[11] Penyemangat

18 3 0
                                    

Pagi ini Rain pergi ke sekolah naik angkot karena papa nya yang harus ada meeting mendadak di kantor. Untungnya, Rain bukan cewek manja yang harus menggunakan mobil ke kantor. Ia lebih memilih menaiki angkutan umum agar dapat menambahkan pendapatan mereka.

SKIP

Rain sudah tiba di sekolah, ia berjalan menuju ke kelas nya dan tak sengaja matanya bertemu orang yang tak asing baginya. Suaranya mengalahkan speaker sekolah.

"Rainnn!!" teriak Ersya dari jauh sana.

"Tuh anak bikin malu aja dah jadi pada nengok kan," seru Rain dalam hati.

Ersya menghampiri Rain seperti anak yang tidak bertemu mama nya bertahun-tahun.

"Buset dah, Ca. Suara lo ngalahin speaker sekolahan, anak-anak jadi pada ngeliatin" kata Rain pelan.

"Ca? Kok lo manggil gue juga ca, Rain?" tanya Ersya bingung.

"Yaudah gapapa kepleset mulut gue tadi, enakan ca lagian."

Ersya hanya mengganguk, saat mereka ingin memasuki kelas. Sebuah sapaan pagi membuat Rain tersenyum.

"Haii, Rain.."

"Farrel?" kata Rain terkejut.

"Ntar jangan lupa nonton gue ya," seru Farrel.

Mendengar hal itu, Rain agak bingung. Nonton apa yang dimaksud Farrel? Nonton bioskop atau apa Rain bingung.

"Nonton apa maksud lo, Rel?" tanya Rain.

"Lo gatau ya nanti abis istirahat freeclass dan ada penampilan dari band gue, lo nonton ya sama lo juga Ca," pinta Farrel dengan bersemangat.

"Oh, iya-iya ntar gue sama Ersya pasti nonton kok" jawab Rain sambil tersenyum.

"Oke gue tunggu ya, gue duluan ya," sahut Farrel sambil menepuk pundak Rain lalu pergi.

Farrel berlalu setelah menepuk pundak Rain.

"Penyemangat pagi," gumam Rain sambil memegang pundak nya tadi.

"Ohh.. Jadi Farrel itu moodboster lo, Rain?" seru Ersya dengan mencolek pipi Rain.

"Hah?" tanya Rain yang baru tersadar.

"Tadi lo bilang penyemangat pagi buat Farrel kan?" tanya Ersya dengan nada meledek.

"Enggak, salah denger lo ca," sahut Rain mengelak lalu pergi meninggalkan Ersya ke kelas.

Pelajaran diawali dengan pelajaran yang paling ditakuti hampir seluruh siswa, yakni matematika. Yap. Rasanya saat itu, Ersya ingin meninggalkan kelas untuk ke kantin namun melihat guru yang mengajar itu cukup killer. Ersya berpikir kembali.

Berbeda dengan Raina, ia sangat menyukai pelajaran matematika. Bahkan, ia menantikan pelajaran ini. Bu Santika, salah satu guru killer di sekolahnya.

"Pagi anak-anak"

"Pagi bu.." jawab murid dengan serempak.

"Aduh, Rain. Pura-pura sakit yuk biar ke UKS," seru Ersya dengan nada malas.

"Ah belom apa-apa lo udah nyerah aja, Ca. Gak ah, gue udah nungguin banget pelajaran ini," seru Rain dengan semangat.

Bu Santika memulai pelajaran dengan menulis di papan tulis.

"Baik, ibu akan memberikan pertanyaan. Bagi yang bisa menjawab angkat tangan dan jika tidak ada yang bisa kelas ini dihukum lari lapangan," jelas Bu Santika.

"Duh gimana nih"

"Mati lu"

"Yaelah ada-ada aja"

Music and You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang