Bab 7 - Emosi

14 2 0
                                    

Ting tong

Elita mendengus kesal. Dasar Rifki si perusak mood, dia pasti sengaja mau menjemput Elita hari ini, padahal Elita sudah pernah menolak secara manis dan memberitahu Rifki agar jangan menjemputnya lagi.

Bisa-bisa Elita mati muak di dalam mobil karena kebanyakan ngegombal. Ini semua karena ide gila Riski sih.

Elita berdecih, merasa putus asa dengan kondisinya sekarang. Emang sih Rifki sudah menunjukkan reaksi seperti yang Riski katakan, tapi kan, Elita juga muak jika harus bersikap sok manis terus di hadapan Rifki.

Gadis itu menghela napasnya pelan, orang tuanya sudah pergi duluan tadi, dan pembantunya juga entah sedang berada di mana sehingga dia terpaksa membukakan pintu. Begitu ia sudah dapat mengatur napasnya dengan baik, dia buru-buru membukakan pintu, tersenyum manis dan mulai memamerkan sapaan ramahnya pada Rifki.

"Pagi Rif.. ski?"

Rifki yang berdiri di hadapan Elita berbeda dengan yang sebelumnya. Rambutnya yang biasa digel dengan rapi mendadak tampak berantakan, seragam sekolahnya yang dekil tertutup oleh jaket varsity warna merah putih yang resletingnya dibiarkan terbuka. Tambahan lagi, muka Rifki yang tampak mulus kini tampak memancarkan lebam biru keunguan di sana-sini.

Jelas-jelas dia adalah Riski.

"Hai"sapa Riski ceria, "Rifki sakit, dan dia nyuruh gue buat ngejemput elo"

"Oh"kata Elita setelah beberapa saat tertegun. Dia berdeham pelan, "masuk dulu yuk"

"Sekalian gue ikut sarapan ya"kata Riski,

"Oke"kata Elita gugup.

Mereka pergi ke ruang makan, Riski duduk di hadapan Elita, menatap mangkuk nasi yang berisi nasi goreng merah seperti buatannya kemarin, hanya saja kali ini isiannya lebih bervariasi.

"Gue naksir"kata Elita malu,

"Naksir sama gue?"tanya Riski seraya mengangkat sebelah alisnya.

Kayaknya sih iya, batin Elita tak yakin. Dia tersenyum masam, "enggaklah, maksudnya gue naksir sama masakan elo"

"Ya udah, entar gue bikinin lagi"

"Serius?"tanya Elita antusias, "Yeay! Thanks ya Ki"

"masama"

"Nih ambil sendiri aja, gue nggak tau porsi makan lo seberapa, ambil aja yang banyak"

"Oke, gue nggak malu-malu kok"kata Riski seraya menyendok nasi gorengnya, "oh ya, bokap nyokap lo kemana?"

"Mereka udah berangkat,"jawab Elita,

Selama beberapa saat, Elita dan Riski hanya diam menikmati makanan mereka. Riski sangat lahap makannya, bahkan sampai nambah dua kali. Sementara Elita, daripada dibilang menikmati makanannya, dia malah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mencuri pandang ke arah Riski, merasa takjub dengan cowok itu.

Aneh, kenapa tiba-tiba Elita menyadari kalau Riski begitu.. tampan? Rambutnya yang acak-acakan menjuntai,  menutupi dahinya yang mulus, matanya tampak sendu, belum lagi dengan lekuk wajahnya yang membuat Elita mati-matian menahan tangannya untuk tidak membelai wajah Riski.

Blush.

Entah kenapa, memikirkan Riski seperti itu membuat Elita sangat gugup dan malu. Gadis itu memalingkan mukanya yang memerah, seakan-akan Riski baru saja memergokinya mencuri-curi pandang.

Riski yang melihat gerak Elita mendongak, menatap gadis itu heran. "Kenapa?"

Elita menatap Riski gugup, "E-enggak kok, Ki. Nggak papa-papa kok"

As IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang