itachi bertanya.

"Sebaiknya aku menunggu di rumah saja," putus Sakura. Menimbang apakah kali ini saatnya ia bertindak menjadi penguntit suaminya sendiri. Sebab ia merasakan kejanggalan. Sebelum mengunjungi Itachi dia memastikan jadwal pria itu pada sekretarisnya, dan sekretarisnya mengatakan kalau Itachi telah mengosongkan jadwalnya setelah makan  siang hingga malam tiba.

Awalnya Sakura merasa bahagia karena mungkin saja Itachi berniat mengajaknya dinner, tapi sampai selesai makan siang pria itu tak mengatakan apa-apa dan malah mengatakan kalau jadwalnya akan sangat padat sampai malam. Kebohongan macam apa yang tengah Itachi lakukan padanya. Sakura merasa sedih dan kecewa, tapi sebisa mungkin ia tak menunjukkannya di depan Itachi karena ada hal besar yang harus ia lakukan demi mendapatkan jawaban pasti akan pertanyaannya itu.

JANJI - Aku Milik MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang