Bab 3 - Langkah Awal

21 3 0
                                    


From : +6285890099123

Gue tunggu di warung belakang sekolah sekarang, Riski.

Mata Elita membelalak lebar. Dia baru saja mendapat sms dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai Riski. Rasanya Elita ingin sekali tertawa, bukan karena apa, tapi sekarang kan jaman modern, Elita rasa jika ada yang mengiriminya sms paling-paling adalah operator. Tapi.. baru pertama kalinya ada yang ngechat dia via sms.

Dan.. dari mana Riski tahu nomor ponselnya?

“Dasar kuno”gumam Elita,

“Kenapa?”tanya Nicole, “siapa yang kuno?”

Elita menunjukkan pesan singkat Riski pada Nicole, yang seketika tampak keheranan.

“Kenapa Riski ngajak lo ketemuan?”
“Nggak tau”jawab Elita,

“Kalo gitu lo mau nemuin dia nggak? Biar gue temenin”

Mendadak Elita ingat tentang ucapan Riski kemarin, tentang kerja sama yang Riski ucapkan kemarin. Elita nggak tahu bentuk kerja sama apa yang akan Riski tawarkan, tapi mengingat hubungannya dengan Rifki tak begitu baik, mungkin saja Riski berniat untuk membantu Elita menggagalkan rencana pertunangannya dengan Rifki. Ya, mungkin saja.

“Err.. kayaknya nggak usah deh, Nic”kata Elita seraya bangkit.

Dia berjalan menuju warung di belakang sekolah. Warung itu terkenal sebagai warung angkringan para murid cowok yang bosan dengan menu-menu di kantin dan koperasi. Tapi yang jelas, tempat itu lebih sering dihuni sama cowok-cowok dari ras mengerikan yang suka bikin ulah.

Anehnya, sewaktu Elita sampai di sana, tempat itu sepi. Sangat sepi malah. Nggak ada siapa-siapa selain.. Riski dan seorang wanita tua si pemilik warung. Riski, cowok itu sedang menikmati segelas es teh manisnya dengan santai, rambut hitamnya tampak berantakan, beda jauh sama Rifki yang selalu tampil rapih bak dengan gel. Riski juga tampil lebih berantakan dari sebelumnya, dia membuka semua kancing seragamnya, menampakkan kaos abu-abu polos di sana.

Elita duduk di hadapan Riski, yang seketika langsung menyeringai sinis. “Gue kira lo nggak mau dateng”

“gue rasa nggak ada salahnya juga kalo dateng”sela Elita cepat.

“Gitu yah? Biar gue traktir es teh deh”

“Makasih”kata Elita seraya tersenyum. Dia selalu menyukai semua hal yang berbau teh. Saat melihat reaksi aneh dari raut wajah Riski, kening Elita mendadak berkerut, “kenapa?”

“Err.. gu-gue nggak nyangka aja cewek kayak lo mau minum minuman kayak gitu”

Elita tertawa, “emang lo pikir gue tipe cewek yang kayak gimana?”

Riski menopang dagunya, “gue pikir lo tipe cewek manja yang suka hal-hal berbau royal”

“enggak juga”sanggah Elita, dia mengambil salah satu snack dan memakannya. “Jadi, lo mau.. ngejalin kerja sama apa sama gue?”

“Gimana kalo lo ngerjain semua pr gue? Sebagai gantinya gue bakal kasih semua koleksi komik gue buat elo”

Elita menghela napasnya dengan sabar, “jadi, apa alesan lo manggil gue ke sini?”

Tiba-tiba, Elita merasa bahwa aura Riski berubah, cowok itu menoleh pada Bu Kamil, si pemilik warung. “Bu, es tehnya satu, buat dia”

“Iya, Ki”kata Bu Kamil.

Elita memutar bola matanya dengan sabar, tak mengerti dengan apa yang Riski pikirkan. Beberapa saat setelah es teh manisnya datang, dia disuruh oleh Riski untuk meminumnya terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka memulai obrolan.

As IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang